38. Pergi

49K 2.2K 101
                                    

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, FOLLOW !!!

vote komennya dikencangin dong guys!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di sinilah gue sekarang, di kamar Reya, dengan Reya yang menatap gue penuh selidik. Beruntung orang tuanya Reya sedang berada di luar kota, sehingga gue nggak perlu repot-repot memikirkan kebohongan kepada mereka. Apalagi gue datang selarut ini.

"Jadi kenapa lo datang selarut ini?" Tanya Reya dengan nada selidik. Matanya menatap ke arah koper-koper yang gue bawa.

"Kontrak gue udah selesai dengan sugar daddy gue." Jawab gue.

Mata Reya melotot. "Hah? Terus lo langsung diusir? Jahat banget sugar daddy lho."

"Mantan." Koreksi gue.

"Iya, mantan sugar daddy lo! Kasih tau gue, siapa orangnya? Bakalan gue injak-injak tuh orang. Bisa-bisanya ngusir lo selarut ini." Ujar Reya dengan menggebu-gebu.

"Pak Johnny nggak ngusir gue. Gue sendiri yang pergi kok."

Mata Reya makin melotot. Apa gue ada salah ngomong? Soalnya tiba-tiba dia menghampiri gue dan memegang kedua bahu gue. Mau nggak mau mata kita saling menatap. "Pak Johnny siapa?"

Oops! Gue baru aja keceplosan.

"Pak Johnny Suherman? Dosen kita? Dosen killer yang selalu marahin elo? Pak Johnny Suherman banget nih, Shane?" Pundak gue digoyang-goyangkan oleh Reya. Ia menuntut jawaban dari gue.

Udahlah, mau ngelak juga nggak bisa. Terpaksa gue mengaku. "Iya, Pak Johnny yang itu."

"Anjing!" Reya mengumpat saking kagetnya. "Lo jadi sugar babynya, Pak Johnny?"

"Iya Reyanita." Angguk gue.

Bibir Reya tertekuk ke bawah. Persis seperti anak kecil yang mau menangis. Benar saja, dalam hitungan detik, ia langsung menangis. Ini yang punya masalah siapa, yang nangis siapa? Harusnya gue tau, Reya dan segala sifat kekanakkannya itu, kadang membuat gue jadi gemas sendiri. Kalau tidak berpikir bahwa Acha juga punya masalah sendiri, pasti gue sudah datang ke apartementnya. Huh, nasibnya memang begini, gue datang pada Reya.

"Gila! Gue sahabat yang enggak peka banget. Masa gue nggak tau kalau sugar daddy lo adalah Pak Johnny. Coba kalau gue tau, pasti gue bakalan lindungin lo. Apalagi Pak Johnny itu jahat banget. Lo pasti tersiksa banget kan?" Kepala gue makin pening saja mendengar celotehan Reya. Tapi, itu adalah bentuk perhatiannya.

"Makasih lho, Reya. Udah terlanjut juga." Timpal gue.

Reya mengangguk setuju. "Yaudah, nggak usah pikirin yang lalu-lalu lagi. Mending bobok aja yuk. Tenangin pikiran lo dulu." Sarannya.

"Iya." Ini udah terlalu larut, dan gue butuh tidur sekarang. Demikian juga dengan Reya.

•••

"Anjing!" Gue memekik kaget, sampai mengumpat karena ketika membuka mata, hal pertama yang gue lihat adalah Acha sedang mengamati gue. Kalau diamati dari jauh, nggak papa. Ini, ngamatinnya deket banget woy!

"Napa lo?" Tanya Acha dengan santainya. Benar-benar nggak merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan tadi.

"Yang harusnya nanya gitu gue. Napa lo ada di sini pagi-pagi gini?"

My Lecturer My Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang