Sayangi Diri Jangan Terlalu Keras

3 0 0
                                    

Adalah nasihat yang gue rapalkan ketika gue sakit pada diri gue sendiri.

Iya.

Emang pada dasarnya gue ini adalah mantan ambis. Jadi, apa-apa harus selalu mendekati perfect atau sempurna. Padahal kan kalau begitu terus tuh, capek. Capek yang dibuat-buat sama diri sendiri.

Perkara tugas, kalau belum selesai gue gak akan berhenti memberikan fokus gue pada tugas tersebut.

Gue bisa nggak main medsos, nggak buka youtube untuk nonton vlog yang biasanya gue lakuin, gue bisa nggak scroll reels ig, gue bisa nggak buka spotify untuk dengerin podcastnya rintik sedu atau senjabersuara, gue bisa nggak dengerin lagu IU di playlist musik gue, gue bisa nggak nonton film samsek. Bahkan chat dari orang lain pun bisa nggak gue balas seharian. Gue benar-benar mengabaikan semua distraksi dengan membuat diri gue fokus pada tugas.

Tapiiii sebetulnya, saat begitu, kebahagiaan gue secara tidak langsung seolah sedang direnggut oleh diri gue sendiri.

Gue membuat diri sendiri terpenjara.

Seakan-akan kalau gue santai sedikit, maka gue udah berlaku negatif.

Seakan-akan kalau gue istirahat sebentar, maka kerjaannya akan totally tidak beres.

Padahal ngggakkk. Nggak gitu.

Ibaratnya kayak, tenaga lo lo pakai kerja. Pikiran lo, lo pakai kerja juga.

Gue sampai bermalam untuk kerjain tugas. Yang mana biasanya jam paling malam untuk gue adalah jam 22.00
Gue emang bukan makhluk nokturnal yang bisa melek dan liar saat malam hari.

Gue kebo.

Tapi gue bisa nahan tidak tidur demi tugas dengan dalih:

Percobaan 5 menit.
Paksain supaya terbiasa.

Halaaahhhh. Freak itu!

Over produktif malah jadinya nggak sehat T_T

Mengkapok sendiri.

Serius jangan ditiru.

Karena pada saat itu tingkat stessor gue udah sangat tinggi.

Psikisnya tidak sehat, coy.

Gue mencoba mengalihkan dengan baca buku.

Tapi nggak begitu ngaruh.

Pada akhirnya gue tumbang dan jatuh sakit.

Sumpahhhh semua orang pasti tahu, kalau sakit itu nggak enak.

Tapi, sebagian orang juga pasti tahu, kalau sakit adalah bagian dari hidup yang harus disyukuri.

Seorang teman bilang:

Allah tuh sayang sama kamu. Makannya kamu dikasih sakit. Biar kamu tuh istirahat. Biar kamu nggak ngapa-ngapain dulu. Disuruh dieeeem.

Gue ketawa, sih. Hahaha.

Kenapa sih sudah jadi mantan ambis tapi tetep nggak bisa diem?

T_T

Masih ada sisa-sisa jiwa perfectionis yang kadang-kadang naudzubillah banget.

Gue akhirnya merenungi hal ini.

Tepat di hari ketiga gue jatuh sakit.

Jadi, pagi itu gue keluar. Gue duduk di teras rumah. Kepala gue ngedongak ke atas, mandang langit. Gue lihat sepasang burung yang lagi lomba terbang. Gue lihat pohon rambutan yang sudah saatnya panen. Gue lihat jajaran pohon bambu yang bergoyang. Gue lihat pohon pepaya yang daunnya menari-nari. Gue juga lihat bunga mawar yang paling nyentrik di antara bunga yang lain.

Haduh masyaAllah ....

Kayak, gue tuh selama ini kemana aja?

KEMANAAA?

Baru lihat pemandangan depan rumah aja kayak takjub.

Kayak ... gimana ya bilangnya?

Pokoknya saat itu, gue menyukai pilihan gue untuk melamun di teras rumah.

Melamun ... bisa semenenangkan itu, ya?

MasyaAllah.

Akhirnya gue nyoba buat merem.

Gue membiarkan diri gue untuk nggak mikirin kerjaan.

Gue cuma fokus untuk ngambil napas dan mengeluarkannya perlahan.

YaAllah .... nikmat darimu yang mana lagi yang aku dustakan?

Luruh juga akhirnya.

Gue nangis.

Nangis karena sadar ... kalau ternyata selama ini gue tuh terlalu keras sama diri gue sendiri. Sampai gak sadar, bahwa ada pemandangan semenakjubkan ini. Bahwa ada moment semenenangkan jiwa ini. Bahwa ... berada terus-menerus di depan laptop ternyata nggak kasih gue bahagia.

Gue nggak seimbang dalam menyelesaikan tugas, dan berbuat baik pada diri gue (fisik dan psikis).

Gue mau jadi orang yang bertanggung jawab, tapi gue menganiaya diri.

Jahat banget, emang.

Percaya atau enggak, kadang, pemeran jahat dalam hidup adalah kegoisan kita sendiri.

Fyuhhhhh~

Jangan gitu lagi ya, Ndah.

Gue bersenandika sendiri akhirnya.

Sayangi diri, jangan terlalu keras.

Ujung-ujungnya paling nampar tuh emang ketika semuanya dikembalikan lagi pada Allah SWT.

Bahwa, ngapain lah sampai berdarah-darah dan mati-matian demi tugas kalau pada akhirnya lupa, bahwa dunia adalah tempat untuk beramal sekaligus tempat untuk mati.

Apalagi ketika sadar waktu hidup di dunia tuh singkat.

Jangan lagi sia-siaiin idup lo hanya karena kerjaan dunia yang gak seberapa, dong?

Akan amat sangat menyayangkan.

Hiduplah dengan baik.

Baiklah pada diri.

Ingat Allah SWT selalu mengawasi dan menemani.

Seharusnya memang ketika sudah ikhlas pada dunia karena tahu akhirat adalah yang terbaik (surga) jangan terlalu berlebihan pada apapun.

Musti dipikir mudah. Dibawa santai. Dikerjakan pelan-pelan asal selesai. Gitu.

-------

@suensiti (on ig).

Lebih Baik Dari Kemarin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang