27. Acara Berburu

712 84 2
                                    

Aula akademi sudah diisi oleh ratusan murid. Diantara lautan manusia itu, ada Adel dan Ramon yang berdiri di pojok aula. Mereka berdua mengenakan pakaian formal, dimana mereka harus tampil sebagus mungkin untuk menyambut para tamu dari akademi lain.

"Anaya, apa kau lelah?" Ramon bertanya khawatir karena sudah lebih dari sepuluh menit mereka berdiri untuk menunggu para tamu datang.

Adel menghela napas berat. Rasanya tubuh Adel berat karena aksesoris yang ia kenakan. Gadis itu menggerutu pelan. "Siapa yang tidak lelah berdiri sepuluh menit tanpa melakukan apa pun? Kenapa juga pihak akademi menyuruh kita menggunakan pakaian formal? Bukannya bagus kalau kita menyambut para tamu dengan seragam akademi? Itu menandakan kalau kita murid di sini!"

Ramon mengulas senyum tipis saat melihat Adel yang menghentakkan kakinya. Tangan laki-laki itu terangkat, hendak mengelus kepala gadis di depannya. Namun, sebelum tangan itu mendarat, Ramon langsung menarik kembali tangannya dan menyembunyikannya ke belakang tubuh saat merasakan kehadiran seseorang.

"Anaya!"

Noah dan Noam berlari dengan senyum riang di wajah mereka. Dua kembar itu pun terlihat tampan dengan pakaian formal yang di dada kiri mereka terdapat bros dengan lambang keluarga Duke Yvaine.

Sesampainya di depan Adel, Noam mengerjapkan matanya saat melihat pakaian adiknya. "Anaya, kenapa sekarang kau terlihat cantik?"

Komentar itu mampu menyulut kekesalan Adel yang tak bisa ditahan lagi. "Jadi selama ini aku tidak cantik?!"

Noah menutup mulutnya menahan tawa. "Rasakan. Makanya, kalau ingin memuji, pilihlah kata-kata yang bijak. Dasar kembaran bodoh."

Noam menyipitkan matanya tajam ke arah Noah. "Seperti kau pernah memuji seorang wanita saja!"

"Aku pernah."

"Apa?" Noam membulatkan bibirnya tak percaya. "Mana mungkin! Kau pikir aku akan percaya, huh? Kau saja tak pernah mendekati seorang wanita!"

Noah tersenyum mengejek. "Jadi kau berpikir kalau adik kita ini laki-laki?"

Mendengar penuturan Noah, Noam seketika panik. "T-Tidak! Kau tahu, bukan itu maksudku! Aish, sialan!"

"Hahaha!"

Adel yang tadinya kesal, tanpa sadar mengulas senyum tipis melihat interaksi mereka. "Oh iya, kak. Kapan kita bisa pulang ke rumah?"

Perdebatan dua kembar itu langsung terhenti. Noam langsung berkeringat dingin, dan Noah sedang mencari alasan yang tepat agar adiknya tidak segera pulang.

"A-Anu itu..."

"Anaya, sebaiknya kau tidak pulang untuk sementara waktu." Noah tersenyum canggung, seraya menyikut perut Noam.

"I-Iya! Soalnya, di kediaman Duke sedang ada kesibukan."

Adel menyipitkan matanya tak percaya. "Kalian kira aku akan percaya?"

"Tolong kali ini, pura-pura percayalah!" Noah dan Noam dengan kompak berseru. Dua laki-laki itu membatin, habislah kalau sampai Anaya pulang. Soalnya di rumah sedang mempersiapkan acara ulang tahunnya! Kalau sampai ketahuan, Ayah dan Kak Theo akan memarahi kami!

Adel terkekeh pelan. Gadis itu memilih mengangguk. "Baiklah, baiklah. Aku akan pura-pura percaya."

Terlihat raut kelegaan di wajah mereka berdua. Adel jadi penasaran kesibukan apa yang sedang terjadi di rumah.

"Apa ini? Aku rasa kalian sedang bersenang-senang, huh? Tanpaku?"

Noah, Noam, Adel dan Ramon sontak menoleh ke arah sumber suara. Adel menganga lebar tatkala melihat penampilan Nuel yang mampu membuat bola matanya keluar.

SISTEM : Antagonist HaremWhere stories live. Discover now