#Pantai Amerika

360 22 4
                                    


Maaf typo
Happy reading...

Pagi yang cerah bagi para remaja yang baru saja sampai disekolahnya. Seja menghirup udara pagi dalam-dalam dan merasakan betapa segarnya itu. Lain dari dirinya, Mira entah kenapa sedari tadi hanya diam saja tidak seperti biasanya yang banyak bertanya.

Seja menghentikan langkahnya sejenak beralih menatap Mira yang bahkan tidak ikut berhenti. "Mira!" panggilnya, yang diresponnya. Lalu, gadis itu pun kembali berlari kecil menyusul Mira.

"Mir." Masih belum ada balasan. Untuk ke tiga kalinya Seja memanggil disertai dengan guncangan pelan pada lengan temannya itu.

"Mira, lo ngelamun, ya?"

Mira tampak tersentak. Dan benar dugaan Seja, gadis itu memang sedang melamun.

"Seja, kaget tau," ujar Mira kesal. Lantas Seja Terkekeh. "Lagian lo pake ngelamun segala, sih. Mikirin apa?" balasnya sembari bertanya dan mendapat gelengan.

"Kenapa apanya? Gak papa kok,"

"Beneran?"

"Iya, mungkin. Udah ayo lanjut jalan lagi."

Keduanya kembali melakukan aktifitasnya semula. Hingga tepat pada 100 meter dari tempat itu, Mira justru berbalik dan berlari.

"Eh, Mira! Lo mau kemana?!" pekik Seja tak dibalasnya.

Leo baru saja melepaskan helmnya. Dengan sedikit menyugarkan rambutnya, ia berniat merapikannya kembali. Setelah itu, laki-laki berkulit putih itu mulai menuruni motornya dan berjalan menuju kelasnya berada.

Disetengah jalan Leo tiba-tiba mengeryit saat manik matanya bisa menyaksikan jika seorang gadis sedang berlari melawan arus jalannya. Dalam batinnya ia pun berujar, "Ngapain tuh cewek lari lari gak jelas, ganggu pemandangan, aja."

Lalu langkahnya pun terhenti saat gadis itu justru berhenti tepat dihadapannya. "L-leo. Aku ingin bicara sebentar," ucap Mira ngos-ngosan. Belum saja Leo membalasnya, lengannya malah sudah dulu ditarik paksa oleh gadis itu.

Disinilah kini mereka berdiri. Tempat yang sangat tidak asing dan sepi. Ya, dimana lagi jika bukan rooftop sekolah mereka. Tempat yang selalu menjadi saksi mata bagaimana keadaan Mira.

"Lo ngapain sih, narik narik gue?!" Leo marah, menempis tangan Mira.

"Leo, aku mau selesaiin semuanya sekarang juga. Aku mohon kamu harus dengerin semuanya, jangan kamu potong, ya?" Bukannya membalas Leo justru membuang matanya dan berdehem pelan.

Akhirnya satu persatu kata demi kata berhasil Mira lontarkan. Untuk kali ini saja ia harus melawan rasa takutnya demi dirinya sendiri. Dari raut wajah laki-laki itu pun sempat beberapa kali terlihat memerah, namun ia tidak mengeluarkan amarahnya seperti biasanya, saat Mira bersikeras untuk ucapannya tidak boleh dipotongnya.

"Sampai disini semuanya selesai ya, Leo. Kamu gak ada alasan lagi buat merasa terbebani oleh adanya aku. Aku udah lepas, anggap saja kita hanyalah orang asing dan tidak pernah terlibat satu sama lain. Kamu hanya akan jadi ketua kelasku dan kamu bebas berhubungan dengan siapa, begitupun aku. Kamu gak usah urusin aku kalo misal ada yang gangguin aku lagi. Dan maaf untuk semuanya."

Mira menundukan tubuhnya sejenak dan berlalu pergi. Namun, baru saja ia melangkahkan kakinya sejenak, dirinya sempat terhenti merasa ada yang kurang oleh ucapanya. Lantas ia berbalik menatap Leo.

ZORAN [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora