chapter 05

47 6 0
                                    

Aku tidak menyangka dalam dua hari Eiji mengajakku menonton anime bersama. Sekarang aku berada di ruang tengah rumahnya yang punya banyak furniture Jawa. Eiji sedang pergi ke kamarnya untuk mengambil laptop. Kami memutuskan menonton Link Click yang merupakan serial animasi dari China.

“Jira, ya?” Aku mendongak saat mendengar suara indah itu. Seorang wanita cantik berdiri di sana dengan senyuman. Itu pasti mama Eiji. Ah, aku jadi tahu dari mana wajah rupawan Eiji diwariskan. Kecantikan mama Eiji sangat cocok dengan standar kecantikan wanita zaman dulu. Sepertinya beliau sangat terkenal di masa mudanya. Wanita itu mendekatiku, kemudian duduk di kursi seberang. “Sudah lama Eiji nggak bawa cewek ke rumah. Kamu anaknya Bu Geni, kan?”

Aku mengangguk. “Iya, Tan.”

“Kata Eiji kalian mau nonton film bareng. Akhirnya ada yang nemenin Eiji nonton biar dia nggak kelewatan. Tante pernah lihat Eiji nonton sambil senyum-senyum, tante jadi agak khawatir,” ujar wanita cantik itu.

Aku langsung membayangkan senyum Eiji. Pasti mengerikan. Aku yakin saat itu dia sedang menggilai waifunya.

“Ma, jangan cerita aneh-aneh.”

Akhirnya Eiji datang dengan laptop yang sudah berada di tangannya.

Mama Eiji terkekeh. “Jira kalau haus langsung ke dapur aja, ya. Kalau lapar minta Eiji buatin makanan. Tante mau beresin kerjaan dulu.” Wanita itu berpamitan. Aku mengatakan terima kasih sebelum wanita itu menghilang dari ruang tengah.

Aku mengikuti Eiji yang duduk di lantai beralaskan karpet. Sambil menunggu Eiji membuka web anime, aku mengedarkan pandangan. Sesuatu yang menjadi alasanku menerima ajakan Eiji tidak ada di sini. Laki-laki itu pasti menyembunyikannya.

“Nyan mana?”

“Gue taruh di kamar,” jawab Eiji.

Hish, padahal aku sudah membayangkan nonton anime sambil memangku Nyan.

“Lo balik lagi kayak biasanya. Terus, kenapa waktu itu tiba-tiba lo ngebolehin gue elus Nyan?” Eiji tidak mungkin semudah itu memperbolehkanku memegang Nyan

“Tatapan lo ke Nyan kayak tante-tante girang. Setidaknya dengan satu elusan, ekspresi nyeremin lo itu bisa sedikit hilang,” balas Eiji.

Sialan. Kenapa tante-tante girang?! Apa wajahku memang semenyeramkan itu? Tidak mungkin, aku hanya menatap Nyan dengan berbinar. “Sori, gue waktu itu memang nggak sopan banget,” kataku dengan sungguh-sungguh. Aku selalu menggerutu soal Eiji yang memelototi siapa saja yang memandang Nyan, tapi nyatanya aku juga menatap Nyan dengan berlebihan.

Eiji mengangguk paham. “Nah, itulah kenapa Nyan harus dijauhkan dari orang macam lo.”

Ah, oke. Si sialan ini ternyata orang yang menyebalkan. Sepertinya sah-sah saja kalau aku pukul kepalanya.

“Diem, udah mulai nih,” perkataan Eiji membuatku membatalkan mengangkat tangan. Akan aku pukul dia setelah animenya selesai.

Kami tenggelam dalam film animasi itu. Tidak banyak percakapan, hanya sesekali tertawa karena adegan lucu, atau decakan kagum dariku ketika melihat dua tokoh utama yang gantengnya bikin gila. Eiji menontonnya dengan tenang, atau mungkin dia sedang menahan diri? Kalau tidak sedang bersamaku, mungkin dia bisa menjadi gila karena karakter perempuannya.

Aku bertepuk tangan begitu sebelas episode selesai ditonton. Lumayan puas.

“Mau lanjut season dua?”

Aku menganga mendengarnya. Apa Eiji tidak mabuk setelah menonton sebelas episode itu? Apalagi ini bukan film animasi yang punya cerita ringan. “Kayaknya lo kuat nonton banyak episode, ya? Gue yakin selama liburan lo cuma nonton doang.”

“Kuat nonton banyak episode emang benar, tapi gue nggak senolep itu sampai tiap hari nonton anime terus.”

Aku memandang tidak percaya. “Iya? Terus lo ngapain aja?”

Eiji menggaruk pipinya, ragu. “Bersih-bersih rumah?”

Cih, apa-apaan itu. Kalau bersih-bersih rumah sih aku juga melakukannya tiap hari. Maksudku hobinya yang lain. Apa dia tidak melakukan hal lain? Akhir-akhir ini dia sering ikut jogging bersamaku, mungkin itu menjadi kegiatan barunya.

“Tapi nonton anime hari ini rasanya beda. Ternyata enggak buruk juga nonton bareng.”

Aku terdiam. Wah, tadi itu apa? Tapi aku menyetujuinya. Menonton bersama ternyata seru.

Aku tersenyum kecil. “Ya, lo benar.”

≽^⩊^≼

Don't Approach Nyan✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora