Hujan

0 0 0
                                    

Aku tersenyum setelah menempuh perjalanan hampir 7 jam akhirny aku bisa sampai di tempat ini sesuai janjiku padanya 3 tahun lalu sebelum kami benar-benar berpisah.

“Berjanjilah akan kembali 3 tahun lagi Dara,” ucapnya memintaku berjanji padahal tanpa dia minta aku pasti akan datang.

“Aku berjanji.” Aku mengaitkan kelingkingku ke kelingkingnya.

“Apa yang akan terjadi kalau kamu mengingkarinya? Aku tak yakin kamu akan tepati janjimu.” Aku tersenyum wajah imutnya saat merajuk seperti itu benar-benar moodbosterku.

“Mau apa?” tanyaku balik

“Kamu harus berjanji akan menghabiskan waktu setahun penuh denganku bahkan sampaintahun-tahun selanjutnya,”

“Tentu saja Lerien,”

Setelah itu tak ada lagi pertemuan diantara kami semua seperti seolah tak pernah terjadi sesuatu diantara kami aku fokus pada pendidikanku dan dia?

Namanya Lerien Reverka seorang pria dewasa seumuran denganku tapi sayang otak dan fikirannya masih seperti anak usia 7 atau bahkan 5 tahun, dia terjebak dalam Sindrom Rett atau kelainan genetik yang memengaruhi perkembangan otak anak

Pertemuan kami bermula ketika aku melakukan riset dan penelitian di salah satu sekolah di daerahnya tepatnya dalam program kkl, Dia dengan polosnya berlari kearahku lalu memelukku aku sangat terkejut bagaimanapun fisiknya sudah besar reflek aku menamparnya

Plak!

“Rien nggak nakal,” ucapnya disusul tangisnya yang segera pecah.

“Tidak usah cari perhatian mas! Anda yang salah!” bentakku.

“Rien minta maaf mbak.” Aku tertegun melihat tatapan polosnya.

“Maaf neng dia autis,” ucap seorang warga yang menonton dari tadi.

Aku diam pria dengan fikiran anak kecil itu masih sesenggukan memegangi wajahnya yang memerah akibat tamparanku tadi

“Hey nama kamu Rien?” tanyaku berjongkok.

“Iya kata mama Lerien tampan.” Dia tersenyum polos.

Hari-hari berikutnya terasa sangat akrab dia sering datang berkunjung ke rumah hunian yang disiapkan untuk kami.

“Panggil Dara saja ibu,” ucapku pada ibu Lerien yang datang berkunjung ke rumah kami tujuan utamanya adalah untuk membicarakan putranya, ternyata mereka masuk kedalam jajaran orang-orang mampu bahkan terkenal dikota ini.

“Begini Nak Dara langsung saja saya mau melamar nak Dara untuk putra saya Lerien bagaumana, Nak?” aku menatap ibu itu tak percaya.

“Setelah mengenal Nak Dara putra kami terlihat sangat bahagia setiap hari yang keluar dari mulutnya hanya Nak Dara saja Lerien selalu menceritakan kamu Nak, Memang putra kami tidak normal seperti kekasih Nak Dara mungkin,”

“Saya tidak punya kekasih,” bantahku.

“Bagaimana lamaran kami, Nak?” tanya nya lagi.

“Akan saya pikirkan, Ibu,” jawabku.

“Tak apa Nak kami mengerti keadaan putra kami,” ucapnya menunduk.

“Kalau Ibu mau silahkan temui keluarga saya saja,” sahutku.

“Jika keluarga saya izinkan saya menerima putra ibu dengan semua kekurangan dan kelebihannya ibu,” tambahku lagi.

Setelah melalui drama panjang dimulai dari orangtuaku yang tak izin lalu akhirnya luluh disusul menunggu restu dari kakak dan adikku satu persatu hingga akhirnya restu itu bisa kami dapat namun lagi dengan syarat aku harus lulus S2 seperti mimpiu sebelumnya.    

“Lihat ada hujan!” tunjuk Lerien keluar jendela ketika kami sedang berada di rumahku.

“Mau mandi hujan?” tawarku.

“Nanti Dara sakit gimana?” tanyanya.

“Nggak akan kok nanti lansung mandi gimana? Mau mandi hujan?” tawarku lagi.

Tak menjawab tapi kami langsung berlari keluar ke halaman depan tawa kami terdengar sampai keluargaku keluar menonton kami, tak seperti biasanya kali ini Lerien terlihat sangat dewasa seperti anak normal lainnya bukan anak pengidap autis.

“Nanti kalau Dara rindu aku pas lanjut S2 terus hujan Dara main hujan nggak papa tapi jangan sakit ya?” ucapnya.

“Siap!”

“Aku sayang Dara selamanya nggak peduli seberapa lama lagi aku akan nunggu Dara aku akan setia sama Dara sampai aku mati.” Aku tertegun mendengar penuturannya.

Dan lihatlah sekarang setelah 3 tahun aku sudah kembali lagi Lerien lantas di mana dirimu? Kau berjanji akan menjemput dan menyambutku bukan? Lihat aku sudah pulang sesuai janjiku di mana dirimu? Ayo melanjutkan hubungan ini sesuai kesepakatan itu.

Aku membiarkan hujan membasahi diriku dinginnya hujan tak mampu menyamarkan hangat air mataku yang mengalir, di depanku gundukan tanah dengan nisan bertuliskan Lerien Reverka meninggal 3 minggu lalu tanpa kabar dari keluarganya agar setidaknya aku bisa melihat wajahnya untuk terakhir kali.

Berbahagia dan tenanglah di sana sayang, tunggu aku lalu kita akan bersama seperti seharusnya maaf tak pernah tahu bagaimana rasa rindumu itu mulai membunuhmu perlahan menghancurkan semangatmu dan membuat rapuh dirimu, lihat sekarang sedang hujan tapi sepertinya aku berharap sakit lalu menyusulmu.

TAMAT



Ditulis oleh: Nazriah Rambe
Kelompok 1 (Bumantara Aksara Kejora)

Jendela HatiWhere stories live. Discover now