4. Anggara

221 95 395
                                    

Lutut Hanny terasa lemas, sikunya menyenggol dinding triplek kamar sampai menimbulkan bunyi. Ia mengatur napas dan mencoba melihat ke lubang kecil kembali.

Gadis duyung itu terperanjat sembari berteriak. Terlihat ada yang sudah lebih dulu mengintip dari sana. Hal itu membuat Hanny mengambil langkah seribu, berlari keluar.

Dibuka pintu kamar penginapan dengan tangan gemetar dan ketakutan. Ketika hendak melangkah keluar, tepat di depan pintu Hanny menubruk badan tegap dan berhasil membuatnya mundur beberapa langkah. Ternyata seseorang yang ada di hadapannya adalah sosok berjubah hitam di dapur Liam tadi.

Hanny mendorong orang itu dan menutup pintu kembali tapi orang di luar menahannya lebih kuat. Ia sampai menubrukkan badan, memberikan penekanan berkali-kali agar pintu tertutup, mencegah pria tersebut masuk.

"Hanny, tenanglah."

Suara bas di luar sangat tidak asing bagi Hanny. Dibukanya kembali pintu penginapan dan mendongak, mendapati netra russet brown menatapnya dengan sendu.

"Kenapa kamu bisa di sini?" tanya laki-laki itu, membuat Hanny yakin bahwa ia tidak bermimpi. Sosok di depannya ini memanglah Tristan.

Hanny menelan saliva, tenggorokannya tercekat. Ia mendekat pada laki-laki berjubah hitam di depannya dengan sedikit tremor. "Tristan, k-kamu .... "

Tristan menatap Hanny dengan dahi berkerut, menghela napas berat. "Hanny, cepat pergi dari sini. Sebelum mereka datang."

"Kamu nggak bunuh Liam, kan?" tanya Hanny menggenggam telapak tangan Tristan. "Kamu memang orang yang kasar. Tapi nggak mungkin membunuh, kan?"

"Hanny, kubilang-"

"Aku mau lihat Liam."

Tristan menghadang Hanny. Tidak membiarkan masuk. "Jangan mengacau," tekannya kali ini dengan tatapan serius.

Hanny keras kepala. Ia terus saja mendorong, menubruk badan Tristan agar menyingkir darinya. Bahkan sebelah hidung Tristan sampai mengeluarkan darah karena tak sengaja terbentur kepala gadis yang tengah memberontak itu.

Tiba-tiba terdengar dua besi beradu, antara pisau lipat milik Tristan dengan sebuah kunai yang sengaja diarahkan untuk menyerang Hanny. Benda menyerupai pisau berujung runcing yang biasa digunakan oleh seorang ninja itu jatuh tepat di sebelah kaki Tristan.

Laki-laki itu baru saja menepis serangan yang diberikan oleh Ava. Ia melirik si pemilik kunai dengan tatapan mengintimidasi. "Apa yang kau lakukan, Ava!"

"Siapa cewek itu?"

"Apa yang kau lakukan barusan?" Laki-laki itu mengulangi pertanyaannya dengan penekanan di sela-sela giginya.

"Lo masih nanya? Mau gue habisin tuh cewek," ucap Ava dengan santai sembari memutar kunai-nya yang diletakkan di jari telunjuk. Hasrat membunuh yang ditunjukkan di wajahnya itu membuat Hanny langsung bersembunyi di belakang Tristan.

"Jalankan saja tugasmu. Biar aku yang urus ikan jelek ini."

Ava menyipitkan mata, beberapa detik pandangannya tak beralih dari sosok gadis imut yang berada di dekat Tristan kemudian melenggang memasuki tempat kejadian perkara bersama para anak buahnya.

"Mau sampai kapan meluknya?" tegur Tristan dengan ekspresi datar.

Hanny tak sadar, lengannya melingkar sempurna memeluk Tristan dari belakang. Ia segera melepaskan itu dan menjaga jarak beberapa langkah sambil pura-pura memperbaiki poni.

"Kamu mau tau? Siapa Liam sebenarnya, hm?"

Rasanya tidak perlu disembunyikan lagi, sebab Ava juga sudah memergoki Hanny. Tristan membawa gadis itu, memasuki rumah Liam.

Love Between Mermaid and DevilWhere stories live. Discover now