Still : 11

70 4 0
                                    

Ibu Anko mengelompokkan murid-murid kelasku menjadi delapan kelompok yang berisi empat orang untuk tugas sejarah. Katanya sih secara acak, namun ujung-ujungnya aku satu kelompok dengan Sasuke. Naasnya, teman kelompokku yang lain adalah Naruto dan Karin.

Aku tidak dapat membayangkan kinerja kelompokku karena Karin. Dulu pas masih SMP, aku sering satu kelompok dengannya. Anak itu sangat susah ditebak, kadang tekun kadang juga malas. Kalau sekarang aku tidak tahu, semoga saja perempuan itu bisa diajak kerja sama.

Kami tidak berdiskusi secara langsung ketika kelompok kami dibentuk, untungnya Naruto berinisiatif membuat grup chat terlebih dahulu. Setelah lengkap semua anggota, barulah kami berdiskusi mengenai kapan dan dimana kami akan mengerjakan tugas ini.

Kami sepakat mengerjakannya hari ini, karena lebih cepat selesai lebih baik. Soal tempat, aku dan Sasuke menyuarakan apartemen Naruto. Namun sang pemilik apartemen menolak dengan alasan kotor dia tidak sempat membersihkan apartemennya. Jadilah rumahku menjadi pilihan kedua, aku yang kebetulan menawarkan diri dengan alasan dekat dari sekolah.

But deep down, aku hanya tidak mau kami kerja kelompok dirumah Karin ataupun rumah Sasuke. Aku tidak mau mereka berdua bernostalgia mengingat masa lalu, sudah kubilang kan egoku sangat tinggi? Ditambah lagi keposesifanku mulai tumbuh seiring berjalannya hubungan kami.

Kami janjian pukul empat, sepulang sekolah aku diantar Sasuke terlebih dahulu lalu lelaki itu kembali kerumahnya untuk mandi dan ganti baju. Hari ini jujur begitu terik, aku saja melakukan hal yang sama begitu sampai rumah. Biasanya aku berleha-leha dulu di tempat tidur sebelum mandi.

Setelah selesai mandi, aku turun kebawah untuk menyiapkan cemilan dan minuman dingin mumpung yang lain belum datang. Tak lama deru motor terdengar, sesuai dugaanku bunyi motor milik Naruto.

"Hai Sak, yang lain belum pada datang?" Tanyanya padaku setelah membukakannya pintu. Kutanggapi dengan gelengan kepala sebagai jawaban.

Naruto mengekoriku ke dapur, tangannya dengan nakal mencomot cemilan yang kupersiapkan tadi, "Mau gue bantu nggak Sak? Mumpung yang lain pada belum datang?"

Aku menatapnya sinis, "Bantu apanya? Mau bantu habisin maksudnya?" Yang diejek hanya tertawa dengan mulut yang masih mengunyah.

Aku pun berinisiatif menutup cemilan ini dengan penutup makanan, lalu tanganku mendorong Naruto bermaksud membawanya keluar dari dapur. "Udah ah, kita duluan aja kerjain tugasnya."

Tak berselang lama, pintu rumahku diketuk berarti antara Sasuke atau Karin yang mengetuknya. Hendak beranjak dudukku, namun Naruto mendahuluiku dan berjalan menuju pintu. Tampak figur Sasuke dan Karin bediri di depan pintu ketika Naruto membuka pintunya.

"Loh kalian bareng datangnya?" Celetuk Naruto. Pandangan lelaki itu silih berganti, ketika menatap kedua orang itu seperti kebingungan. Begitu juga denganku, sama bingungnya dengan Naruto. Sasuke lebih memilih menghiraukan Naruto, berjalan menuju ruang tengah lalu ia duduk bersila di lantai tepatnya di sampingku.

"Sorry telat, biasa macet." Sapanya, selagi mengecup pelan pelipisku.

Tubuhku berjengit kaget dengan tingkah Sasuke, terang-terangan sekali dengan skinship yang ia lakukan. Sontak mataku beralih ke Karin yang masih berdiri disamping Naruto, dia memberikan tatapan tidak suka kepadaku.

"Kenapa kayaknya pada kaget banget kalau gue barengan sama Sasuke?" Alisku terangkat naik, penuturan Karin seakan-akan kalau memang benar dia kesini bersama dengan Sasuke.

Aku menoleh dan menatap Sasuke lurus, meminta pembelaan dari lelaki itu. "Gue pungut dia di jalan, tadi dia jalan kaki kesini." Jawabnya datar.

Karin menghentakkan kakinya, "Ih ngomongnya gitu banget sih, intinya gue ditebengin Sasuke tadi separuh jalan." Perempuan itu langsung duduk diseberang meja yang berhadapan denganku, menghindar untuk duduk disampingku sepertinya. Membiarkan Naruto mengisi posisi kosong tersebut.

P.S I ( Still ) Love YouWhere stories live. Discover now