2. KANTOR POLISI

8 2 0
                                    

.


Revan Arjuna Arya Dafha Putra Dpasca, seorang relawan kepolisian. Awalnya Revan hanya membantu sang ayah yang merupakan seorang polisi. Tapi belakangan dia diminta menjadi penggerak dalam kasus yang gencar terjadi di kalangan remaja, seperti balap liar, mabuk-mabukan dan sebagainya.

Revan berjalan gontai memasuki kantor kepolisian tempat sang ayah bekerja seperti biasanya. Duduk disalah satu bangku panjang, mengeluarkan telpon pintar miliknya.

"Itu bukannya anak SMA Angkasa? Kok bisa ada disini?" Ujar seorang pria yang kebetulan keluarganya ditahan disalahkan satu lapas disini.

Didetik awal Revan mengira pria tadi membicarakan dirinya, yang memang kebetulan masih mengenakan pakaian SMA Angkasa. Ternyata tidak.

"Maurenza Larasati, siswi SMA Angkasa ditangkap karena ketahuan meminum minuman beralkohol sedangkan ananda masih dibawah umur" info seorang kepala polisi kepada polisi yang menjaga keamanan. "Satu jam lagi bebaskan anak itu." Ujar komandannya.

"Siap pak."

.

Mauren akhirnya dapat bernafas lega. 5 jam penuh didalam sana membuat nafasnya sesak, bahkan hampir mau muntah.

Gadis itu mengibaskan rambut birunya.

"Hari ini adalah hari paling sial dalam sepanjang sejarah gue bernafas dibumi sampai saat ini. Udah kalah taruhan, ketahuan minum minuman haram, masuk kantor polisi lagi,, emang sih ini bukan yang pertama, tapi mana lucu masuk kelubang yang sama,. Mau taro dimana muka gue semisal Bintang tau,?" Gerutunya tanpa henti.

"Setan. Gue ngebell lebih 30 kali kaga dijawab! Cari mati kayaknya nih anak."

Selang 30 menit.

"Bintang, lo gak mau jemput gue?"

"Lo gak heran gue gak ada disekolah, gak ada niatan cariin gue gitu?"

"Gue dikantor polisi, setan."

Mauren mengirimkan beberapa voice note kepada seseorang yang kontaknya ia namai 'bintang'.

Ingin menangis saja rasanya. Walaupun Mauren merupakan kategori bad gril, tapi siapa yang tidak takut sendirian dikantor polisi di jam 10 malam. Terlebih Mauren adalah seorang gadis.

Bagaimana kalo?

Gadis itu berjongkok dan memegangi lututnya saking takutnya.

Mauren tak bisa pulang. Dia terjebak disini. Pikiran buruk mulai menghantuinya.

"Baik pak. Besok saya akan kembali lagi kesini untuk membantu."

"Saya mengucapkan terimakasih. Bantuan yang kamu berikan sangat meringankan tugas kami."

Revan membungkuk memberi hormat. Komandan polisi menepuk bahu Revan sekali lalu berlalu pergi.

Mauren menoleh kebelakang, gadis itu menghapus jejak air mata diekor matanya.

Kaki jenjang miliknya berlari mengejar Revan yang berjalan kearah parkiran.

"Gue ikut lo!"

Revan terkejut ditempat. Gadis ini belum pulang juga rupanya. Ternyata Maurenza yang ini yang ditahan. Seorang Mayouret kebanggaan Angkasa.

Revan melepaskan tangan Mauren pada pergelangan tangannya.

"Nggak bisa!"

"Gue yakin lo kenal siapa gue, dan gue yakin seorang relawan polisi punya sedikit rasa simpati nolongin orang yang memang memerlukan bantuan"

Revan menaiki motor miliknya.

"Lo bisa pesan taksi, atau ojol?" Ujar Revan memberi jalan keluar.

"Hp gue mati!"

"Gue yang pesanin taksi," Mauren menahan tangan Revan yang ingin memesan taksi melalui ponsel miliknya.

"Gue gak akan mau mohon segininya kau gak dalam kesulitan." Ujarnya melemah.

Mati-matian Mauren menahan air mata yang ingin keluar kedua kalinya. Revan beranggapan mungkin saja Mauren takut kejahatan yang berkedok taksi online.

"Ya udah naik." Finalnya.












BINTANG LIBRAजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें