Bab 10

145 17 1
                                    

Sepinya cerita ini 😢
Padahal Bab sebelumnya, aku mentarget vote 10 untuk bab selanjutnya
Meski gak aku woro-woro in sihh
Tapi ku tunggu-tunggu gk mencapai 😢

Yuk lah vote dan komennya gais di tunggu

Happy reading...

BAJU terusan warna putih dengan tambahan aksesoris belt warna hitam yang kini melingkar dengan pas di pinggangku serta tak tertinggal topi pantai warna coklat semakin menyempurnakan penampilanku.

Sea.. sand.. and sunset..

Ku rasa memang ini yang sekarang aku butuhkan. Thanks to my friends yang udah pengertian sekali dengan aku ini.

"Tadi aja di ajak berangkat males-malesan mau ikut. Eh giliran udah sampai di tempat malah keluar duluan dari mobil. Gaya nya kayak ponakan gue yang girang banget di ajak liburan." Ejek Bunga menghampiriku.

"Emang sahabat kita ini memprihatinkan sekali ya permisahhh hahaha." Timpal Tari tak tertinggal.

"Udahlah guys.. jangan di ejek terus. Nanti adek kecil kita ini ngambek loh dan kalo udah nangis kan susah, Suaminya lagi di belahan dunia lain dan di belaian wanita lain hehehe.. Peace beibehhh.."

Yang terakhir itu jelas ejekan dari Citra. Memang begitulah teman-temanku mulutnya minta di lakban semua. Salah ku juga sih, ketika mobil yang di kendarai oleh Citra berhenti di tempat parkir yang langsung menyuguhkan keindahan laut dengan warna jingga nya.

Rencananya kami akan menginap satu malam saja, yakni nanti malam dan akan kembali besok sore. Sekarang pun waktu sudah menunjuk angka 5 sore, jadi kami hanya jalan-jalan di tepi pantai sebentar sebelum kembali ke penginapan yang letaknya tak jauh dari sini.

Aku pun mengesampingkan segala persoalan rumah tanggaku dan meleburkan diriku dalam liburan kali ini. Berharap ketika kembali pulang ke apartemen pikiranku kembali fresh dan mulai merancang kehidupanku kedepannya.

...<..........>...

Pulang dari liburan singkat dengan para sahabatku kembali menyegarkan mentalku. Memasuki pintu apartemen dengan sepi yang menyambut, tak apa, aku sudah terbiasa. Aku belum mengetahui pasti kapan mas Raffi akan pulang, jadi untuk malam ini akan mengistirahatkan tubuhku setelah seharian ini kami bermain di pantai. Mungkin mulai besok saja aku mulai beraksi.

Dan terbukti, setelah semalaman aku tidur dengan nyenyak, pagi ini aku terbangun dengan wajah fresh.
Rencana hari ini aku akan mulai mencari lowongan pekerjaan. Benar kata Citra, kalau aku hanya terus-terusan berdiam diri di dalam apartemen aku tak akan jauh berbeda dengan pembantu yang mengurus dua majikan yang tak lain suami dan maduku itu.

Kalau hanya suamiku saja mungkin aku tak akan menyebutnya pembantu, karena memang itu merupakan tugas dan kewajibanku sebagai seorang istri yang entah suamiku itu menganggapnya begitu atau tidak.

Langkah awal aku mulai mencari lowongan pekerjaan yang terpasang di website dan LinkedIn. Selanjutnya aku membuat berkas secara online untuk aku kirimkan ke perusahaan yang membutuhkan karyawan.

Oke langkah ini memang tidak mudah. Pasalnya aku bukanlah fresh graduate yang biasanya di butuhkan oleh perusahaan yang menawarkan pekerjaan agar bisa memberi upah minimum rendah. Saingan pun pasti tak sedikit jumlahnya, apalagi pengalaman kerja terakhirku yang biasa saja sempat membuatku pesimis perusahaan yang aku tuju ini akan melirikku. Tapi yang namanya sudah rejeki pasti tidak akan pernah tertukar dengan orang lain.

Seminggu setelah aku mengirimkan berkas ke salah satu perusahaan art & design, pagi ini pukul 10 pagi aku mendapat balasan email yang berisi tentang mengharapkan kehadiranku ke perusahaan dalam proses interview tahap satu yang terjadwal besok pagi. Senang dong pastinya aku. Setidaknya aku berhasil maju satu langkah.

Ngomong-ngomong Mas Raffi sudah kembali pulang ke apartemen ini semenjak 3 hari dan sendirian pemirsaa.. istri keduanya itu tertinggal di negeri orang karena masih ada kontrak kerja yang belum selesai.

Dan pagi ini setelah sarapan bersama mas Raffi berangkat bekerja, sedang aku ya seperti hari-hari sebelumnya hanya bisa bermalas-malasan setelah pekerjaan rumah selesai.

Memikirkan besok aku akan melakukan interview tahap pertama, aku mulai memperkirakan pertanyaan apa yang kira-kira aku dapatkan.

Di lihat dari lowongan pekerjaan yang mereka pasang adalah staff dan admin aku membayangkan aku akan keterima di bagian apa.

Lagi-lagi aku sudah kejauhan. Harusnya aku tidak langsung memikirkan di terima, tapi aku harus memikirkan langkah demi langkah juga berapa banyak pesaing ku yang kini duduk menunggu nama kami di panggil untuk masuk keruang interview.

Gugup.

Itu sudah pasti. Meski ini bukan pertama kalinya aku melakukan interview kerja tapi ini pertama kalinya aku melakukan tanpa dukungan orang terdekat.

Maksudnya tidak ada yang tahu jika pagi ini aku duduk dan akan melakukan interview kerja, baik itu ibu, mas Raffi atau bahkan para sahabatku yang ceriwis itu.

Sengaja aku tak memberi tahu mereka semua, karena ini masih terlalu awal. Mungkin nanti jika aku sudah masuk ke interview tahap akhir aku akan memberi tahunya.

Setelah 30 menit lebih menunggu akhirnya namaku di panggil. Dalam hati tak pupus merapal doa agar interview ini lancar.

Ketika baru saja aku berdiri dan belum melangkah satu langkah pun, netra ku menangkap dua orang lelaki yang berdiri di ujung lorong yang cukup terlihat dengan jelas dari tempatku berdiri kini.

Lelaki itu sedang berjalan ke arahku dengan laki-laki lain yang terlihat lebih tua, mereka terlihat membahas sesuatu dengan selipan senyum di bibir keduanya.

Laki-laki yang lebih muda itu, aku mengenalnya. Bahkan pakaian yang di kenakan nya hari ini aku yang menyiapkannya. Sedang apa mas Raffi di sini. Apa mas Raffi juga bekerja di sini. Batinku bertanya-tanya.

Langkah kaki itu semakin mendekat seiring juga dengan seruan seorang wanita yang kembali memanggil namaku.

"Atas nama Rima Melati. Apakah hadir?"

"Ah iya saya bu."

"Silahkan masuk"

Begitulah akhirnya aku masuk ke ruang interview sambil masih memikirkan mas Raffi yang juga ada di luar ruangan.

*

*

24.12.23
Bersambung..

Tekan bintang gaesss 10 ⭐ untuk Bab selanjutnya.

AKU BUKAN YANG KEDUAOnde histórias criam vida. Descubra agora