Still : 6

61 6 1
                                    

Aku yang awalnya sedikit membungkuk menahan beban badanku untuk tidak jatuh ke tanah, langsung tegak lurus. Mataku mengerjap, melihat sosok yang sudah lama tak kujumpa.

"Sasori?" Tanyaku nyaris berbisik, sekali lagi aku ingin memastikan apakah benar kalau dia adalah Sasori.

"Iya, ini aku Sakura. Kaget banget yah?" Jawabnya seiring senyumannya mulai terbentuk di wajahnya.

"Iya lah, kamu ngapain disini?"

"Aku daftar sekolah disini, aku kan sudah bilang mau pindah."

Benar juga, Sasori tentu saja menuliskan di surat itu mengenai kepindahannya, tapi tak kusangka waktu telah berlalu sejak suratnya datang ke rumahku. Dan disini lah akhirnya aku bertatap mata langsung dengan sang pengirim surat.

"Kalau kamu ngapain disini? Dilihat dari seragamnya kamu sudah pasti bukan anak SMA Suna." Lanjutnya, menelitiku dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Oh aku lagi ikut lomba fotografi, aku salah satu perwakilan dari sekolahku." Terangku, seraya melirik jam yang ada di tangan kiriku. "Shit, i need to go."

Baru saja aku mau meninggalkannya, Sasori tiba-tiba mengambil alih pigura yang kupegang, "Sini, let me help you. Nggak lucu kan kalau kamu jatuh lagi."

Aku yang hendak protes, menelan kembali kata-kataku karena lelaki itu sudah pergi duluan dengan pigura tersebut. Mau tidak mau aku menyusulnya, kusamakan langkahku dan berjalan bersisian dengannya.

"Di auditorium kan lombanya? Kebetulan tadi udah school tour sih jadi udah hafal lah dikit-dikit." Celetuknya tiba-tiba.

Aku mengangguk, tidak mengeluarkan sepatah kata apapun. Pikiranku sekarang ini sedang berkecamuk. Melihatnya sekarang, yang menarik perhatianku adalah bagaimana lelaki itu terlihat sangat dewasa dibanding dulu saat masih kecil. Aku juga merasa awkward dengannya, karena sudah lama sekali kami tidak bertemu. Dan matilah aku kalau lelaki itu mengungkit surat itu.

Di depan pintu masuk auditorium aku sudah ditunggu Hinata dan juga Shino. Aku pun menepuk pundak Sasori, "Sini kasih ke aku aja, aku udah mau masuk soalnya."

"Oh, okay." Ucapnya sembari menyerahkan kembali pigura itu kepadaku.

"Aku duluan ya Sasori, makasih sudah membantuku." Tanpa menunggu jawaban darinya, aku langsung meninggalkannya. Biarkanlah lelaki itu bertanya-tanya dengan sikapku, karena sejujurnya aku belum siap bertemu dengannya. Takdir sungguh lucu, mempertemukanku dengannya disini.


XOXO


Shino meraih juara dua, alias runner up pertama. Aku dan Hinata berteriak riuh ketika Shino naik ke atas panggung untuk menerima piala dan plakat hadiah dari penyelenggara. Aku tak lupa memotret moment tersebut, meskipun tidak meraih juara pertama aku turut bangga padanya.

Acara pun telah selesai, meskipun begitu hari belum berakhir. Untuk merayakan kemenangan Shino, Neji, Shino dan Pembina Klub kami Pak Genma berencana mentraktir semua anggota klub fotografi di salah satu family restaurant dekat sekolah.

Karena Sasuke menjemputku, aku berpisah dengan Hinata dan Shino. Aku pun menunggu di depan gerbang sekolah Suna, karena sebentar lagi satpam sekolah itu sudah siap-siap untuk pulang dan juga menutup gerbang sekolah.

Kulihat telepon pintarku, ada pesan masuk dari Sasuke yang mengatakan sebentar lagi lelaki itu akan sampai hanya saja Ia sedang terkena macet.

"Sakura kau belum pulang?" Tatapanku beralih ke sumber suara yang ada di depanku. Dari jauh Sasori menepikan motornya di trotoar, lalu turun dari motornya dan berjalan kearahku.

"Kau masih disini?" Tanyaku juga, karena kukira lelaki itu sudah pulang pada saat aku meninggalkannya tadi.

"Iya, tadi agak lama ngurus buku-buku dan seragam. Soalnya besok aku sudah mulai masuk."

Sesaat hening melanda, aku bungkam dan dia tidak lagi berbicara.

"Kenapa kau tidak membalas suratku?" Sontak pertanyaan itu membuatku menoleh dan tatapan kami bertemu. Sudah kuduga lambat laun pembahasan ini akan muncul.

"Emang jaman main surat-suratan?" Sahutku dengan ketawa yang dibuat-buat. "Lagi pula suratku itu tercecer, dan tidak sengaja terkirim. Surat itu harusnya untukku saja tidak untuk dibaca olehmu."

"Tercecer atau tidak, aku bersyukur karena surat itu. Aku awalnya sempat ragu untuk mengontakmu lagi, takut kau akan lupa padaku." Perkataan Sasori membuat dadaku menghangat.

Tidak, tentu saja aku tidak pernah melupakanmu. Bagaimana mungkin, kau adalah teman pertamaku yang kusyukuri. Kataku dalam hati.

"Mari kita sering bertemu Sakura, at least ayo kita tukaran kontak."

Aku menimbang-nimbang tawarannya. Namun lelaki itu menatapku dengan tatapan memohon, lalu pada akhirnya aku tidak tega dan mengiyakan kemauannya.

"Meskipun kita beda sekolah mungkin aku akan sering berkunjung di rumahmu. Kau juga berkunjung lah ke rumahku keluargaku merindukanmu." Ujar Sasori.

Sasori pun pamit untuk pulang duluan, dia juga sempat menawarkan diri untuk mengantarkanku pulang. Namun kutolak dengan alasan aku ada acara selebrasi dan sudah ada teman yang menjemputku.

Di saat yang bersamaan mobil Sasuke juga sudah sampai, aku pun berlari-lari kecil ke mobil Jeep tersebut. Mungkin ini perasaanku saja tetapi Sasori menatap kearahku ketika melihatku memasuki mobil Sasuke. Aku tidak tahu pasti, sebab wajah lelaki itu tertutupi dengan helm full face.

"Maaf tadi macet, nggak nunggu lama kan?" Kata Sasuke dengan memelas merasa tidak enak denganku.

"Enggak kok, it's okay yang penting kamu udah sampai." Jawabku dengan jujur, lalu pandanganku kembali kedepan. Motor ninja dan sang pemilik tadi sudah menghilang dari tempatnya.

P.S I ( Still ) Love YouWhere stories live. Discover now