[32] Rencana Jahat

8.8K 160 21
                                    

"Makan yang banyak. Kamu butuh energi yang banyak biar cepat besar," ucap Tanu sambil mengusap ujung bibir Jennie yang kotor karen cara makannya yang terburu-buru.

"Juga biar ada energi untuk bersenang-senang malam ini." Tanu memperlihatkan dua kotak kondom yang ia beli di jalan, rasa kopi, tertulis di bungkusnya.

Jennie tersedak melihat benda itu, wajahnya memerah karena kerongkongan yang terasa sakit.

"Pelan-pelan sayang, aku tahu kamu pasti sudah tidak sabar."

Meskipun sudah tidak sabar, Tanu masih membiarkan Jennie melahap makanannya hingga tandas sebelum ia kemudian melahap perempuan itu. Kemarin adalah hari yang melelahkan, ia butuh Jennie untuk mengembalikan energinya yang telah banyak dipakai. Meskipun nanti mereka harus berkeringat sepanjang malam.

Jennie menegak habis air putih sesudah memakan habis makan malamnya. Begitu air dalam cangkir habis, bibir basahnya diambil alih oleh Tanu.

Jennie menahan tawa ketika pria itu sedikit terkejut karena masih ada sisa rasa sup di mulutnya. Tentu saja masih terasa, kan Jennie baru saja makn sup!

"It's so good taste," bisik Tanu mengehentikan sebentar ciumannya, sebelum sedetik kemudian menyosor kembali.

Lidah mereka saling bermain, berkait berbagi rasa, saling mengisap apa yang bisa dihisap, mencecap segala rasa yang tercipta. Tanu suka sekali, gadisnya itu kini ahli dalam bermain lidah. Dahulu ciuman mereka masih didominasi oleh permainannya, kini Jennie sudah bisa menyetarakan aksinya.

Saking gemasnya, Tanu menggigit lidah Jennie.

"Aww, mas Tanu!"

Tanu tertawa, ia suka wajah kesal Jennie.  "I love you, Jennie..."

Setiap kali mendengar kata itu, hati mungil Jennie rasanya menghangat. Seakan dipeluk oleh sesuatu yang menyenangkan, dan menerbangkan ribuan kupu-kupu di perutnya yang sekarang sudah kenyang.

"I love you too, Mas."

Lalu Tanu mencium Jennie lagi kali ini dengan lembut dan sebentar saja, karena ia buru-buru beralih ke leher jenjang yang mengiurkan. Kulit putih mulus itu ia jilat membuat pemiliknya merinding keenakan. Setiap jengkal ia cicipi dengan seksama sambil sesekali meninggalkan bekas merah tanda kepemilikan. Biasanya Jennie akan marah jika Tanu memberikan kissmark di tempat yang terbuka, tapi kali ini Jennie diam saja.

Pada bagian bawahnya yang telah basah, jemari panjang Tanu bermain-main di sana. Jennie sudah kehilangan akal untuk berpikir jernih. Tanu menguasai tubuhnya sepenuhnya.

"Ahhh, Masss," desah Jennie saat Tanu berhasil meloloskan celana dalamnya dengan mudah membuat bagian sensitifnya terpampang dengan jelas.

Tanu tersenyum bangga, ia melihat wajah memerah dan memelas Jennie. "Kamu sangat seksi, sayang." Ia melihat celah yang merekah indah.

Basah dan berkendut, sangat menggoda untuk segera dinikmati. Jari tengahnya ia masukkan ke dalam. Membuat Jennie reflek menggigit bibir bawahnya menahan rasa nikmat tak terkira yang ia rasakan. Ia takut terlalu kuat mendesah.

"Lihat milikmu mengisap jariku dengan rakus," celetuk Tanu sambil mengocok jarinya di sana. Ia sangat suka sekali dengan lubang yang satu ini, meskipun sudah berkali-kali ia masuki, bagai candu yang tidak ada obatnya.

Ia menarik jarinya. Kini ia menurunkan wajahnya ke antara paha Jennie.

"Mas... Mas Tanu mau apa? Anghh ahhh mass...." Jennie menggeliat saat lidah Tanu kini menusuk vaginanya. Ia tidak menduga hal itu, Tanu selalu penuh kejutan.

Vaginanya dijilat dan dihisap, membuat Jennie merem melek keenakan. Klitorisnya yang sudah mengeras di permainkan jari Tanu. Kenikmatan duniawi yang tidak bisa didefinisikan dengan kata-kata.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 30 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Jennie dan Mas Tetangga Where stories live. Discover now