21. Another Love

6 0 0
                                    

Seperti permintaan Riffa, Jingga membantu Rei untuk memakai jaket. Gadis itu bahkan menuntun Rei untuk turun dan segera masuk mobil karena Riffa sudah menunggu.

"Loh, kok Jingga duduk di belakang?" Riffa terlihat kaget saat masuk mobil karena Jingga duduk di kursi belakang dengan Rei yang tertidur di paha gadis itu.

"Nggak apa-apa Pak, kasihan Mas Rei masih pusing. Jadi saya di sini aja biar Mas Rei tidurnya enak."

Riffa mengangguk, walaupun sebenarnya dia sedikit tidak rela karena gadis yang dia suka lebih perhatian dengan Rei. Tapi Riffa mengesampingkan perasaan itu, dia mengalah karena adik kembarnya itu masih sakit.

"Maaf ya, saya sama Rei malah jadi repotin kamu kayak gini."

"Nggak masalah, saya senang bisa bantuin Pak Riffa sama Mas Rei," ucap Jingga sambil membetulkan jaket Rei agar lelaki itu tidak kedinginan.

Setelah itu tidak ada percakapan diantata mereka. Hanya keheningan yang mengisi sampai tiba di kediaman Riffa. Lelaki itu sengaja membawa Jingga ikut pulang, karena dia berniat mengantarkan Rei ke rumah agar bisa segera istirahat. Baru setelah itu Riffa akan mengantarkan Jingga pulang.

"Maaf ya, kamu saya bawa pulang. Kamu tunggu di sini dulu. Saya antar Rei ke kamar."

Riffa menuntun Rei untuk naik ke kamarnya. Lelaki itu berjalan pelan menyeimbangkan Rei yang tidak bisa berjalan cepat karena rasa pusing yang mendera.

"Kamu istirahat dulu, aku antar Jingga sebentar."

Rei hanya mengangguk kecil, dia sebenarnya tidak terlalu peduli dengan apa yang akan dilakukan Riffa. Karena yang ada dipikirannya sekarang adalah cara untuk menghilangkan sakit kepalanya ini. Rei benar-benar sudah tidak tahan.

~

"Maaf ya, kamu jadi harus ikut repot mengurusi Rei." Riffa membuka obrolan setelah sejak tadi hanya diam.

"Nggak masalah, saya senang bisa membantu Mas Rei dan Pak Riffa. Lagi pula tadi saya juga sedang senggang," sahut Jingga sambil tersenyum.

Riffa menepikab mobilnya begitu sampai depan gerbang kompleks rumah Jingga. Entah apa tujuannya melakukan itu.

"Saya mau bicara sebentar sama kamu." Riffa menatap Jingga tenang.

Tetapi Jingga malah dengan sengaja mengalihkan pandangannya agar tidak bertatapan langsung dengan Riffa. Gadis itu terlalu gugup di tatap intens oleh Riffa.

"Jingga, sekali lagi saya mau jujur sama kamu. Saya benar-benar menyukai kamu, entah sejak kapan perasaan yang saya kira hanya sementara ternyata semakin tumbuh."

Jingga bergeming, dia tidak tahu harus menjawab apa. Karena entah sejak kapan, perasaan Jingga yang tadinya untuk Riffa kini sudah beralih untuk orang lain. Perasaan Jingga untuk Riffa hanya sesaat saja karena dengan cepat tergantikan.

Jingga hanya bisa menunduk, dia tidak berani menatap Riffa. Gadis itu merasa bersalah karena perasaannya bukan lagi untuk Riffa, tapi untuk kembarannya.

"Maaf, tapi ada orang lain yang saya sukai. Perasaan saya ke Pak Riffa hanya sekadar rasa kagum, sedangkan perasaan saya ke dia mungkin lebih dari itu. Hanya saja, saya masih sedikit ragu." Jingga berucap lirih, dia takut kalau ucapannya itu akan menyakiti Riffa.

Riffa tersenyum tipis, dia sudah menduga soal ini. Riffa tahu siapa orang yang dimaksud Jingga. Hanya saja Riffa sedikit menyayangkan karena waktu untuk Jingga sudah tidak banyak. Gadis itu harus mengungkapkan perasaannya sebelum terlambat. Karena Riffa tahu, kembarannya tidak mungkin melakukan itu.

"Saya tahu siapa yang kamu maksud, saran saya kamu harus berani nunjukin perasaanmu ke dia sebelum terlambat," ucap Riffa sedikit membuat Jingga bingung.

"Tapi saya belum yakin dengan perasaan saya sendiri," sanggah Jingga dengan raut wajah yang masih kebingungan.

"Yakinkan perasaanmu, kalau kamu sudah yakin saya siap membantu kalau kamu mau jujur sama lelaki itu." Riffa mengusap lembut pipi Jingga.

"Terima kasih," cicit Jingga dan langsung mengalihkan pandangannya, dia terlalu malu di tatap Riffa sedekat ini.

Setelah itu tidak ada percakapan lagi diantara keduanya sampai Jingga keluar dari mobil. Keduanya terlihat sedikit canggung karena percakapan tadi.

"Terima kasih, maaf saya malah jadi merepotkan Pak Riffa," tutur Jingga sebelum benar-benar keluar dari mobil.

Riffa membalas dengan tersenyum dan tetap melihat Jingga sampai gadis itu masuk rumah.

"Rupanya justru Rei yang dapat kesempatan, tapi dia malah mau menyerah," gumam Riffa sambil kembali pulang untuk segera merawat Rei yang masih sakit.

=====

Rhain
12.12.2023

Just for You [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang