Pasar Malam

8 0 0
                                    

Nesya mengacak-acak seisi lemari, mencoba berbagai pakaian yang ia miliki sembari berkaca. Ia terlihat bingung akan mengenakan pakaian yang mana untuk pergi bersama Rivan—gebetannya.

Rivan mengajak Nesya untuk pergi ke pasar malam untuk pertama kalinya. Susah payah Nesya meminta izin kepada ayahnya karena akan keluar malam bersama pria, alhasil untungnya ia diberi izin asalkan pulang jam sembilan malam.

"Outfit yang cocok buat ke pasar malam tuh apa sih?" tanya Nesya pada dirinya sendiri, "Kalau aku pake ini cocok ga ya?" 

Nesya bercermin sendiri mengenakan baju yang cukup panjang lalu berdecak sebal karena menurutnya itu terlihat seperti gamis. "Ih ini sih outfit pengajian bukan outfit pacaran."

Ucapannya membuat ia membeku dan menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Ingat Nesya lo ga pacaran sama Rivan, ga usah berharap oke? Oke!" Nesya bermonolog.

Wajar saja ia berpikir seperti itu, sebab Nesya dan Rivan dekat cukup lama. Nesya pun selalu mengajak Rivan untuk bermain di rumahnya begitu pun dengan Rivan yang selalu mengajak Nesya untuk bermain di rumahnya namun, Nesya selalu menolak dengan alasan malu dan takut tidak diterima oleh keluarga Rivan.

Setelah dua jam memilih baju, Nesya berfikir cocok dengan baju yang kini ia coba. Balutan kaus panjang berwarna hitam dan celana panjang yang sama berwana hitam.

"Pasar malam berati malam kan?" tanya Nesya  kepada pantulan dirinya di cermin, "berati kalau malam pasti dingin. Jadi harus pakai jaket!"

Gadis itu kembali mengacak-acak lemarinya yang penuh dengan pakaian berwana hitam, semua baju pun terlihat sama semua membuat Nesya bingung sendiri.

"Kalau jaketnya hitam juga, nanti kalau gelap ga bakal keliatan dong. Duh pake warna apa ya?"

Ia berpikir sejenak, dan ya! Ia menemukan jaket berwana coklat, menurutnya itu akan cocok dengan pakaiannya yang serba hitam.

"Kerudungnya warna apa ya?" pikirnya, "Hitam aja deh!"

***

Adzan isya telah berkumandang, Nesya siap-siap untuk melaksanakan solat isya dan setelah selesai solat ia bersiap untuk pergi ke pasar malam.

Gadis itu kini tengah di depan cermin yang di depannya banyak sekali berbagai make up. Ia harus tampil cantik malam ini karena Rivan bilang ini akan menjadi malam yang indah.

Gadis itu tersenyum sendiri karena Rivan telah berjanji akan melukis bersama nanti di pasar malam. Rasanya Nesya tidak sabar.

"Nesya itu Rivan udah ada di depan," teriak Ratih ibu Nesya.

"Iya." jawab Nesya sambil mengambil beberapa uang di dalam dompetnya.

Terlihat pria dengan balutan kemeja hitam itu tengah tersenyum tulus melihat gadis yang ia sukai begitu cantik. Ratih yang melihat gadisnya yang kini beranjak remaja pun ikut tersenyum melihat Nesya.

"Masyaallah meuni geulis kieu budak mamah." (masyaallah  cantik banget anak mamah) puji Ratih sambil mengusap-usap kepala Nesya.

Nesya berdecak kesal karena kerudungnya menjadi kusut. "Ih Mamah Nesya teh udah dandan geulis kieu tapi meuni diacak-acak deui!" (Ih mamah Nesya udah make-up cantik begini tapi kenapa diacak-acak)

Ratih hanya tersenyum lalu menyuruh mereka berdua segera bergegas untuk pergi ke pasar malam karena batas waktu yang diberikan hanya lah sedikit. Ratih cukup perhatian agar anaknya tidak diomeli oleh ayahnya yang cukup tegas.

***

Setelah lama di jalan, Rivan dan Nesya kini tengah membuka helmnya. Rivan membantu Nesya membuka helm sembari memuji kecantikan Nesya malam ini.

Jendela HatiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt