"Jadi, Ayah dan Bunda Sisi punya anak hampir 10, ya? Ayah Topcer juga. Tapi, Bunda Sisi gak kalah keren. 10 loh, bayangin!" Celotehan Pangeran membuat Galang geleng-geleng kepala.

"Nanti ajarin Pangeran ya,"

Galang berdeham, menahan rasa kesal dan gerogi. Bagaimana tak kesal? Usia Pangeran masih tujuh belas tahun, tapi sudah berpikir ingin punya anak.

"Kamu masih kecil. Siapkan saja semua kemampuan kamu untuk menata masa depan," balasnya.

"Kalau menurut Ayah Pangeran masih kecil, boleh dong Pangeran minta adik? Pangeran pengen adik cewek. Boleh, kan?"

Sontak Galang menoleh. Dia menggerutu di dalam hati terlebih lagi melihat wajah tengil Pangeran. Namun, dia berusaha untuk membalas dengan nada suara yang normal. "Kasihan Bunda Kamu. Dia pasti Capek."

Pangeran mengangguk mendengar jawaban Galang. "Bener juga, sih. Kalau gitu Pangeran aja, ya, yang kasih Ayah cucu?"

Galang seketika tersedak salivanya sendiri. Sementara Pangeran tertawa terbahak melihat reaksi ayahnya.

"Gitu banget, Yah. Takut banget ya Pangeran punya anak duluan?"

"Lagian kamu punya anak sama siapa? Sama pohon toge?"

Pangeran kembali tertawa. Ternyata asik juga mengobrol dengan Sang Ayah. Dia pikir Galang adalah orang yang kaku dan dingin.

"Ayah tau, gak? apa keinginan Pangeran sejak kecil?" Tanya Pangeran membuat suasana yang menyenangkan tiba-tiba berubah 180°.

Galang memilih diam. Membiarkan putranya menceritakannya sendiri.

"Sejak kecil, Pangeran gak mendapat kasih sayang dari orang tua secara utuh. Ayah Aris dan Ibu Elin sibuk menjalani bisnis sehingga Pangeran seringkali ditinggalkan ke luar Kota. Ketika mereka di Rumah pun, mereka jarang banget main sama Pangeran. Mungkin mereka berpikir, dengan mereka bekerja keras mendapatkan uang dan memberikan fasilitas mewah sama Pangeran, Pangeran akan bahagia. Tapi, kan yang dibutuhkan anak-anak seperti Pangeran dulu hanya perhatian dan kasih sayang."

Galang mendengarkan dengan seksama putranya yang tengah bercerita panjang lebar tentang masa lalunya.

"Hari itu adalah hari yang paling Pangeran tunggu. Pangeran akan mendapat perhatian dan kasih sayang lebih dari Ayah Aris dan Ibu Elin. Mereka ajak Pangeran berlibur di Villa. Tapi ternyata, kebahagiaan yang Pangeran harapkan justru kesedihanlah yang Pangeran dapatkan. Terjadi hal tragis yang membuat keduanya meninggalkan Pangeran. Untung Pangeran ketemu sama Om Firman dan Tante Alma. Mereka mungkin memberikan Pangeran perhatian dan kasih sayang itu, cuma rasanya kan berbeda." Pangeran tertunduk sedih mengingat kejadian dulu.

Galang tersenyum tipis. Dia cukup senang karena Pangeran mau bercerita tentang kesedihannya. itu artinya Pangeran nyaman dengannya.

"Jadi, keinginan kamu adalah mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua kamu?"

Pangeran mengangguk membenarkan.

"Sekarang kamu akan mendapatkannya, Pangeran. Bukan cuma dari Ayah dan Bunda Sisi, tapi dari Bunda Selena juga. Walaupun Bunda Selena bukan Ibu kandung kamu, tapi dia juga sangat menyayangi kamu."

Kedua sudut bibir Pangeran tertarik membentuk lengkungan senyum. "Mantap! Punya dua Bunda ternyata gak buruk."

Galang mengacak rambut Pangeran, gemas. "Dasar!"

"Kalau yang Ayah rasain gimana? Punya dua istri rasanya gimana?"

Galang menghela napas berat. "Jangan ditanya."

"Kenapa? pusing, ya? Kasihan, makanya jangan Maruk. Dua cewek diembat."

"Eh?"

Setelah puas meledek Galang, apalagi melihat ekspresi Galang yang tercengang, Pangeran cepat-cepat kabur, takut dibogem mentah oleh Sang Ayah. Sementara Galang hanya bisa geleng-geleng kepala sambil menatap kepergian Pangeran.

GANTENG GANTENG SERIGALA (2)Where stories live. Discover now