20. Duel

1.5K 233 27
                                    

"Selesai!" Nuel berteriak heboh, memandangi hasil karyanya yang luar biasa sempurna. Meski baginya, yang nyata lebih sempurna lagi dari hasil karyanya.

Adel menatap Nuel, dirinya ikut penasaran bagaimana hasil karya laki-laki itu. Awas saja kalau jelek, padahal Adel dengan sukarela mau menjadi modelnya!

"Perlihatkan padaku juga," ucap Adel.

Nuel dengan semangat mengangkat kanvas berukuran sedang dan membawanya ke Adel. "Bagaimana? Bagus, kan?" Nuel tersenyum miring, memasang wajah sombong dan angkuh.

Adel langsung takjub saat melihat lukisan Nuel. Begitu indah. Bahkan latar belakangnya ada bunga mawar dengan warna merah pekat seperti warna bola matanya. "Wah... Hei, Nuel. Bisakah lukisan ini diberikan padaku?!"

Nuel langsung menyingkirkan kanvas itu dari hadapan Adel. "Tidak mau!"

Adel mengernyit. "Apa? Kenapa tidak mau? Kan, itu gambar wajahku!"

"Tapi aku yang menlukisnya," ujar Nuel membela diri.

"Kau tidak akan bisa melukisnya kalau tidak ada aku!"

Nuel terdiam beberapa saat. Ia memandang wajah Adel dan kanvas di tangannya secara bergantian. Tiba-tiba saja, seringai tipis terbit di wajah tampan laki-laki itu. "Aku punya ide. Bagaimana kalau kau jadi modelku juga lain kali? Tenang saja, aku akan memberikannya padamu."

Adel terlihat berpikir. Dia bisa saja menolak, dan meminta pelukis terkenal untuk melukis wajahnya. Namun, sialnya, Adel sudah jatuh hati pada lukisan yang dibuat Nuel. Seakan-akan di lukisan itu terdapat sihir yang membuat orang-orang melihatnya seperti nyata.

Tring!

{ Rasa tertarik Nuel meningkat! }

Adel melihat papan hologram yang layarnya tembus pandang. What... Padahal aku hanya setuju untuk jadi modelnya, tapi kenapa rasa sukanya bertambah?

Adel menatap Nuel, laki-laki itu memasang wajah menunggu jawaban dari Adel. "Tunggu... Jangan bilang tawaran itu hanya karena kau mau modus padaku? Kau ingin melihatku setiap hari, begitu?" tanya Adel penuh selidik.

Nuel sedikit tersentak. Semburat merah terlihat di pipinya. "Ah... Itu..."

Adel menganga lebar. "Kau... Suka padaku?"

"Hei, jangan mengatakannya begitu terang-terangan, dong!" Nuel menutup wajahnya yang makin memerah karena malu. "Aku bahkan belum menyatakan perasaanku padamu. Tidak adil kalau aku langsung ditolak sebelum aku mengatakannya padamu!"

Adel masih syok. Gadis itu mengerjapkan mata beberapa kali, kemudian menyemburkan tawanya. "Pfft... Hahahaha!"

Nuel menatap Adel, protes. "Hei, kenapa kau malah tertawa?!"

Adel tak menjawab. Ia memegangi perutnya yang sakit karena tertawa. Gadis itu berdiri dari duduknya, mendekat ke arah Nuel hingga menyisakan jarak dua jengkal diantara mereka. "Nuel... Sebenarnya, aku menyukai—"

Deg.

Deg.

Nuel merasakan panas yang luar biasa di wajahnya. Bahkan Nuel tidak tahu apakah bunyi detak jantungnya terdengar di telinga Adel.

"Cowok tampan—"

Brak!

Pintu dibuka secara kasar. Seseorang yang tak diundang menyelonong memasuki ruang lukis. "Nuel! Aku mencarimu daritadi—"

Kairos mematung di tempat saat melihat pemandangan yang membuatnya syok bukan main. "N-Nuel, kau..."

Nuel menoleh, menatap Kairos dengan tatapan dingin. "Kau mengganggu, Kairos."

SISTEM : Antagonist Haremजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें