[Part 8]

1K 100 1
                                    

Naya menuruni tangga dengan wajah lesu. Diikuti Regan dengan wajah yang tak kalah lesunya. Cewek itu beranjak ke dapur untuk mengambil roti, dia tersenyum kecil ketika mendapati ayahnya tengah mengaduk secangkir kopi.

"Ayah ..."

"Mau apa?" tanya, Rio, ayah Naya. Pria itu menatap datar ke arah putrinya.

Naya terdiam, dia menggeleng pelan sambil terus mempertahankan senyum yang terlihat dipaksakan.

"Naya nggak mau apa-apa, Naya cuma kangen aja sama ayah. Eh. Kerjaan ayah udah?"

Rio hanya terdiam sambil terus mengaduk kopi miliknya, setelahnya dia meminum kopi itu, dia sama sekali tak terlihat ingin merespon ucapan Naya.

Rio sangat enggan menatap wajah cantik putrinya itu. Baginya Naya hanyalah sumber masalah yang tiada habisnya. Istri tercinta nya harus mati demi melahirkan Naya. Belum lagi Naya bukanlah anak pintar yang pantas dibanggakan. Anak itu hanya cewek bodoh yang selalu membuatnya malu.

Pria itu pernah 2 kali memohon-mohon pada wali kelas Naya sewaktu SD agar mau menaikkan Naya ke kelas berikutnya. Awalnya wali kelas itu menolak karena peringkat Naya berada di urutan paling belakang, akhirnya karena diiming-imingi uang, wali kelas itu pun mau menaikkan kelas Naya.

"Ayah, hari ini Ayah mau sarapan apa?"

"Nggak."

Regan menatap benci ke arah Rio yang sama sekali tak merespon ramah pada Naya. Seandainya bisa, ingin sekali Regan menerjang pria itu sekuat tenaga.

"Ya udah kalo gitu Naya berangkat sekolah dulu ya, Yah," Naya menyalami Rio, pria itu hanya mengangguk tanpa melirik putrinya sedikitpun.

"Cepat lulus. Biar beban saya berkurang."

Naya yang kini berada di ambang pintu mematung mendengar ucapan ayahnya.

"Dan nggak usah kuliah. Kamu cuma buang-buang uang saya."

Air mata Naya mulai menggenang, cewek itu mengangguk perlahan, pertahanannya runtuh ketika melihat sang ayah memperlakukannya seperti orang asing.

"Orang tua anj-"

Naya cepat-cepat menarik tangan Regan keluar sebelum cowok itu merapalkan umpatan kasar yang tidak akan ada habisnya.

***

Hari ini adalah tes olimpiade, dimana para siswa dari  golden class dan beberapa anak yang mencoba peruntungan mengikuti tes ini. Nilai terbesar akan mendapatkan kesempatan masuk ke golden class. Dan jika anak olimpiade tidak lulus tes, maka anak itu akan dikeluarkan dari golden class. Kelas terhormat yang mendapat perhatian lebih dari guru.

"Permisi..." Naya membuka tempat yang sering digunakan ketika ada olimpiade nasional seperti ini, semua orang di ruangan itu kompak menoleh ke arah Naya gadis itu tersenyum, dia menatap satu persatu orang di ruangan itu.

Begitupun Regan, tatapan cowok itu terpaku pada Gista pacarnya dulu sewaktu dia hidup, cewek berambut panjang itu hanya melirik Naya sekilas lalu lanjut membaca buku di tangannya.

Naya duduk di samping Gista, dia menoleh menatap Regan yang tampak sendu. Dari tatapannya saja, Naya tau, Regan sangat ingin menyapa Gista.

Bagi Regan, cewek bernama Gista itu masih terlihat sama seperti saat pertama kali dia melihatnya. Tatapan, senyum dan wajah Gista selalu terlihat sempurna di mata Regan.

Naya mengedarkan pandangan menatap seisi ruangan yang tampak meremehkannya bagaimana tidak hasil raport Naya tahun lalu nyaris merah semua.

Naya menatap Regan, cowok itu mengangguk sekan mengerti, dia langsung masuk ke tubuh Naya.

Gue Bukan Setan!Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu