13. Pedar

244 99 397
                                    

Tanpa berpikir panjang, Hanny segera berlari, menghampiri wanita di seberang jalan sana yang kemungkinan juga berasal dari ras duyung.

Tepat di samping Hanny, decitan antara ban dan rem terdengar dari pengendara yang tiba-tiba menghentikan motor sampai bagian jok belakangnya sedikit terangkat.

"Lo cari mati, hah?! Golbok!" sarkas bocah berusia sebelas tahun dengan pakaian seragam putih merah tanpa mengenakan helm. Teman yang dibonceng hanya meringis mengusap kepala akibat berbenturan dengan si pengendara.

"Astaga, dek ... harusnya kamu belum boleh naik motor. Awas, nanti dimarahin bapakmu, loh," ucap Hanny menasehati dengan lembut.

"Malah bapakku yang suruh bawa motor ini, kok." Bocah dibawah umur tersebut kembali memainkan gas dan rem motor. "Disuruh beli rokok tempat Pak Rahmat," teriaknya sambil menengok ke belakang karena motornya melaju agak jauh dari Hanny.

Namun nahas, kedua bocah itu malah terperosok ke selokan. Warga sekitar pun segera menolong mereka yang wujudnya kini mirip seperti prasasti. Tubuh keduanya dipenuhi lumpur hitam dan air selokan.

Hanny segera lari dari tempat kejadian. Ada yang lebih penting dari bocah tadi. Wanita yang menarik atensinya tampak mulai berjalan tertatih-tatih kemudian terhenti. Seperti sudah tidak ada tenaga untuk melangkah.

"Kak, apa yang terjadi?" tanya Hanny. Sudut bibir wanita itu terluka, ada bekas sayatan pula di lengan kanan.

"K-kamu ... duyung?" tunjuknya dengan tatapan tak percaya.

Para duyung memiliki kemampuan mengenali satu sama lain meskipun sedang dalam wujud manusia.

"Bagaimana bisa terluka seperti ini?" tanya Hanny.

"Nanti aku jelaskan. Kita harus pergi sebelum dia mengejar sampai sini!" tekan wanita itu dengan suara serak. Ia adalah Orla.

Setelah berlari cukup jauh, dua perempuan duyung itu beristirahat sejenak di bangku taman bawah pohon besar, tak jauh dari pantai yang terhubung ke Laut Harsa. Samar-samar terdengar debur ombak bercampur keriuhan pengunjung.

"Duduklah di sini, aku beli obat dan minuman dulu," pinta Hanny lalu pergi ke minimarket terdekat.

Orla mendudukkan tubuhnya yang ringkih ke bangku taman. Ia mendongak, menyipitkan mata. "Ntah pikiranku yang sedang ambyar atau memang pohon ini seperti pakai celana dalam?"

 "Ntah pikiranku yang sedang ambyar atau memang pohon ini seperti pakai celana dalam?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selang beberapa menit kemudian, Hanny kembali dan membawa kantong belanjaan. Ia duduk di sebelah Orla, mengoleskan obat pada luka wanita duyung yang tampak lebih tua darinya tersebut.

"Terima kasih sudah menolongku, Dik. Panggil saja aku Orla. Kamu berasal dari mana?"

Seketika Hanny teringat pesan Hans untuk tidak memberitahukan identitasnya sebagai putri duyung dari Kerajaan Gandaria kepada orang asing.

Love Between Mermaid and DevilWhere stories live. Discover now