[Part 6]

1.1K 118 25
                                    

Pagi itu, Naya mengerjakan tugas fisikanya dengan terburu-buru, dia berniat mengerjakannya setelah pulang dari cafe, sayangnya cewek itu terlalu lelah hingga lupa pada tugasnya.

Di samping cewek itu, ada Regan yang menjelaskan rumus-rumus fisika dengan kesal, sesekali decakan kecil terdengar ketika Naya tak kunjung mengerti apa yang dijelaskannya.

Yah, hantu cowok itu kekeh ingin ikut dengannya ke sekolah, berbeda kelas membuat Regan dan Naya jarang bertemu dulu.

"Lo ngerti kan, gue ngomong apa? Gelombang mekanik itu rumusnya jarak yang di tempuh di bagi waktu tempuh! Lo nggak budeg kan Nay? Ah, lo mah, perasaan udah ada angkanya masih aja bingung! Lo tutup mata aja bisa ngerjainnya."

Naya menghela napas pelan, Regan jauh lebih seram daripada guru fisikanya, cowok itu benar-benar tidak sabaran dalam mengajari orang lain.

Regan mengacak rambutnya frustrasi ketika Naya lagi-lagi salah menulis rumus, sungguh. Ingin rasanya cowok itu merampas pulpen Naya dan mengerjakan tugas itu sendiri.

"Ini loh, Nay! Ini! T ini waktu Nay! Lambangnya waktu ini ...."

Cukup lama Naya berada dalam tekanan sampai akhirnya tugas fisika itu rampung juga. Cewek itu menghembuskan napas lega ketika sampai di soal terakhir, keberadaan Regan cukup menguntungkan baginya, dengan ini, mungkin dia bisa masuk ke grup olimpiade dengan cepat.

"HEH!" Talia merampas buku fisika milik Naya, dia tersentak kaget dengan semua jawaban Naya, padahal baru saja cewek itu melihat Naya mengerjakan tugasnya, "Gila! Lo dapet dari mana jawaban ini? mencari jawaban di internet pun rasanya tidak mungkin. Rumus itu terlalu lengkap dan rinci.

"Aku ngerjain sendiri."

"Cewek bodoh kayak lo ngerjain sendiri? Bullshit!" Talia melempar buku fisika Naya ke lantai. Regan menatap tajam ke arah Talia, cowok itu jengah dengan sikap kurang ajar cewek itu.

"Lo sering digituin?" tanya Rega , cewek itu mengangguk pelan, dia menunduk tak berani untuk mendongak dan melawan mereka

"Pantes mereka ngatain lo bodoh!"

Naya terdiam. Dia memang sudah terbiasa dengan semua hinaan-hinaan itu.

Talia berbalik menuju kursi Reina, cewek itu membisikkan sesuatu sebelum Reina menoleh dan menatap tajam ke arah Naya.

Reina bangkit dan berjalan cepat menuju Naya, dia melirik jawaban di buku tulis cowok itu, tanpa saat Reina berdecak kagum, tak sangka dengan jawaban yang nyaris sempurna itu.

Sebagai salah satu anak olimpiade, Regan sangat mengenal betul dengan Talia dan Reina.

"Ini bukan lo kan yang ngerjain? Jawab gue! Lo nyontek ke siapa tugas ini?"

Lagi-lagi Naya menggeleng, Reina berdecak sebal lalu menjambak rambut Naya dengan keras, cewek itu meringis pelan, Reina dengan kasar melempar tubuh Naya ke lantai.

Regan yang melihat itu langsung berlari menghampiri Naya, namun tanpa sengaja cowok itu terjatuh ke tubuh Naya. Regan membuka mata, kali ini ada yang aneh, rambut cowok itu terasa sakit.

Dia terbelalak. Saat ini cowok itu masuk ke tubuh Naya. Reina kembali menjambak rambut Naya, "Jadi selama ini lo pura-pura bodoh?"

