7. Mansion Marquis Carlo

2.4K 311 1
                                    

Kairos dipusingkan dengan tugas yang diberikan Putra Mahkota kepadanya. Iris kuning keemasannya menatap nanar ke atas meja, dimana terdapat berkas yang bertumpuk seperti gunung.

"SIALAN KAU PUTRA MAHKOTA!"

Glov, ajudannya yang berdiri tak jauh dari sang majikan, menyahut. "Jika ada yang mendengarnya, dapat dipastikan leher Anda dipenggal sekarang juga, Tuan Muda."

Pria berumur kisaran kepala tiga itu membenarkan letak kacamatanya. "Bersyukurlah hanya saya yang mendengarnya."

Kairos mengabaikan ocehan Glov. Ia menyugar rambutnya ke belakang seraya menghela napas kasar. "Apa jadwalku selanjutnya?"

"Menghadiri undangan Kerajaan."

Wajah Kairos langsung pias. "Kalau aku menghadirinya, pasti Putra Mahkota itu menagih tugasnya, kan? Ah, lebih baik aku tidak menghadirinya—"

"Hukum Kerajaan pasal V ayat II, barangsiapa mengabaikan atau menolak sesuatu pemberian keluarga kerajaan, baik itu raja maupun pangeran dan putri, akan mendapati hukuman penjara 15 tahun."

Kairos mengerucutkan bibirnya. Menatap sinis ke arah Glov. "Sialan kau, Glov."

Glov menggelengkan kepalanya heran. "Anda seorang bangsawan, Tuan Muda. Namun bibir Anda mencerminkan sebaliknya. Saya curiga kalau Anda anak di luar nikah—"

"Sembarangan kalau ngomong!" Kairos melempar kotak tinta ke arah Glov. Sialnya, seakan sudah diprediksi, Glov dengan sigap menangkap kotak itu.

Sudah biasa meladeni sikapnya yang aneh, batin Glov.

Daripada lama-lama satu ruangan dengan majikannya, Glov membungkuk. "Kalau begitu, saya akan menyiapkan kereta kuda. Lebih baik Anda bersiap."

Helaan napas keluar untuk ke sekian kalinya. Setelah kepergian Glov, Kairos segera menukar bajunya dibantu pelayan.

Laki-laki itu menatap pantulan dirinya di cermin. Baju yang ia kenakan serba putih, serta jubah putih yang tersampir di pundaknya. Di dada kiri terdapat Bros dengan permata berwarna kuning,  lambang keluarga Marquis Carlo.

"Hari ini aku ingin memakai anting," ucap Kairos. Pelayan yang memegang kotak perhiasan segera memberikan anting permata putih kepada Kairos.

Laki-laki itu memasangkannya ke telinga kanan. Hanya sebelah. Setelah itu jari-jemarinya menyisir rambutnya dan membelah poninya menjadi dua. Kairos tersenyum bangga. "Bagus. Begini lebih tampan."

Dirasa sudah selesai, Kairos keluar dari kamar. Baru saja hendak pergi menyusul Glov yang sudah menunggu di depan mansion, kepala pelayan datang menghampirinya.

"Tuan Muda. Ada seseorang yang berkunjung. Katanya ingin bertemu dengan Anda."

Dahi Kairos terlipat. Perasaannya dia tidak pernah menerima surat kunjungan. "Siapa yang datang?"

"Anaya Yurea Yvaine. Putri Duke Yvaine."

Kairos membelalak. "Putri Duke?"

Kairos segera diantar oleh kepala pelayan menuju ruang tamu. Di sana sudah ada seorang gadis yang duduk seraya mengamati sekeliling mansion.

Adel yang melihat kehadiran Kairos, segera berdiri. "Salam, Tuan Muda Kairos."

Kairos menunduk membalas sapaan Adel. Laki-laki itu segera duduk tepat di depan Adel, mengamatinya dari atas sampai bawah. Tidak berniat membuka percakapan lebih dulu.

"Saya datang karena ingin meminta rugi." Adel langsung ke intinya. Ia membuka kipas dan menutupi wajahnya.

Sial, kenapa laki-laki itu mengamati ku seperti orang mesum?

SISTEM : Antagonist HaremWhere stories live. Discover now