• Halloween (MLMSD Ekstra Bab) •

18.9K 338 11
                                    

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, FOLLOW

WARNING 21+
.
.
.
.
.
.
.

Hari ini adalah tanggal 31 Oktober, biasa diperingati sebagai Halloween yang identik dengan berbagai macam kostum. Ingatan gue terbawa pada tanggal yang sama di tahun lalu, yang mana saat itu gue masih berstatus sebagai sugar baby dari dosen gue sendiri. Gue mendengus geli mengingat seberapa 'nakal'nya gue saat itu.

Kala itu gue sedang menstruasi sehingga tidak bisa memberikan layanan plus pada Om Johnny. Padahal gue sudah menyiapkan kostum khusus sejak jauh-jauh hari. Alhasil, gue hanya menatap nanar kostum tersebut.

Tidak ingin mengecewakan sumber uang gue, maka gue memutuskan memakai kostum lain. Meskipun terbuka, tapi bagian bawah gue tetap aman dengan pembalut.

Saat mendengar pin apartemen dimasukkan, gue langsung berjalan ke arah pintu. Dengan higheels yang menjadi alas kaki, gue melangkah dengan sangat anggun.

"Hey, good evening." Sapa gue pada sosok Om Johnny yang baru datang. Dilihat dari pakaiannya, tentu saja ia baru pulang kerja. Wajah lusuh dan capeknya sirna saat menatap penampilan gue.

"Oh shit! My sexy witch." Meski diawali umpatan, gue sangat yakin kalau ia terkesima dengan kostum penyihir yang gue pakai. Dress hitam dengan potongan dada rendah, tentu saja gue tidak memakai bra, sehingga payudara gue terekpos dengan bagian puncak yang menyiplak jelas. Stocking hitam berjaring kecil menambah kesan sexy. Apalagi dipadu dengan higheels tinggi yang gue pakai. Tak lupa juga topi penyihir yang berwarna hitam dengan bentuk kerucut sebagai pelengkap tampilan gue.

"Trick or threat, Daddy?" Dengan sengaja gue mengedipkan mata padanya.

"Shanee.." Om Johnny melangkah cepat ke arah gue. Untungnya sudah terbiasa dengan kebisaannya mencium gue secara tiba-tiba. Bibir gue langsung dipagutnya cepat. Wah, baru juga digoda begini, Om Johnny sudah terangsang hebat.

"Mandi dulu ya?" Gue menahan dadanya, memberi jarak di antara pagutan kami.

"Ergghhh.." Om Johnny kelihatan kesal dengan aksi gue menghentikan ciuman.

"I am a witch. Please be obidient." Ucap gue dengan tegas.

"What if i refuse?" Tantangnya. Hm.. sepertinya ia ingin bermain peran.

"Keinginanmu tidak kukabulkan, Daddy." Jawab gue santai sambil membelai pipinya.

"Tau apa keinginanku?" Om Johnny mengangkat tinggi wajahnya. Hm.. dasar sombong.

"Ini kan?" Gue mendekatinya. Mata gue menatapnya teduh, sementara tangan gue merayap di area selangkangannya.

Om Johnny tersenyum miring. Ia tidak lagi membantah. Sebelum menuju kamar mandi, ia mengecup bibir gue sebentar. "All i do just for get what i want." Bisiknya sebelum meninggalkan gue.

Berselang beberapa menit kemudian Om Johnny keluar dari kamar mandi. Wajahnya kelihatan lebih segar. Tubuh telanjangnya hanya dililiti selembar handuk di area pinggang.

"Stop." Perintah gue saat Om Johnny hendak mengambil pakaian.

"Hm?" ia menatap gue heran.

"Witch just want to grant your wish, Daddy." Gue berjalan mendekatinya. Matanya gue kunci dengan tatapan gue.

Aroma harum maskulinnya menggelitik indra penciuman gue, saat gue tepat di depannya. Pipinya gue belai dengan lembut. Matanya mengikuti alur tangan gue bergerak. Dimulai dari pipi, merambat ke bibirnya. Perlahan tangan gue menuruni lehernya. Semakin ke bawah, gue bermain sebentar di dadanya bidangnya. Tidak henti-hentinya gue mengangumi tubuh pria ini. Berotot dan sangat seksi dengan kotak-kota di perutnya.

