"Kemana si duyung itu!" Tristan menghentikan langkah, kepalanya sedikit tertunduk, mengatur napas setelah berlari mencari keberadaan Hanny di tengah hujan deras. Buliran air menetes dari surai legam. Tubuhnya basah kuyub.
"TRISTAN!"
Laki-laki dengan rahang tegas itu menegakkan kepala, membalikkan badan pada asal suara yang memanggil.
Hanny, dia berlari dengan jubah mantel yang menutupi sampai di bawah mata kaki dan membawa payung jumbo pelangi yang diambil dari salah satu lapak penjual di pinggir jalan. Berdiri di depan Tristan, memayunginya. "Kamu kok malah hujan-hujanan, sih. Mau saingan sama ayam itu?" tunjuknya pada seekor ayam yang tampak kedinginan karena kehujanan.
Sia-sia khawatir sama dia, batin Tristan dengan tatapan datar pada gadis manis setinggi batang hidungnya itu. Menggerutu tanpa menyimak Hanny bercerita panjang lebar mengenai bagaimana ia mendapatkan mantel dan payungnya.
"Aku lapar." Tristan memasukkan kedua pergelangan tangan ke saku celana, melangkah menuju lapak jajanan pinggir jalan. Hanny ikut berjalan di sebelahnya sembari memegangi payung jumbo tersebut.
Tristan membaca menu yang tertera. "Kebab monster satu."
"Aku mau juga," timpal Hanny.
"Oh, dua ya, Pak." Tristan mengulangi pesanannya.
"Eh, Tristan." Hanny menarik ujung bawah baju laki-laki di sampingnya. "Tapi ... aku nggak bawa uang ...."
"Hm, dasar kamu ini. Yaudah, nggak apa-apa kalau gitu."
Sudut bibir Hanny sedikit terangkat. Ia pikir Tristan akan membayarkan kebabnya.
"Pak, punya dia nggak jadi. Kebabnya satu aja," ucap Tristan pada penjual kebab.
Sontak saja Hanny menyorot Tristan dengan tatapan tajam dan alis bertautan.
Setelah menunggu beberapa menit, kebab pesanan Tristan pun siap. Mereka berdua duduk di halte sembari menunggu hujan reda.
"Mau?" Tristan menyodorkan kebabnya tepat di wajah Hanny. Tanpa sepatah kata, gadis duyung itu memalingkan wajah dengan pipi menggembung.
"Ya sudah kalau nggak mau."
Hanny mencibir. Kesal dengan laki-laki yang makan dengan lahap dan beberapa kali agak mencondongkan kebab yang dipegangnya. Pamer.
"Apa kamu tau, kita ada dimana sekarang?" tanya Tristan.
"Nggak tau!" jawab Hanny ketus sambil membuka jubah mantelnya.
"Sudah makin malam. Setelah hujan reda, cari penginapan dulu. Besok bisa lanjut cari abangmu lagi."
*****
Tristan melangkah masuk ketika pintu otomatis penginapan terbuka. Tiba-tiba ia dikejutkan kehadiran seorang pria rambut panjang yang muncul dengan setelan pakaian formal cukup antimainstrem. Memakai kemeja putih, dilapisi jas hitam tapi kutangnya di luar. Absurd.
YOU ARE READING
Love Between Mermaid and Devil
Romance17+ Romance | Fantasy | Comedy Collab @Lucious-Lawliet Sebuah kesalahpahaman membuat Tristan, seorang pembunuh bayaran 'berdarah dingin' harus bertanggung jawab kepada seorang putri duyung. Pertama kali bagi pemuda itu merasa peduli, selain pada kuc...