[29] Dibayar Tuntas

15.8K 202 8
                                    

Di barisan rumah-rumah kecil sederhana, ada satu bangunan yang berdiri angkuh dengan ukurannya yang besar sendiri, berlantai tiga, bercat emas berkilauan. Dipenuhi lampu-lampu yang terang benderang, sehingga gelapnya malam tak mampu menyelimutinya. Halamannya luas, mampu menampung setidaknya enam mobil dan sepuluh motor, lima sepeda dan tiga sekuter.

Meskipun begitu, halaman luas itu tampak asri dengan berbagai macam tumbuhan hijau yang tersusun cantik. Pohon palem-paleman tumbuh subur menjulang tinggi dengan buah berwarna meras mirip pinang.

Meskipun begitu, rumah mewah itu tampak lenggang. Sunyi seperti tak berpenghuni.

Tanu memarkirkan mobilnya kira-kira tiga rumah dari sana. Sebelum keluar ia lebih dulu mengenakan topi, masker hitam dan kacamata.

Satu buah goodie bag yang telah ia siapkan, ia ambil dari kursi belakang. Menarik napas dalam-dalam, ia harus bertindak dengan hati-hati.

Menurut informasi dari Seno, gadis bernama lengkap Mawar De Crhistal merupakan anak dari seorang pejabat kabupaten.  Sayangnya, gadis itu tidak terlalu diperhatikan oleh orang tuanya.

Ada banyak pertanyaan yang muncul dibenak Tanu saat membaca namanya. Wajahnya juga bukan wajah asli nusantara. Padahal jelas-jelas orang tuanya memiliki darah lokal yang murni.

Desas punya desus, Mawar merupakan anak dari selingkuhan sang ibu. Itu sebabnya ayahnya tidak suka pada Mawar. Tetapi karena rasa cintanya pada sang istri, ayahnya tetap mau membiayai kehidupan Mawar meski tinggal terpisah.

Oleh karena itu juga, sifat mawar menjadi tidak bisa diatur. Ia kurang kasih sayang dan didikan.

Menyedihkan sekali, pikir Tanu.

Namun, latar belakang Mawar tidak bisa mematikan api dendam yang terlanjur berkobar. Ia masih melanjutkan rencananya untuk membalas dendam.

Ada satu satpam yang menjaga di pos dekat gerbang. Tampangnya tidak seperti sekuriti kebanyakan, yang satu ini bahkan tidak tinggi, berbadan kurus tak terurus, berkumit tipis dengan mata menghitam karena sering begadang.

Kehadiran satpam ini hanyalah formalitas, tidak terlalu berguna. Hanya asal ada saja.

Tanu dengan mudah dapat melewatinya, mengucapkan sepatah kata kebohongan, si satpam langsung percaya.

Ubin marmer yang dipasang di lantai tampak berkilauan memantulkan cahaya lampu depan. Kakinya masuk ke dlm rumh yang terbuka lebar, hanya seorang pembantu tua yang menyambut.

"Sebentar saya panggilkan nona Mawar," kata wanita lalu menyusuri tangga.

Tidak terlalu lama, sosok yang dicari turun sambil berlari kecil. Ia telah memakai baju tidur kimono warna merah dengan bahan satin, membuat penampilannya sangat sexy karena bagian dadanya terlalu terbuka dan dadanya sedikit menyembul keluar.

"Siapa?" tanya Mawar sambil bersidekap, berdiri di depan Tanu yang memandanginya takjub.

Menyingkirkan pesona si perempuan yang harus diakuinya sangat kuat, Tanu lalu menyodorkan goodie bag tersebut.

Ini dia rencananya, semoga Mawar tidak mencurigainya, batin Tanu sedikit gelisah.

Mawar membukanya pelan-pelan, mengambil isinya, sebuah kotak berpita dan selembar kertas ucapan. Satu alisnya naik, kemudian menengok ke Tanu.

"Ada acara spesial hari ini, kamu akan menyesal melewatkannya."

Tanu mengetahui bahwa Mawar suka mengikuti pesta. Dari informan Seno, mengatakan bahwa meskipun di kabupaten, tetapi di sana ada sebuah club malam yang lumayan besar dan sangat terkenal.

Jennie dan Mas Tetangga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang