Bab 5

244 23 2
                                    

Aku mendengar ketukan pintu depan tanda ada yang bertamu, aku segera mematikan api di kompor setelah ku lihat sayur sup yang ku masak sudah terlihat matang.

"Waalaikumsalam.. iya sebentar," jawabku sambil berlari kecil ke arah pintu depan. Ku putar kunci ke kanan dan ku tekan handle pintu melihat siapa gerangan tamu heboh di balik pintu.

"Suprise..." Teriak mereka kepada ku. Ya mereka, karena ada tiga orang di depan ku yang sedang heboh sambil membawa kue tar dan beberapa kotak hadiah.

Ku lihat bunga maju mendorongku masuk kembali ke dalam rumah di susul dua orang lainnya.

"Kita tiup lilin di dalem aja ya, di luar angin tadi lilin udah di nyalain tapi keburu mati", itu suara Bunga.

Mereka bertiga adalah temanku. Para bestie bestie ku. Yang mendorongku masuk tadi namanya Bunga, dan yang membawa kue tar namanya Citra, sedang yang repot membawa kotak kado di tangannya itu namanya Tari. Jadi nama mereka bertiga kalau di gabung udah kayak nama artis kondang itu. Bedanya nama panjang Tari bukan Lestari melainkan Natari.

Oke back to the topic, jadi hari ini di tanggal dan bulan yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya menjadi hari yang bertepatan dengan hari lahirku yang sesuai dengan gelang yang ku pakai sewaktu kecil dulu.

Sebenarnya aku tidak mengingat bahwa hari ini sedang ulang tahun karena masih dalam suasana hectic 2 minggu terakhir ini. And big thanks to my friends yang udah nyiapin kejutan ini. Karena sungguh aku benar-benar merasa speechless.

Btw, By the way, ngomong-ngomong, hari ini hari senin. Hari pertama aku beralih profesi dari yang awalnya kerja kantoran menjadi seorang ibu rumah tangga saja. Sebenarnya kurang benar jika di katakan sebagai ibu rumah tangga, karena aku tidak menemukan seorang Bapak rumah tangga di dalam rumah ini.

Ya, sudah 2 minggu suamiku yang menjadi bapak rumah tangga itu tidak pulang ke rumah. Sudah 2 minggu lebih juga ibu pulang dari rumah sakit dan hanya perlu kontrol beberapa kali. Dan bertepatan dengan hari ini juga ibu kontrol ke Rumah sakit yang kebetulan di temani oleh bude Marwah hari ini.

**
**
**

"Buruan dong guys ambil korek apinya nyalain nih lilin udah pegel tau ini jari-jari akuuuh," suara manja dari Citra membuyarkan lamunan singkatku.

Bunga pun gercep mengeluarkan korek api dari saku celana nya dan segera menyalakan kembali lilin yang bentuk angka 2 dan 5 berwarna biru itu. Mereka bertiga saling lirik sebelum menyerukan kata "Happy birth's day Rima sayanggg".

Mereka bertiga berani bertingkah heboh begini karena tahu aku sedang sendirian di rumah. Coba kalau ada ibu atau lebih-lebih ada mas Raffi di rumah, uhh pasti bakal bertingkah laku sopan lah mereka.

"Yuk make a wish dulu sebelum tiup lilin. Berdoa biar jodoh kamu dan teman-teman mu ini segera di perlihatkan hehehe.." ucap Tari sambil cengengesan.

Aku pun berdoa dalam hati, bukan doa meminta jodoh seperti yang di harapkan Tari, tapi aku berdoa kepada Allah SWT meminta kejelasan akan rumah tanggaku kedepannya.

Fiuuuhhh... Ku tiup lilin angka 25 itu dan berhambur memeluk ketiga sahabatku ini.

"Thank you guys.."

--
--

Setelah acara potong kue di lanjutkan bincang-bincang curhatan bergilir, mereka bertiga berpamitan pulang karena akan bersiap berangkat ke tempat kerja. Ini memang hari senin, mereka pada ijin masuk tengah hari demi merayakan ulang tahunku. Uhh sungguh so sweet teman-temanku ini.

Tak lama setelah mereka bertiga pulang, taxi biru mendekat ke halaman rumah. Ibu dan bude Marwah keluar dari taxi. Aku menghampiri ibu dan menuntunnya masuk ke dalam rumah dan mendudukan ke sofa ruang tamu.

"Habis ada tamu ya?" Tanya ibu begitu melihat ada empat cangkir di atas meja yang belum sempat ku bereskan.

"Iya bu, barusan Bunga, Citra sama Tari habis dari sini bawain kue tar buat Rima".

"Astagfirullah.. hari ini ulang tahun kamu ya nak. Aduh maafin ibu lupa. Selamat ulang tahun ya sayang, terima kasih telah lahir dan tumbuh menjadi anak ibu. Semoga segala doa yang kamu panjatkan segera terkabulkan Oleh Allah Yang Maha Esa ya sayang" ucap ibu sambil memelukku.

Ibu kemudian meraih telpon genggamnya dari dalam tas jinjing warna hitam itu sambil berkata, "biar ibu suruh pulang nanti suami kamu, masa istrinya ulang tahun dia gak ngerayain atau ngasih kado gitu".

Suami, istri ya? Telingaku rasanya masih sedikit tabu mendengar dua kata yang menunjukkan akan status ku dan kakak angkatku itu.

"Masa kamu gak bisa sempatin pulang sih malam ini. Ini kan hari spesial istri kamu. Minimal kasih hadiah dong Raf..."

"......"

"Kamu itu gimana sih, masa Rima suruh beli sendiri hadiahnya. Ya walaupun udah kamu kasih Atm nya tapi kan jadi kurang berkesan kalau hadiah nya kita pilih dan beli sendiri."

"....."

"Iya, ya udah deh terserah kamu, pokok sabtu besok ibu mau kamu harus pulang ke rumah ini titik. Gak ada alasan lembur kerja lagi di hari sabtu minggu."

"...."

"Waalaikumsalam. Hati-hati kerjanya."

**
**

Dari hasil perbincangan ibu dan mas Raffi barusan di telepon aku mengartikan bahwa mas Raffi tidak bisa pulang malam ini. Memangnya apa yang ku harapkan, itu sudah jelas suamiku itu tidak akan mau repot-repot menjelajahi jalanan macet di hari senin malam demi merayakan ulang tahunku.

Aku sudah bisa menebak nya bahkan dari awal ibu memulai percakapan tadi. Ya aku sadar diri, karena aku hanyalah seorang istri jika hanya di depan ibu saja.

Dan untuk hadiah pun aku tak mengharapkan apapun darinya. Bahkan sekedar ucapan selamat ulang tahun pun aku tak berani mengharapkan. Karena sungguh aku tahu di tingkat mana aku berada di dalam hatinya.

*

*

Minggu malam
120323

Lama gak update hampir lupa jalan cerita 🙈😂

AKU BUKAN YANG KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang