dua puluh enam_ Kenyataan

177 26 8
                                    

"Samu!! Osamu gembullll!" teriak Suna.
Capek dia dari tadi mangilin sahabatnya itu bareng Sakusa sih, mereka ada rencana mau main bareng tadi. "Capek gua Sak mangilin si gembul, gantian." ucap Suna.

Sakusa dengan senang hati membuka pintu mobil Suna dan mengambil satu buah spiker toa.

"PERHATIAN PADA BAPAK OSAMU MIYA UNTUK SEGERA KELUAR KARNA ANDA KAMI TAHAN." Suna celingukan gak nyantai.
Si Sakusa bawa Toa dia gak tau padahal itu mobil Suna loh yang mereka bawa.

"SEJAK KAPAN WOY!" gas Suna saat Sakusa usai meneriaki Osamu. "Dari tadi kek, suara gua udah surut lu baru nongolin nih benda." kesal Suna.

"BERISIK WOY, ASTAGFIRULLAH SAMU TUYUL LU DIDEPAN TUH!" teriak Atsumu misuh sambil keluar dari rumahnya. Dia baru balik dari toko bunga. "NGAPAIN SIH.... Ehh ada Omi."

Mata sipit Suna makin sipit kala liat Atsumu yang tadi kayak barongsai sekarang lunak kayak rubah ilang.

"Yoklah berangkat." ajak Osamu.

"Mau kemana kalian?" tanya Atsumu.

"Cafe Hiru, ngajakin main." balas Osamu lalu narik dua temenya biar masuk mobil. Makin diladeni ntar temen temenya makin gila kebanyakan ngobrol sama jelmaan rubah barongsai.

Hirugami tengah memijat pelan kepalanya, dia mendata keuangan cafenya saat ini dirumah belum berangkat ke cafe lagi pula disana ada Terushima jadi Hiru bisa santai dikit.

"Mama mau kemana?" tanya Hiru saat mendapati wanita usia baya keluar dengan pakaian lumayan seksi.

"Jnk Production."

"Ma, udah yok ma gak usah ganggu mereka lagi." ucap Hirugami. "Om Singto udah banyak kasih uang ma."

Sang wanita menoleh. "Jangan pangil om, pangil dia papa."

Hiru mengerutkan keningnya. "Ma, udahlah ma. Kasihan kak Oikawa kalau.."

"Itu hak kamu juga Hirugami Sachiro!" bentak si wanita. Sungguh Hirugami merasa tak enak pada Oikawa sebenarnya, mengingat kakak kelasnya itu sangat baik padanya, bahkan terkesan mereka sangat dekat.

"Mama cuma istri kedua ma, yang bahkan anak anak dari istri pertamanya tidak tau jika sang ayah sudah menikah lagi." ucap Hirugami membuang wajahnya.

"Kamu maunya apa Sachi! Kamu yang harus jadi penerus Jnk, perusahaan itu besar Sachi."

"Ma, kak Oikawa lebih pantas ketimbang aku ma. Aku siapa? Mama yang jebak om Singto sampe ada aku." Hirugami menatap sang mama.

"Kamu mama suruh deketin Oikawa di sekolah biar bisa ngambil hatinya, biar mudah kamu ngambil hati papa kamu juga." ucapnya kembali.

"Kak Oikawa baik ma, aku jahat nusuk dia dari belakang." balas Hirugami.

"Astaga bodoh banget punya anak satu, tau gitu kamu gak usah mama lahirin!" pekik sang wanita lalu pergi dari sana. Hirugami menangis pelan, anak itu berjuang sendiri membangun cafe ya walaupun sang ayah yang juga ayah Oikawa itu sedikit membantu.

"Sachi!" saat Hirugami keluar rumah dia melihat gadis pendek dengan mata besar itu menghampirinya.

"Kourai?"

"Mau ke cafe ya?" tanya gadis itu. Hirugami tersenyum.

"Iya."

"Ini, kata umi kasih ke kamu." Kourai ini tetangga Hirugami. Keluarganya sering bagi makanan ke Hirugami karna tau mamanya gak pernah masak. "Dimakan ya."

"Umi nih yang masak, bukan kamu?" tanya Hiru dan gadis itu tersenyum malu.

"Aku bantuin kok."

"Makasih ya."

Back To Masjid (Haikyuu Religi) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang