26. Keputusan

970 114 16
                                    

Kairos termasuk salah satu anggota dewan akademi. Laki-laki itu harus berkumpul di aula saat professor memanggil semua anggota dewan akademi.

Saat pelajaran berlangsung, semua anggota dewan sudah berkumpul di aula. Aula terlihat ramai. Kairos dengan santainya memasuki rombongan kakak tingkat yang sedang memperdebatkan sesuatu.

"Itu tidak bagus! Harusnya akademi ini dihias dengan warna hijau saja, melambangkan kedamaian dan ketentraman! Seperti nama akademi kita, akademi Evander."

"Tapi, warna hijau terlalu membosankan. Aku mengusulkan warna biru dan kuning agar terlihat berwarna. Kenapa kau tidak setuju?!"

"Apa-apaan itu? Itu terlalu norak."

"Kau bilang itu norak? Daripada warna hijau, membosankan!"

Kairos memutar bola matanya malas saat hanya dua orang yang berdebat, sedangkan yang lainnya hanya menonton. "Kenapa kita tidak melakukan voting saja? Yang berpartisipasi untuk mengatur semuanya bukan kalian berdua, kan?"

Hans dan Joy, mereka sontak berhenti berdebat mendengar penuturan Kairos. Yisa tertawa pelan menanggapi Kairos. "Aku juga berpikiran sama denganmu. Tapi, sangat menyenangkan melihat mereka berdua berdebat. Kau tahu? Kau sungguh mengganggu, Kai."

Kairos berdecih sinis. "Jika aku tidak melerai nya, kapan kita akan memulai persiapannya? Upacara berburu sebentar lagi diadakan, kak. Bersenang-senang juga ada batasnya."

Eskpresi Yisa langsung berubah. Gadis itu menggerutu pelan. "Kau tidak bisa diajak bercanda."

Kairos hanya mengangkat bahu tak peduli. Setelahnya laki-laki itu berlalu pergi. Kairos menghampiri salah satu anggota dewan akademi yang sedang sibuk menyiapkan konsep untuk kostum yang akan mereka gunakan.

Akademi disibukkan dengan acara berburu yang dua hari lagi diadakan. Banyak murid dari akademi lain datang ke akademi Evander. Mereka harus sibuk mempersiapkan untuk menarik perhatian banyak tamu yang berkunjung. Tidak hanya upacara berburu, mereka juga menyiapkan hiburan untuk para tamu agar tidak bosan selama upacara berburu berlangsung.

"Siapa yang akan membeli bahan-bahannya?"

Tristan, orang yang sedang menggambar sketsa seragam untuk upacara berburu nanti, sontak mendongak saat Kairos bertanya. "Noah dan Noam."

Wajah Kairos langsung datar saat dua nama itu disebutkan. Terlebih saat dua kembar itu datang dengan plastik yang melayang di udara.

"Hei, Tristan! Ini bahan-bahannya." Noam memberikan plastik itu tepat di depan Tristan.

"Oh, terimakasih, Noah, Noam."

"Sama-sama, bung!"

Tatapan Noah dan Noam bertabrakan dengan Kairos. Tak ada percakapan, namun mereka tahu arti masing-masing dari tatapan yang mereka berikan.

Noah melirik ke bawah, melihat Kairos yang mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya. Noah tersenyum sinis. "Kau kekanakkan. Apa kau masih tidak paham? Adikmu sendirilah yang terpikat dengan adikku. Kematian adikmu bukan salah keluarga kami, tapi salahnya sendiri karena membuat Zee marah."

Noam yang mengerti arah pembicaraan ikut menimpali. "Yah, aku akui adikku terlalu cantik sehingga kau menyalahkannya. Padahal yang jatuh cinta itu adikmu, bukan Anaya."

Tristan yang sedang menggambar sketsa, sontak berhenti dari aktivitasnya. Laki-laki itu memandang mereka bertiga, lantas menghela napas lelah. "Hei, kalian ingin aula ini hancur lebur? Lebih baik urusi saja ini daripada memperdebatkan masa lalu yang tidak ada habisnya itu!"

Semua orang di akademi sangat tahu bahwa hubungan dua kembar Yvaine dengan Tuan Muda Carlo sangat tidak baik. Dan, Tristan tidak ingin ada pertikaian disaat semua orang sedang sibuk mempersiapkan perayaan berburu.

SISTEM : Antagonist HaremKde žijí příběhy. Začni objevovat