Regan yang saat ini menguasai tubuh Naya mendadak bersemu merah ketika tak sengaja menatap dadanya, astaga. Ini benar-benar aneh. Cewek itu mendongak kembali dan menatap tajam kedua mata Reina.

"Hm? Kenapa lo ngeliat gue kayak gitu? Udah ngerasa hebat?" Reina menarik rambut Naya ke belakang membuat cewek itu mendongak, Naya tersenyum miring.

"Gue emang lebih hebat dari lo," ucap Naya pelan, namun entah kenapa, ucapan Naya mampu membuat Reina merinding, tatapan mata cewek itu pun tampak berbeda, terlihat tajam dan penuh kebencian.

Tangan Naya terangkat menampar pipi Reina dengan keras, jambakan di rambut cewek itu terlepas, tamparan itu menggema ke penjuru kelas membuat murid-murid di kelas itu menatap ke arah mereka. Reina menatap ngeri ke arah Naya, seperti ada sesuatu yang salah dengannya hari ini. Seperti bukan Naya yang biasanya.

"BANGSAT! LO APA-APAAN SIH?" teriak Reina sambil memegangi pipinya yang terasa kebas, Naya mendekat dan menjambak rambut Reina dengan keras.

Talia mendekat dan mendorong tubuh Naya ke lantai. Naya tertawa kecil seakan meremehkan semua yang ada di kelas itu.

"Kalian sok berkuasa disini. Lucu. Karena sebentar lagi lo, lo, dan semua yang ada di kelas ini akan berlutut di hadapan gue. Cuma orang-orang goblok yang ngebiarin berandal itu gangguin orang lemah!" Sudah sedari tadi Regan ingin mengungkapkan unek-unek nya pada mereka.

Fajar. Ketua kelas mereka itu mendekati Naya, dia menatap tak percaya kepada teman sekelasnya itu.

Talia berdecak sebal lalu mengangkat tangan hendak menampar Naya, namun cewek itu menangkis tangan Talia dengan cepat.

"Lo belum jera juga ternyata," Naya bangkit dan membersihkan rok nya, cewek itu berjalan pelan keluar dari kelas.

"AWAS LO NAY!" teriak Reina, Naya tak menoleh, dia mengacungkan jari tengahnya ke atas membuat seisi kelas melongo tak percaya.

***

Regan keluar dari tubuh Naya.cewek itu terbelalak dan langsung memukul bahu Regan, "Siapa yang suruh kamu masuk ke tubuh aku seenaknya?"

"Gue juga nggak sengaja Nay. Tapi kan setelah ini mereka nggak akan gangguin lo lagi."

Naya menghela napas pelan, tatapan mata cewek itu terlihat gusar, "Masalahnya bisa tambah panjang kalo aku ngelawan Re."

"Lo bukan nggak bisa ngelawan, tapi lo itu nggak mau ngelawan! Mereka bakalan nginjak harga diri lo kali diem terus kayak gini! Lo tenang aja, gue akan ambil alih tubuh lo kalo mereka gangguin lo lagi."

Naya terdiam, Regan benar, mau sampai kapan Naya begini? Mau sampai kapan dia direndahkan seperti ini?

Regan mengelus rambut panjang Naya, membuat cewek itu tersenyum, suasana koridor yang sepi membuat perasaan Naya terasa lebih baik. Regan menarik tangan Naya lalu memeluk cewek itu.

"Mungkin Tuhan pengen gue ngelakuin satu kebaikan sebelum benar-benar pergi."

"Kebaikan apa?"

"Bahagiain lo."

Jantung Naya berdetak kencang, ada debaran aneh yang tak pernah dia rasakan sebelumnya.

Di ujung koridor, Gista, pacar Regan, tertegun melihat Naya dari kejauhan, sedari tadi, cewek itu berbicara sendiri lalu bersikap seolah-olah tengah memeluk seseorang. Padahal di koridor itu tak ada siapapun kecuali Naya.

Dari kejauhan Fajar menatap datar ke arah Naya, entah kenapa sikap cewek itu tadi, mengingatkannya pada seseorang.

Gue Bukan Setan!Where stories live. Discover now