"You got your wish, i got my lolipop." Ucap gue seduktif saat membuka lilitan handuknya. Satu-satunya penutup tubuhnya jatuh ke lantai begitu saja.

Gue berjongkok di depannya. Lebih tepatnya, di depan pusakanya yang sudah berdiri tegak. Hidung gue mengendus bau khasnya. Tidak menyengat. Sangat pas di indra penciuman gue.

Tangan gue menangkup benda itu. Mengocoknya sebentar. Tanpa sadar, kita berada tepat di depan cermin lemari. Gue terkesima dengan pantulan di cermin itu. Terlihat nakal namun seksi. Sisi liar dalam diri gue menguar.

"Look at the mirror." Perintah gue.

"My witch looks so sexy." Om Johnny memuji gue.

"My lolipop looks so yummy." Balas gue binal.

"Suck it." Itu adalah perintah, namun gue enggan menurutinya.

Sebagai permulaan, gue memainkan miliknya dengan tangan. Jari-jari gue menelusuri benda itu. Telunjuk gue berada di lubang kecil pada puncaknya. Memainkannya baru sebentar, namun erangan sudah keluar dari mulut Om Johnny. "Ashhhhh.."

Sudah puas dengan jari. Kini lidah gue mulai mengambil peran. Menjilati seluruh permukaannya, tak lupa juga dengan kedua bolanya. Sengaja juga, ujung ludah gue mengelitik lubang kecilnya itu.

"Shaneee ahhh.." gue suka nama gue didesahkannya.

Semakin bersemangat, kali ini gue memasukkannya ke dalam mulut gue. Tidak bisa langsung semua memang. Namun gue berusahan untuk terus memanjakannya.

Rambut gue dijadikan satu oleh Om Johnny. Ia menahannya dengan salah satu tangan. Sesekali ia juga menuntut kepala gue agar semakin dalam melahap miliknnya.

Jilatan, hisapan, serta kocokan menjadi kesatuan dalam memuaskan milik Om Johnnya. Mata gue sesekali melirik ke cermin, melihat betapa berantakannya gue. Sesekali juga gue melihat ke atas, Om Johnny sampai menengadahkan kepalanya ke atas. Senikmat itu kah?

"Ahhh Babbyyyy..." Om Johnny terus mendesah, sementara gue semakin mempercepat gerakan.

Miliknya semakin membesar. Gue tau, sebentar lagi ia pasti akan keluar. Oleh sebab itu gue tak mengurangi kecepatan sedikitpun, malah semakin cepat.

"Aaaaaahhhhh.." lenguhan panjangnya beriringan dengan keluarnya cairan putih. Tidak ingin menelan cairan itu, gue justru menarik ke bawah dress gue, membuat kedua payudara gue menyembul keluar. Gue mengarahkan miliknya ke dada gue. Membiarkannya keluar di area tersebut. Sesekali gue mengarahkan ke puncak payudara geu, menekannya dengan miliknya.

"Naughty witch." Om Johnny hanya pasrah dengan apa yang gue lakukan.

Begitu semuanya keluar, gue membalur cairan tersebut ke seluruh permukaan dada gue. Kemudian gue berdiri, menatapnya seduktif, sembari tangan gue menangkup payudara gue sendiri.

PLAKKK

Gue menampar payudara gue sendiri.

"Wanna titfuck?" Pertanyaan penuh godaan. Tentu saja gue sudah tau apa jawabannya. Mana mungkin ia menolak untuk menyusupkan bendanya ke antara kedua payudara gue?

"Nakal..." Om Johnny menyebut gue nakal, namun ia justru menyukainya. Lucu memang.

Gue menstruasi, namun gue justru harus tetap melayaninya. Tidak bisa masuk ke dalam tubuh gue, bukan berarti ia tidak bisa bermain dengan area tubuh yang lain. Semakin banyak hal yang kami eksplor, semakin membuat sisi liar masing-masing keluar.

"Awas kalau kamu sudah selesai. Habis kamu.."

"Auw takut, tapi nggak sabar." Canda gue.

***

versi wattpad sampai sini yaa. yang mau liat liarnya Shane silahkan dilanjut di Karyakarsa. linknya ada di bio gue.

jangan lupa follow ig gue juga. pizzafaceeee (z-nya 2, e-nya 5)

see you di chapter lainnya lagi yaaaa

My Lecturer My Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang