#Pengabdi bola voli

301 20 1
                                    

Votte dong biar semangat nulisnya. Ayangku gak mau nyemangtin nih, padahal punya aja enggak haha!

Happy reading....

"Udah dijemput bokap kesayangan lo, tuh." Seja melirik arah yang ditunjukan Zoran, lalu terkekeh menatap gadis itu.

Raut wajah merengut Zoran terlihat lucu sekali, sekarang. Entah dia masih marah dengan kejadian tadi pagi atau dia cemburu dengan hal yang dilakukan Wiliam terhadap orang asing berbanding balik dengannya.

"Bukan jemput gue, tapi lo." Seja menarik sudut bibirnya, membuat Zoran mendengus."Wiliam jemput gue? Sangat tidak mungkin," ujarnya terus menatap gerak gerik Wiliam yang sedang berjalan ke arah mereka sambil menggendong sebuah tas.

Pria paruh baya itu tampak tersenyum sepanjang melangkahkan kakinya sampai dimana dia berhenti tepat dihadapan Seja.

"Ada yang masih marah nih, Yah. Jangan lupa dijalan beliin es krim," ucap Seja menyindir.

Wiliam hanya tersenyum dan menyerahkan tas yang ia bawa pada gadis itu. "Hanya ini yang mau dibawa, Nak? Memangnya tidak kurang?" tanyanya memastikan.

Seja menggeleng mantap."Cukup kok, Yah. Lagian disana baju Seja juga masih ada beberapa yang sengaja saya tinggal."

Zoran yang sedari tadi membuang muka sebal itu melirik untuk menyimak dengan saksama pembicaraan mereka berdua. Dia bingung mengeryitkan keningnya.

"Baju apa? Lo mau kemana, Ja?" tanyanya heboh, menatap bergantian Seja dan juga Wiliam.

"Gue mau nginep diZA. Beberapa hari kedepan."

"Ha, ZA? Apaan, tuh?" Seja menatap horor mendengar perkataan yang baru saja keluar dari mulut Zoran.

"Lu gue tampol ya, Zo? ZA aja lu kagak tau." Dia merengut greget. "Z A. Z e r o n i c  A l f a b e r t. Singkatannya cok," jelasnya menekan. Zoran memangut-mangut paham.

"Baru tahu gue. Gue kira namanya cuma Zeronic, doang."

"Dari awal itu Zeronic Alfabert. Lu liat aja logonya. Cuma kepanjangan, pada ngucap Zeronic ae."

"Kalian bahas apa, sih?" Wiliam menyela setelah diam menyimak beberapa saat.

"Sepuh diem deh," celetuk Zoran memutar bola matanya malas. Pria paruh baya itu kicep mendengarnya. Sedikit nyeri dihati.

"Gue ikut nginep!" jelas Zoran yang langsung ditatap sengit Wiliam.

"Gak usah. Lo pulang bareng Ayah. Gue dijemput Bang Oji."

"Gak! Apaan lo main tinggal-tinggal gue!"

"Ekhem! Jangan berani kabur dari tanggung jawab, kamu pembantu. Mobil mobil saya sudah menanti untuk dimandikan. Ikut saya pulang sekarang."

Zoran menatap tajam Wiliam. Seakan berniat untuk mencabik-cabik wajah Ayahnya itu.

Setelah mengatakannya dan diam beberapa saat, Wiliam hendak menyeret lengan gadis itu sebelum ditepisnya. Zoran melenggang pergi begitu saja masuk ke dalam mobil, membuat dua orang itu saling pandang dan terkekeh bersama.

𝐙𝐎𝐑𝐀𝐍 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang