Malam Liar Sang Budak Korporat

Magsimula sa umpisa
                                    

Ilustrasi: Alan Kusuma

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Ilustrasi: Alan Kusuma


Oh iya, kenalin, nama gue Alan Kusuma. Usia gue masih terbilang muda, yaitu 28 tahun. Aslinya gue berasal dari ibukota. Namun, sudah tujuh tahun terakhir, sejak gue lulus kuliah, gue merantau ke Bali. Gue ini pekerja kantoran biasa alias budak korporat. Tepatnya, gue ini seorang tim audit di sebuah perusahaan retail ternama di Bali. Secara fisik, gue ini juga macho. Gue punya kulit putih karena gue rajin skincare-an. Selain itu, meskipun bukan keturunan Chindo, Bapak dan Ibu gue itu pada dasarnya juga berkulit putih. Alhasil, kulit gue juga putih mulus. Gue juga hobi fitness ketika lagi tidak lembur. Oleh karena itu, gue punya otot bisep dan trisep yang tercetak seksi juga. Dibekali wajah tampan putih mulus, perilaku yang terbilang manly, dan tubuh hasil bentukan gym ini, pasti banyak orang yang kaget kalau gue ini seorang bottie sejati. Betul! Kalau lagi suntuk karena kerjaan ini, gue suka tubuh gue digilir bareng-bareng oleh para top yang seksi dan sama-sama macho! Sudah tidak terhitung berapa banyak pria seksi yang telah menyetubuhi gue secara brutal. Ini semua juga berkat pantat semok gue yang gue latih hampir tiap hari di gym ini!

Dan yang tadi ngamuk itu tidak lain dan tidak bukan adalah bos gue, Pak Peter Wijaya. Meskipun gue ngedumel, tetapi kerjaan tetap gue kerjain sampai beres. Kami semua tetap bekerja di sini karena kami menghargai Pak Raymond. Meskipun beliau sudah menetap di Singapura, setiap beliau datang ke Bali, beliau selalu ke kantor dan menjalin silahturahmi kepada kami semua. Saat pulang ke tanah air, beliau selalu membawa banyak sekali oleh-oleh dan memberi kami, 20 staff di kantor ini, bonus yang tentunya tidak diketahui Pak Peter. Memang, kami semua sudah mengabdi di kantor ini sejak kepemimpinan Pak Raymond.

"Maafin ya kalau Peter orangnya keras," kata Pak Raymond pada kami setiap datang ke kantor. "Maklum, dia kan lama di Jerman. Di sana, budaya kerjanya keras dan to the point. Jadi, jangan diambil hati kalau Peter marah-marah, ya…"

Kami pun cuma bisa tersenyum masam. Sebenarnya, gue cukup kecewa kalau Pak Peter ternyata keras dan menyebalkan begitu. Sebagai seorang bottie sejati, gue sangat tertarik pada fisik Pak Peter. Bagaimana tidak, selain ganteng dan berbadan seksi, dia tegas dan macho sekali! Andai saja dia bisa setegas itu saat sedang merojoki pantat gue dari belakang dengan kontolnya! Gue rela banget asal gue bisa menjadi bulan-bulanan nafsu binal Pak Peter di atas ranjang. Masalahnya, Pak Peter ini galaknya waktu pekerjaan, sih! Coba waktu ngewe, mah! Gue sih suka-suka aja dikasarin!

Namun, sebenarnya gue sadar kalau kedatangan Pak Peter ke kantor kami membawa dampak baik di etos kerja sekaligus kinerja perusahaan. Gue juga jadi terpacu untuk bekerja lebih giat lagi. Seperti dalam mengerjakan revisian laporan ini. Gue benar-benar mengerjakan secepat dan sebaik mungkin. Dan tentunya, kali ini harus zero mistake. Karena revisi ini memakan waktu cukup lama, gue akhirnya lembur dan pulang jam 10 malam. 

KUMPULAN CERITA PANAS by Roberto GonzalesTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon