Chapter 9 - Hukuman Telah Di Tentukan

12 6 0
                                    

"MP juga sudah tinggal sedikit... Tubuhku lemas..."

"Ah... Ada Orang...?" Ucapku sambil memandangi seseorang yang datang ke tempat ku di tahan.

Dengan lemah aku memandang nya dengan pandangan kabur, setelah itu dia masuk kedalam ruangan ku dan duduk di depanku sambil meletakkan sebuah kantong kain. Dia mengarahkan tangan nya ke leherku dan kemudian dia mengangkat dan menyandarkan tubuhku di tembok belakang.

Aku diminta untuk meminum sebuah ramuan yang ada di tangan nya. Aku tak peduli ramuan apa yang dipegang nya itu dan meminumnya tanpa ragu. Kemudian pandangan ku mulai membaik dan aku melihat jelas dua penjaga yang ada di sana sudah dilumpuhkan oleh pria ini. Kemudian pria itu mengambil ramuan berwarna biru dan memintaku untuk meminumnya.

Setelah aku meminumnya, aku mendengar suara suara yang samar seperti memanggilku dengan khawatir. Suara itu berasal dari kepalaku, memanggilku dengan nada khawatir akan keselamatanku.

【Tuan...! Tuan...!】Suara itu muncul dengan samar samar dan akhirnya terdengar jelas.

"Siapa...?" Ucapku.

【Syukurlah bisa terhubung, aku sangat khawatir loh...】

"Mbak Ai ya..."

"Takumu sama... syukurlah anda baik baik saja..." Ucap pria itu.

Aku terkejut, aku melihat seorang ksatria yang pernah ku lihat waktu berlatih dengan orang tua itu.

"Silahkan, setidaknya aku hanya bisa membawakan sekantong air dan juga sepotong Roti..." Ucapnya sembari memberikan kantong air.

Aku memakan nya dengan perlahan, dan kemudian orang itu memberikan ku sebuah peringatan yang cukup membuatku terkejut.

"Kalau boleh berpendapat... lebih baik anda pergi dari negeri ini..." Ucapnya.

"Apa maksud mu...?" Tanyaku kebingungan.

Orang itu menjelaskan, sepertinya hukuman ku sudah di tentukan oleh Raja dan Ratu. Mereka memberikan ku dua pilihan, pertama tetap di negara ini atau yang kedua pergi dari negara ini selamanya dan dilarang kembali dalam bentuk apapun.

Orang itu juga mengatakan kalau aku memilih tetap tinggal, maka aku harus bekerja paksa tanpa bayaran dan menjadi budak di negeri ini. Jika aku pergi maka hanya di asingkan saja, itu lebih baik daripada menjadi budak. Aku juga berpikiran seperti itu, aku tak akan menyerahkan kehormatan ku pada siapa pun.

【Ini mungkin akan berbahaya, tapi aku selalu mendukungmu Tuan Takumu】

Apapun yang akan terjadi, kau harus terus bertahan hidup. Pdahal sudah bereinkarnasi, jika tidak dinikmati itu akan sia sia kan.

Tujuh Hari berlalu, akhinya hukuman ku sudah di tentukan. Disinilah aku harus memilih, apakah aku akan menetap di sini, ataukah pergi dari sini

"Baiklah, silahkan angkat kepala mu..." Ucap Minoru.

"Setelah mempertimbangkan beberapa hal, pada akhirnya hukuman ini telah di putuskan..." Lanjutnya.

"Kepada Takumu von Ascam, kini kau telah menodai namamu dengan noda yang tak bisa di bersihkan... dengan ini aku nyatakan, Takumu von Ascam akan di cabut semua gelar kehormatan nya dan jangan pernah menyandang nama itu lagi...!" Ucap Minoru dengan tegas.

"Selain itu, aku ingin mendengarnya darimu... apakah kamu akan tetap berada di negeri ini ataukah kamu pergi dengan rasa malu yang tinggi...!?" Ucap Minoru.

Dengan lemah aku mengatakan untuk pergi dari negeri ini,

"Aku tidak ingin ada di negeri ini lagi..." Ucapnya.

"Kalau begitu baiklah...!! Takumu kau akan di asingkan dan jangan pernah kembali..!!" Teriaknya.

Palu di ketuk, semua keputusan telah di tentukan. Takumu kini di usir dari negara ini dengan di seret sampai ke pintu keluar. Disaat itu Takumu langsung didorong dan di biarkan jatuh beguling dari tangga yang cukup tinggi itu.

GRAK BRAK BRUK GRUBAK! Pandangan Takumu mulai buram dan pingsan seketika setelah itu.

"Kenapa..." Ucapnya dengan lemah dan pada akhirnya pingsan.

Takumu tergeletak di depan istana dan tidak ada yang mau mennyingkirkan nya dari sana. Banyak pendatang bangsawan yang datang dan hanya melewatinya tanpa ada yang mencoba menyingkirkan dari sana. Didalam istana terdengar suara gemuruh pesta yang di adakan untuk merayakan sesuatu.

Dari kejauhan terdengar seperti langkah kaki, kemudian yang awalnya berjalan lalu berlari itu berhenti. Nampaknya orang yang berjalan kearahku itu di tahan oleh sesuatu agar dia tidak memungutku.

"Hentikan, atau kamu akan menghadapi masalah besar..." Ucap seorang wanita.

"Tapi...! Aku tak peduli akan hal itu...!" Ucap lelaki yang kemudian berlari.

Terdengar suara orang yang terjatuh, ternyata wanita itu merapalkan sihir tidur untuk orang itu, dan kemudian di bawa ke kamarnya.

"Takumu, apa yang ku lihat barusan tidak salah kan...?"

Disaat Lisa sedang duduk di samping Raja, dia melihat kalau Aura suci yang dipancarkan Misha bergejolak. Risa berfikir kalau itu adalah efek dari seorang Saint yang mendeteksi adanya iblis dalam diri seseorang. Namun semua itu salah kaprah, ketia melihat Takmu yang sedang terduduk di sana memiliki aura suci.

Padahal Takumu di duga berkomplotan dengan Iblis untuk membunuh sang Ratu. Ketika Risa melihat kembali kearah Misha, nampak seperti ada aliran aliran yang bergerak memutari sekitar. Lisa memeriksa aliran sihir itu ternyata bergerak ke arah Takumu.

Aura suci yang di pancarkan Misha kian menghilang, dan aku terkejut saat melihat Aura Minoru juga telah berkurang setengahnya. Namun saat memandang Takumu, Risa melihat aura suci yang sangat luar biasa dan Para Spirit Spirit mengitarinya seakan Takumu ini adalah pilihan Dewa.

Lisa ingin menggunakan skill penilai, namun saat penilai di luncurkan malah tidak bisa. Ada sesuatu yang menghalangi skill itu untuk menilai, kemudian Lisa mendapatkan pesan dari seseorang.

"Kau akan segera tahu suatu saat nanti"

Kemudian di tempat lain, Misha yang sedang duduk di istana sambil meminum minuman bersama Minoru. Mereka saling bergelak tawa dan Lisa kemudian meninggalkan tempat itu sampai kemudian Lisa menemukan sebuah surat yang ada di kamarnya. Surat itu menjelaskan jika ksatria itu telah mengundurkan diri.

"Satu penghalang sudah di singkirkan... hihi" Ucap Misha dengan senyuman.

Dead or Alive in Second Life [Will Be Remade]Where stories live. Discover now