7. DUNIA KEPEDIHAN

7 2 0
                                    

Hai aku kembali. Gak ada yg kangen aku?
.
.


Ting!

Lira (Ketua PMR SMA Angkasa):
Bintang ini ada beberapa rincian agenda persami buat bulan depan;
Lira mengirim dokumen.

Mama: Bintang apa kabar?

Iren: IZIN KE KAMAR LO MAU MINTA HOTSPOT!!

Bintang mengabaikan ketiga pesan yang dikirim nyaris bersamaan itu, dan disaat yang bersamaan pintu kamar dibuka dengan kasar.

Bugh! Bunyi hantaman pintu membentur dinding berbunyi nyaring.

Bintang berbalik segera. Yang ditatap menyengir tanpa dosa.

"Sorry!" Ucap gadis itu tak enakan. Mauren memposisikan diri menaiki ranjang Bintang, sebelum itu menumpuk bantal agar acara rebahannya nyaman.

Bintang memutar bola matanya malas, membuka buku bersiap mengerjakan latihan soal.

Disekolah Bintang merupakan anak yang tergolong cerdas. Nilai akademik nya memuaskan. Dia juga aktif dalam berbagai organisasi. Seorang Bintang Bimasakti Anugrah terkenal dengan sisi positif disekolahnya.

Berbanding terbalik dengan sepupunya sendiri, Mauren. Gadis itu dikenal karena kekacauan yang dibuatnya, langganan keluar masuk BK, langganan telat, rangking akhir dan banyak hal buruk lainnya. Tapi ada satu hal yang membuat SMA Angkasa bangga memiliki seorang Maurenza Larasati. Gadis yang terkenal urakan itu merupakan pimpinan marcingband SMA Angkasa. Meskipun pada dasarnya marcingband merupakan ekstrakulikuler di SMA Angkasa, tapi ekstrakulikuler yang satu ini mencetak rekor sampai tingkat nasional, bahkan beberapa kali menghadiri acara televisi, pernah juga meramaikan acara kemerdekaan 17 Agustus di istana negara.

Bintang membuka matanya perlahan. Tanpa sadar iya tertidur saat tengah mengerjakan latihan soal.

Bintang merasakan tenggorokannya kering. Cowok itu berniat turun kebawah mengambil air.

"Tadi tante ngecek kamarnya iren, kosong! iren tidur dikamar kamu lagi, ya, Bintang?"

Bintang mengangguk pelan. Berjalan melewati tante Merry menuju dapur. Ibu Mauren itu baru pulang bekerja sepertinya.  Terlihat dari wajahnya yang kusut akibat lelah.

Merry merupakan wanita karir, ia memiliki beberapa cabang usaha yang bergerak dibidang kuliner diberapa kota di Pulau Jawa. Itu sebabnya tante Merry jarang ada waktu dirumah. Terkadang pergi beberapa hari. Bahkan berbulan-bulan. Pulang larut malam setelah anaknya tertidur, seperti sekarang ini.

Bintang berlalu dengan membawa cangkir berisi segelas air putih ditangannya. Dia melihat tante Merry tertidur di sofa ruang tengah.

"Terimakasih Bintang jagain Mauren selama ini. Tante selalu bisa mengandalkan kamu. Iren itu anak tante, dan tante tau anak tante itu kuat. Pastikan aja iren tidak salah jalan. Jika tidak bisa buat iren tertawa setidaknya hindari dia dari hal yang bisa buat iren sedih. Ketika saat nya tiba nanti, tante yang akan bayar semuanya. Termasuk sedih dan bahagianya kalian. Tente akan bayar kesedihan yang dirasakan kalian hari ini." Ujarnya tulus.

Jika saat ini kita kebagian episode sedih, apakah dengan episode kebahagiaan yang kita rasakan berlebih saat mendapatkannnya adalah balas dendam yang membuat hati kita tenang. Sepertinya itu keliru. Sedih dan bahagia berjalan beriringan, perasaan setelahnya adalah rasa hampa. Merasakan rasa bahagia setelah beribu-ribu rasa sakit adalah rasa yang percuma.

**

Dikediaman keluarga besar Kakek Jerman malam itu mengadakan acara syukuran ulang tahun Amaya. Tidak bisa disebut syukuran, karena ini terlalu mewah juga mengundang banyak sekali tamu. Teman-teman Amaya khususnya.

