#Murid baru

565 34 3
                                    

𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚛𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐...

Zoran, Seja, Leoza saling bertegur sapa dikoridor sekolah. Ketiganya menyuguhkan senyum bahagia, terutama Leoza yang masih belum menyangka jika temannya kini bersekolah ditempat yang sama.

"Wihh, keceh lah, Ja! Beneran pindah sini lo," antusias Leoza merangkul pundak Seja. "Apasi, lo. Minggir-minggir, Lebay, deh!" erang Seja menyingkarkan tangan temannya itu.

Zoran menatap aneh kearah mereka seraya memutar bola matanya malas.
"Za, lu harus berterima kasih ke gue, yak," celetuknya tiba tiba. "Dih, ngapain juga gue berterima kasih ke lo?" balas Leoza, berjulid.

"Lo, gak tau gimana perjuangan gue buat nih bocah pindah kesini, hm? Sangat membagongkan," jelas Zoran menggeleng geleng.

"Halah, gitu doang mah kecil,"

"Parah, lu! Nih, bocah susah banget diajak login, Njir! Kecil palamu, hah?!"

Seja terkekeh menyaksikannya. Zoran memang se-frekuensi jika harus disandingkan dengan Leoza. Itu akan sangat gaduh didengarkan.

"Ada untungnya sih, gue sempet nolak. Gue jadi bisa tau sisi lain lo yang pinter banget ngerengek," celetuknya ditengah tengah keriuhan kedua temennya itu.

"HEH, BENERAN??? Gilak zieh, mukanya sangar ada mental yupinya juga," ujar Leoza menyindir. Zoran menatap horor kearahnya. "Minimal sadar diri! Lu juga gitu ke abang lo, anjir!" ketusnya kesal.

Seja menghela napasnya sejenak seraya menutup kedua telinganya. Beberapa saat kemudian beralih mendorong Zoran dan Leoza gemas. "Weh, lah tolong gue mau jaga imej jadi murid baru lho, ini! Lo berdua ngapain ngerecokin! Mau berantem jauh-jauh sono!" cibirnya, mengoceh.

Leoza mau Zoran pun kicep menelan ludahnya masing masing kaget. "Ya allah, Ja. Biasa aja kali. Kita cuma bercanda," ujar Leoza yang diangguki Zoran. "Halah, sok imej-imejan segala lu," sambungnya.

Seja pose berpikir."Liat kondisilah. Kesempatan tebar pesona ini, sist. Dari novel-novel yang gue baca, biasanya anak baru pasti cinlok sama cogan berpengaruh sekolah dong, wkwkwk," balasnya berujar cekikikan. Sebagai penggemar novel-novel percintaan, ia pun jelas sering berkhayal hal-hal yang membagongkan. Sebuah pelampiasan perasaan yang sudah biasa dikalangan remaja remaja zaman sekarang.

Lantas hal itu membuat kedua temannya saling pandang dan kembali menatapnya horor. Sesekali berbisik geli menyaksikan Seja seakan salting dengan apa yang dipikirkannya.

"Melebihi kpopers halu ini mah," cibir leoza julid. "Ja. Dari pada lu makin gila senyum-senyum kayak gitu, mending cepet sana ke ruang guru! Takut gue lama-lama liatnya!" sambung Zoran berceletuk. Namun, Seja tidak bergeming, terus menangkup kedua pikirnya.

"Coba Lo berdua bayangin. gue jadi Milea terus tiba-tiba disamperin speknya Dilan. Ekhem, hai aku ramal nanti kita ketemu dikelas bwahahaha! Pasti gue langsung cosplay ikan," ujarnya melepaskan gelak tawanya menepuk keras pundak Leoza saking senangnya.

"HIH, GUE BILANGIN BANG ELLAN JUGA LU LAMA-LAMA!!" sarkas Leoza gemas. "Udah sono Juminten!" sambung Zoran mrngompori mendorong tubuh Seja.

Seja lantas merengut. Menyipitkan kedua matanya sinis. "Gue yang bakal aduin ke Bang Ellan, karena lu berdua udah jahat dorong ratu duyung selayaknya pelayan. Awas lu para mermet nyasar!" ocehnya mengancam, membuat kedua temannya terkekeh tak habis pikir. Seja berlalu meninggalkan Zoran dan Leoza. Menyisakan keduanya yang terus menatap kepergian gadis itu hingga hilang dari penglihatan mereka.

ZORAN [END]Where stories live. Discover now