🎉TIGA PULUH TIGA🎉

1.2K 151 9
                                    

"Jadi, si tomi tomi itu sering ngedeketin kamu."

Wilaga menyilangkan tangan di dada. Axi sudah pergi ke kamar nya. Sekarang tinggal Amara dan Wilaga berdua.

" Nggak juga," sahut Amara santai. Ia enggan lebih tepatnya tidak mau terpengaruh oleh Wilaga.

" Nggak, tapi makan bareng?"

Amara memutar bola mata jengah. " Kita nggak sengaja ketemu di mall. Terus kebetulan mau cari makan. Yaudah bareng. Udah deh Mas nggak usah bersikap segitu nya."

Alis Wilaga naik sebelah. " Kamu masih meremehkan sikap Mas? Nggak lihat kamu Mas sampe rela relain langsung pesen tiket buat ketemu kalian."

Amara meringis. " Soal itu aku nggak tahu ya. Itu kan hak Mas sendiri,"

Wilaga tercengang mendengar jawaban santai Amara. Wilaga memejamkan mata berusaha bersikap tenang.

" Amara!" Wilaga memanggil lembut. Ia menatap Amara dengan tatapan hangat.

Amara meneguk ludah. Ia selaku begini jika Wilaga sudah memanggil nya dan bersikap lembut begini.

" Kamu tahu kalau Mas sedang berusaha untuk memperjuangkan kamu dan anak kita. Apa kamu tidak menghargai usaha Mas sedikit saja?" Lirih ungkapan hati Wilaga.

Amara menggigit bibir. Kenapa pembicaraan mereka malah ke sini

" Mas sikap ku nggak ada hubungan nya dengan kalimat kamu barusan."

" Ada. Jelas ada Amara," balas Wilaga menekankan kalimat nya.

Amara menarik nafas panjang. " Terus kamu mau nya gimana Mas?"

" Mas mau kamu sama anak kita kembali ke pelukan Mas."

Amara terdiam.

" Sekarang Mas tanya. Coba kamu jawab jujur. Apa kamu mau mencoba hubungan ini kembali? Apa kamu mau menerima Mas kembali ke dalam hidup kamu Amara. Kalau kamu nya nggak mau dari awal akan sia-sia usaha dan perjuangan Mas buat kalian. Setidak nya ada sedikit bahkan secuil harapan itu untuk Mas. Apa masih ada?"

Amara tergugu. Ia mengepalkan tangan nya.

" Jika pun harapan itu ada. Sangat susah Mas. Susah. Tidak semudah yang kamu bayangkan. Semua nya sudah tidak sama lagi. Semua nya sudah berbeda."

Wilaga menggeleng. " Mas hanya perlu kata-kata yang keluar dari mulut kamu. Kalau harapan itu akan ada. Kamu cukup diam. Biarkan Mas yang berusaha dan berjuang kali ini. Mas hanya minta support dan dukungan dari kamu dan Axi, anak kita. Karena kalian lah kekuatan Mas selama ini,"

Amara menatap tatapan tegas, meyakinkan sekaligus menghanyutkan dari bola mata Wilaga.

" Apa Aku bisa mempercayai mu kali ini Mas?" Amara bergumam lirih.

Wilaga mengangguk cepat. " Kamu tidak harus percaya. Kamu lihat saja bagaimana  Mas akan membuktikan nya. Mas tidak akan pernah mundur kali ini. Mungkin ke depannya akan banyak halangan dan rintangan dalam hubungan kita. Tapi, Mas mohon kamu tetap berada di samping Mas apapun yang terjadi."

Wilaga mendekat lalu menggenggam tangan Amara. " Apa kamu mau kembali kepada Mas Amara?"

Air mata Amara menganak sungai. Ia takut akan jatuh membasahi pipi. Amara menengadah lalu menatap Wilaga. Sekali kedip akhirnya pipi itu basah oleh air mata.

" Aku mau!"

Wilaga langsung tersenyum haru. Ia menggenggam erat tangan Amara.

" Kamu harus membuktikan nya Mas!" Isak Amara lirih.

Asmara CintaWhere stories live. Discover now