13. Pengakuan?

6 0 0
                                    

Rei masih saja terlihat marah, sepertinya suasana hatinya sedang tidak bagus hari ini. Karena kesalahan kecil pun bisa membuat Rei mengomel panjang, padahal biasanya dia tidak seperti ini. Ditambah lagi saat ini Rei sedang dihukum Riffa dan dilarang menyentuh dapur. Bisa dipastikan, suasana hati Rei semakin buruk saja.

"Mas Rei kenapa sih mbak? Perasaan hari ini galak banget. Biasanya aku telat dia biasa aja, ini langsung kena amuk." Jingga bertanya pada Arun disela-sela dia mengantarkan pesanan untuk pelanggan.

"Lagi dihukum sama Pak Riffa dia karna kemarin kabur dan lepas tanggung jawab sama pekerjaan," sahut Arun sembari tetap sibuk mengecek beberapa catatan kecil yang dia buat.

Jingga mengangguk, pikirannya berkelana pada hari dimana dia dibawa kabur Rei ke salah satu pantai di daerah Gunung Kidul.

"Mas Rei tuh kurang kerjaan apa gimana sih? Bisa-bisanya aku dibawa kabur sejauh ini, mana siang-siang panas kayak gini pula," omel Jingga panjang lebar setelah dia menyadari kalau dibawa pergi sampai ke Gunung Kidul.

"Kebanyakan kerjaan malah, tapi nggak apa-apa sesekali nggak kerja. Kan aku yang punya kafe," sahut Rei malah menyombongkan diri. Tapi tidak salah, Rei memang pemilik Kafe Serenity.

Jingga mencibir, karna kelakuan Rei yang tiba-tiba menyombongkan diri. Benar-benar tidak seperti Rei yang Jingga kenal, atau memang seperti inilah sifat Rei yang sebenarnya.

Rei menarik penutup kepala dijaketnya hingga menutupi separuh wajah Jingga. Lelaki itu sengaja agar Jingga diam dan tidak banyak omong. Karena ternyata tujuan Rei pergi sejauh ini untuk menenangkan diri.

"Mas Rei! Rambutku berantakan jadinya," omel Jingga kesal sembari merapikan rambutnya yang kusut karena ulah Rei.

"Udah nggak usah ngambek, ayo pulang. Aku nggak boleh pulangin kamu malem-malem." Rei mengulurkan tanganya dan langsung disambut Jingga sambil tersenyum senang.

"Malah senyum-senyum sediri kayak orang nggak waras. Nih anterin pesanan pelanggan," ucap Arion sambil menyodorkan nampan berisi dua mango smooties.

Dengan wajah kesal, Jingga membawa nampan itu dan menyajikannya kepada pelanggan. Dia berusaha untuk tersenyum walaupun masih merasa kesal karena diganggu Arion ketika sedang berpikir atau lebih tepatnya sedang melamunkan Rei.

"Kalau kamu manyun kayak gitu nanti pelanggan saya kabur," ucap Riffa menggoda Jingga yang masih merengut.

"Eh, Pak Riffa," sapa Jingga sungkan, karena ketahuan sedang merengut.

"Kenapa cemberut kayak gitu? Dimarahin Rei pasti." Riffa menebak-nebak alasan Jingga cemberut.

"Masih kena juga, padahal dari tadi diam doang," sambar Rei ikut berbicara. Padahal sepertinya sejak tadi Rei sibuk dengan kopi tapi ternyata dia mendengar obrolan Riffa dan Jingga.

"Ngobrol di atas aja yuk, sekalian ada yang mau saya tanyakan sama kamu." Riffa mengajak Jingga untuk naik ke kantornya.

Jingga terlihat gugup berjalan di belakang Riffa. Bagaimana tidak, sebentar lagi dia akan duduk berdua dengan orang yang dia sukai, hanya berdua. Belum apa-apa jantung Jingga sudah berdebar tidak karuan. Sepertinya gadis itu benar-benar menyukai Riffa.

"Sebelumnya saya mau minta maaf, karena Rei bawa kamu pergi sejauh itu kemarin," ucap Riffa setelah keduanya duduk di sofa.

"Nggak masalah Pak, kemarin saya juga kebetulan sedang senggang," sahut Jingga sedikit kaku, karena tidak terbiasa mengobrol dengan Riffa.

Riffa terkekeh, dia merasa aneh karena mengobrol dengan bahasa yang sangat kaku. Malah jadi seperti interview kerja ketimbang obrolan santai.

"Ini kita ngobrol tapi berasa kayak lagi interview," ucap Riffa sambil tersenyum.

Just for You [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang