2. He Is My Lecturer 🔞

321K 5K 121
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN !!!

om johnny update nih. setor vote dulu kuy.
.
.
.
.
.

Semalam kita saling mendesah di atas ranjang, sekarang kita seolah tak saling mengenal. Kata kita yang gue maksud di sini merujuk untuk gue dan dosen yang ada di depan kelas. Yups, Pak Johnny adalah dosen gue.

Saat awal menjadi sugar babynya, gue nggak tau kalau dia adalah seorang dosen. Ketika gue lulus SMA, beliau menyarankan gue untuk berkuliah di sebuah universitas ternama. Gue sempat ragu kala itu karena universitas tersebut adalah universitas bergengsi. Namun, ia selalu meyakinkan kalau gue bisa. Alhasil gue pun bisa masuk universitas tersebut. Pertama kali gue melihatnya di kampus, gue sangat terkejut. Ternyata sugar daddy gue adalah dosen gue sendiri.

Pak Johnny tidak pernah melarang gue untuk memberitahu siapapun kalau gue adalah sugar babynya. Justru gue sendiri yang selalu melarangnya memberitahu orang-orang di kawasan kampus kalau gue adalah sugar babynya. Gue selalu beralasan kalau gue nggak mau dilabrak sama istrinya.

"Kamu yang di pojok paling belakang, bisa jawab pertanyaan saya?"

Anjir.. gue kaget setengah mati saat gue ditunjuk oleh beliau.

"Coba jawab pertanyaan saya." Ulangnya lagi. Sedangkan gue sedang kebingungan. Mau jawab apa? Pertanyaannya saja gue nggak tau. Oleh sebab itu, gue memilih untuk diam.

"Kamu nggak bisa?" Nadanya terdengar sarkas.

Gue mencoba melirik ke arah Acha guna meminta pertolongan. Kemudian ia menunjuk ke arah buku, memberitahu gue bagian paragraf yang menjadi jawaban pertanyaan Pak Johnny. Baru saja gue akan menjawab, suara beliau sudah lebih dahulu terdengar.

"Lain kali kalau saya menjelaskan, pikirannya jangan ke mana-mana. Setelah kelas, kamu harus ikut saya ke ruangan." Perintahnya dengan tegas.

"Iya Pak." Gue menjawab.

Huh, gue hanya bisa berharap ini bukan akal-akalan Pak Johnny. Dia sengaja manggil gue ke ruangan buat diterkam. Paham kan maksud kata terkam yang gue takutkan?

Setelah kelas berakhir, Pak Johnny menatap gue, memberi kode agar gue segera mengikutnya. Acha yang ada di samping gue langsung bersuara. "Buruan tuh, si Bapak udah nunggu." Serunya.

"Malas gue, Cha." Sahut gue dengan suara malas.

"Entar nilai lo anjlok lagi." Sambung Reya.

"Aishhh.." gue mendesah berat.

Mau enggak mau, gue terpaksa berjalan mengikuti Pak Johhny, meninggalkan kedua sahabat gue, Reya dan Acha.

"Tutup pintunya, Shane." Perintah Pak Johnny ketika kita berdua sudah masuk ke ruangan.

"Sudah Pak." Kalau sedang berada di kampus, gue selalu menyampingkan profesi gue sebagai sugar babynya. Kadang gue pura-pura lupa kalau semalam kita habis bobok bareng. Otak memang bisa pura-pura lupa. Tapi ternyata badan gue enggak. Masih suka kedat-kedut ingat kejadian semalam. Hehehe..

Eits, nggak boleh bahas kejadian semalam. Harus fokus! "Maaf Pak, boleh saya tau tujuan Bapak manggil saya ke sini apa?" Tanya gue sesopan mungkin.

Pria yang sudah duduk pada kursi kebesarannya itu hanya tersenyum. Hal itu membuat dahi gue berkerut. Bingung.

"Di kelas mikirin apaan sampai nggak dengar penjelasan saya?"

Pertanyaannya sukses bikin kue kelagapan. Nggak mungkin kan kalau gue jawab gue mikirin kejadian semalam?! Malu total yang ada!

My Lecturer My Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang