chapter 40

16.5K 541 9
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.

Detik demi detik, hari demi hari, minggu demi minggu telah berlalu begitu cepat. sudah hampir sebulan semenjak kejadian itu. keadaan gadis bermarga Alber itu semakin baik. ia juga sering menelfon kedua orangtuanya itu. hanya saja Xavia masih enggan untuk tinggal di pesantren. gadis itu memilih tinggal bersama sang ayah sampai dimana ia menikah.

Ia juga sudah tahu mengenai rencana Gus Varo yang akan membawanya tinggal di rumah yang telah pria itu beli. Xavia tidak masalah. justru gadis itu senang jika nantinya ia dan juga Gus Varo tinggal di rumah sendiri. ia tidak suka jika sudah berumah tangga tapi satu atap dengan yang lain walaupun itu keluarga sendiri. gadis itu hanya ingin menjaga privasi nya saja.

Dia hanya membutuhkan kebebasan nanti. gadis itu akan merasa canggung dan malu-malu jika berduaan bersama pasangannya di depan keluarganya. untuk masalah pernikahan mereka juga telah dibicarakan beberapa hari yang lalu di kediaman milik Anthony.

Dan juga mengenai Ning Amara, gadis itu akan pergi ke Yaman setelah pernikahan kakak perempuannya terlaksana. gadis itu juga sudah meminta maaf kepada kakak perempuannya secara langsung saat pertemuan keluarga beberapa hari yang lalu. ia meminta maaf atas segala kesalahan dan sikap kurang ajarnya kepada Xavia. dan dengan mudahnya gadis bermata cokelat itu memaafkan adik bungsunya.

Xavia hanya teringat, jika disaat orang berbuat jahat kepada mu dan kamu membalas dengan kejahatan pula, maka apa bedanya kamu dengan dia. itu akan membuat mu terlihat bodoh.

Gadis itu hanya ingin hidup tanpa menyimpan dendam. lagipula ia akan menempuh sebuah kehidupan baru. semua keluarga sepakat akan mengadakan pernikahan Gus dan Ning itu satu minggu lagi. dan resepsi pernikahan itu akan diadakan di sebuah gedung mewah yang telah Anthony sewa dengan ijab qobul nya sendiri diadakan di sebuah masjid besar di kota itu.

Sebenarnya mereka menginginkan jika saat ijab qobul dilaksanakan di masjid pesantren. tapi mereka juga memikirkan Xavia. gadis itu belum juga mau menginjakkan kaki ditempat itu.

Dan untuk Anthony, pria itu lebih dominan mengurus segalanya. ia ingin semua orang memasrahkan segala kebutuhan pernikahan Xavia kepada dirinya.

" Sayang, beberapa orang dari butik akan kemari nanti, " ujar Anthony tiba-tiba.

" Kenapa? " cengo gadis itu.

" Mereka akan menunjukkan beberapa gaun untuk acara resepsi mu nanti, " jelas Anthony.

" Kenapa repot-repot, daddy? "

" Tidak ada yang direpotkan sayang, " balas Anthony dengan begitu lembut.

" A princess must look beautiful on her wedding day, " sambung Anthony menggenggam erat kedua telapak tangan putrinya.

" Aku gugup daddy, " cicit Xavia pelan.

" Apa yang kamu khawatirkan? " tanya Anthony.

" Semuanya, " jawab gadis itu singkat.

" Jangan khawatir! semua akan berjalan dengan lancar. serahkan semuanya kepada daddy, " ujar pria itu menenangkan putrinya.

" I believe you, " balas Xavia menatap dalam manik mata sang ayah.

•••

Sementara di kediaman calon pengantin pria juga tak terlalu berbeda. keluarga ini sibuk menyiapkan hantaran pernikahan yang akan diberikan kepada pihak perempuan.

" Mas, apa kamu tahu ukuran kaki Ning Ziya berapa? " tanya umi Laila.

" Kenapa umi tanya ukuran kaki Ning Ziya? " tanya Gus Varo balik.

Guliran Tasbih Aldevaro [Segera Terbit]Where stories live. Discover now