[27] Mawar and the Geng

18.6K 208 7
                                    

"Ikut."

"Jangan bertingkah," kecam Tanu menghentikan tangan Seno yang ingin membuka pintu mobilnya.

"Masa kamu tega ninggalin aku sendirian di rumah, sekalian jalan-jalan bro." Seno mengabaikan muka masa yang Tanu tunjukkan ia ngeyel untuk tetap ikut mengantarkan Jennie ke sekolah.

Di samping kursi pengemudi, Jennie menunggu dengan sabar pertikaian dua orang itu. Ia setidaknya masih puny waktu untuk menonton sebuah drama yang terjadi.

"Lagian apa sih yang mau kamu lihat di sekolahan, No? Mau jajan cilok, huh?" Tanu masih dengan pendiriannya menolak Seno mengganggu waktunya dengan Jennie. Cukup malam yang memisahkan mereka tidak kali ini, pikirnya.

"Setidaknya lebih baik daripada kebosanan di rumah."

"Kalau bosan, yaudah Sono balik ke Jakarta!"

"Aih, Nu. Cuma ikut nganter doang, siapa tahu aku bisa dapet cemceman kayak kamu," ujar Seno dengan menaik-naikan alisnya.

"Jaga mulutmu." Tanu kali ini menunjukkan mimik serius, ia tidak sudah jika Seno selalu menganggap Jennie ada gadis yang hanya digunakan untuk main-main saja.

"Sorry, ya maksud aku, gitulah. Jomblo setahun, aku mau punya pacar juga."

"Enggak cari sendiri aja sana."

"Ikut!"

"Nggak!"

"Ikuttt!"

Jennie kini jadi bosan saking lamanya mereka bertengkar. "Mas Tanu!" panggilnya, kepalanya menjorok keluar dari jendela. "Masih lama debatnya? Jennie pergi pakai ojek online aja kali ya?"

"Maaf sayang," Tanu buru-buru masuk ke mobil, kesempatan itu dipakai Seno untuk ikutan masuk. Menyadari kelalaiannya, Tanu berdecak. "Keluar, Sen."

"Udahlah, Mas. Cuma nganter doang kok. Keburu Jennie telat nih."

Akhirnya Tanu pasrah, ia membiarkan Seno tetap ikut. Menginjak gas menjalankan mobil itu menyusuri jalan. Jennie mengelus tangannya, memberikan senyum. "Enggak apa-apa," bisiknya pelan untuk menenangkan Tanu.

Semua itu tidak lepas dari perhatian Seno. Ia mengambil ponsel, diam-diam memotret tanpa suara, lalu menuliskan sebuh laporan kepada seseorang lewat pesan singkat di sebuah aplikasi percakapan.

Sempat ia terenyuh dengan suasana dua orang di depan, tetapi mengingat alasan mengapa ia ada di sana, dengan cepat ia menyingkirkan semua pikiran itu dan kembali fokus pada rencana.

***

"Kabarin kalau sudah pulang. Kalau ada apa-apa juga kabarin, setiap ada kesempatan pegang hape kamu jangan lupa hubungi aku. Aktifkan share lokasi kamu, kalau ada apa-apa biar aku bisa segera datang."

"Siap Mas. Jennie sekolah dulu ya." Mereka sudah sampai di sekolah dengan aman. "Bang Seno, makasih sudah ikut mengantar."

Ia kira akan selamanya diabaikan, Seno merasa senang ternyata Jennie menganggap keberadaannya. "Hati-hati Dik Cantik, semangat belajarnya yaa," seru Seno semangat yang langsung dihadiahi lirikan sengit dari Tanu.

Jennie geleng-geleng melihatnya, ia melangkah keluar kemudian melambaikan tangan kepada mereka.

Tidak terlambat, tiga detik ia memasuki sekolah. Bunyi bel masuk berdering kencang. Para siswa buru-buru masuk ke dalam kelas, begitu juga Jennie yang kini berjalan setengah berlari untuk mencapai kelasnya yang berada di paling ujung lorong.

Belum sampai, tangannya ditarik untuk belok pada sebuah simpang koridor. Akibatnya ia sedikit terhuyung hampir jatuh, untung saja bisa dengan cepat menahan diri. Tetapi ia masih dibawa berlari menuju belakang sekolah.

Jennie dan Mas Tetangga Where stories live. Discover now