Amaya merupakan gadis populer disekolahnya tak heran ia memiliki banyak sekali teman.

Disalah satu  sofa dipojok ruangan seorang gadis menggunakan gaun Pink soft miliknya. Kantuk mulai menyerang nya, tapi Lira takut naik keatas untuk beristirahat. Amaya, tante Natasya, juga Om Andre akan memarahinya habis-habisan karena pergi dan tidak menikmati acara pesta sampai selesai.

Revan?

Dia diundang, tapi cowok itu malas pergi. Dan Lira tidak ingin memaksa.

"Selanjutnya acara potong kue, Amaya ambil pisaunya dan mulai potong kue nya." Tutur MC yang memandu acara itu.

Amaya, Tante Natasya, Om Andre, Juga ada Kakek Jerman dan Nenek Devi memegang pisau yang sama dan mulai memotong gue ultah yang kelewat mewah itu.

Dan setelahnya tepukan tangan riuh terdengar.

Sepotong kebahagian Amaya saja dapat membuatnya merasa cemburu. Katakanlah dia iri, karena begitulah kenyataannya. Iya cemburu dengan keutuhan keluarga Amaya, cemburu begitu banyak yang menyayangi Amaya, juga iri memiliki keluarga yang saling menyayangi.

Tapi bukannya Lira juga bagian keluarga mereka?

Acara selesai. Satu persatu tamu undangan pamit pulang, Kakek dan Neneknya juga sudah dikamar beristirahat, merancang acara ultah Amaya pasti sangat melelahkan bagi mereka, terlebih diumur lansia mereka yang sekarang ini.

Lira juga lelah dan ingin beristirahat.

"Lira! Mau kemana kamu? Bantu-bantu dibelakang, lihat apa ada yang bisa dikerjakan." Ketus tante Natasya.

Tante Natasya naik keatas bersama Om Andre, sepertinya mereka ingin beristirahat.

Jujur Lira menolak keras perintah yang keluar dari bibir cantik tante Natasya, tapi kakinya membawanya menuju dapur.

Lira mendapati Amaya bercengkrama dengan beberapa temannya di taman belakang.

Amaya berbalik kearahnya lalu berteriak.

"Lira bantu bibi nyuci piring biar cepat selesai!"

Amaya dengan seenak jidatnya memerintah Lira. Gadis itu bahkan memerintah dengan kaki diatas meja tanpa menoleh kearah Lira.

Lira menyimpan semuanya dalam hati, berusaha tidak anggap atas perlakuan setiap penghuni rumah ini. Tapi sejujurnya tidak bisa. Dunia kapan adilnya, sih?

"Udah non, gak usah, bibi aja," Tutur bibi Sanum ART rumah.

Hati yang semula terbakar akibat jengkel perlahan menghangat. Sudut bibir Lira terangkat.

"Gpp bi, kalo dikerjain berdua kan jadi lebih cepat."

Lira iba, piring cucian sehabis pesta menggunung. Akan sangat melelahkan bibi Sanum membersihkan ini sendirian. Belum lagi mencabut dekorasi tak lupa menyapu ruangan pesta.

"Bibi mau bersih-bersih didepan dulu ya, non. Mau ngumpulin piring kotor yang masih tersisa" Pamit Bi Sanum.

"Non Lira gpp kan nyuci sendiri dulu..?" Tambah Bi Sanum.

Bi Sanum merasa tak enakan, non Lira baik orangnya berbeda dengan non Amaya.

Lira tersenyum lalu membalas, "gpp, bi. Lira biar nyuci piring, Bibi nyapu sama beberes di depan. Bagi-bagi tugas biar cepat selesai."

Bi Sanum mohon diri. Mereka menyelesaikan tugas masing-masing. Satu jam setengah akhirnya selesai.

Lira mengangkat piring terakhir, tapi entah bagaimana piring kaca tersebut langsung pecah ditangan. Luka yang dihasilkan pun tidak kecil, telapak tangan kanan gadis itu terbelah, sedangkan telapak tangan kirinya lecet. Lira mendekatkan lukanya ke kran. Air dan darah yang mengalir ditelapak tangannya bercampur, menyisakan perih. Sama seperti yang selalu ia rasakan dihatinya. Perih.

















You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 05, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BINTANG LIBRAWhere stories live. Discover now