Beginning of love

31 3 0
                                    

.
.
.

Alea disibukkan dengan kondisi kafe yang ramai. Sudah hampir dua bulan sejak menu baru ada, kini telah menjadi menu favorit para pengunjung. Dan tentu saja Alea berhasil meredam rumor tersebut, kafenya ramai bukan semata-semata karena pernikahannya dengan Aiden, tapi Alea berhasil menciptakannya sendiri. Tak sedikit pengunjung yang memberikan review bagus.

Sementara Aiden semakin berbunga-bunga saja setiap mengingat Alea. Sudah hampir satu tahun mereka hidup bersama. Rumor pernikahan kontrak itu pun perlahan menghilang oleh kepopuleran kafe Alea. Tentunya pak Leo juga tidak tinggal diam, karena berhasil membuat rumor mengenai keintiman dan kemesraan pasutri tersebut. Pastinya bukan rumor, karena yang dihembuskan pak Leo adalah sesuatu yang benar adanya.
.
.

"Hmm... sudah hampir satu tahun saja." Gumam Aiden menatap kalender mejanya

Aiden mengambil foto pernikahannya di laci kerjanya yang ia pasang pada bingkai berukuran 6R kemudian ia letakkan di meja. Selama ini ia tidak pernah memajangnya di meja

"Kuakui, sejak bersamamu hal-hal menjengkelkan dan tak masuk akal seolah menjadi menyenangkan. Terima kasih Alea." Ucap Aiden menatap foto pernikahannya.

Ponsel Aiden berdering, nampak nama Alea di layar ponsel

"Ah barus saja memikirkanmu, kau sudah menelepon saja." Gumam Aiden dengan mengangkat teleponnya

Mendengar suara Ninis yang nampak panik, Aiden pun khawatir

"Ninis? Ada apa dengan Alea?" Tanya Aiden

Ninis menjelaskannya pada Aiden, panci presto yang sedang digunakan tiba-tiba meledak dan semburan air panas mengenai tangan Alea

"Maaf Pak, sekarang mbak Alea sudah kami bawa ke IGD, apa bisa bapak ke RS xx segera?"

"Baiklah, aku segera kesana." Jawab Aiden tanpa berpamitan pada pak Leo
.
.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" Tanya Aiden menghampiri Alea di kamar IGD

"Aku tidak apa, hanya luka bakar sedikit. Untung saja tidak mengenai mereka." Jelas Alea

Aiden meraih tangan Alea yang sudah diperban dokter.

"Kau masih saja memikirkan karyawanmu, padahal tangamu terluka begini."

"Sepertinya memang pancinya sudah tua." Jelas Alea lagi

"Pasti perih ya, kenapa kau harus repot-repot memasak, bukannya sudah ada yang bertugas memasak?" Ucap Aiden

"Terima kasih suamiku karena sudah mengkhawatirkanku." Ucap Alea

sementara Ninis tersenyum senang melihat perhatian Aiden pada Alea

"Sepertinya jika di sini terus aku akan mengganggu, lebih baik aku keluar." Gumam Ninis tersenyum senang.

"Melihat sikap pak Aiden pada mbak Alea, rasanya memang ada cinta diantara mereka." Gumam Ninis lagi
.
.

"Aku akan mengantarmu pulang." Ucap Aiden setelah mengurus administrasi rumas sakit

"Lebih baik antar aku ke kafe saja."

"Tanganmu kan sakit, sebaiknya pulang ke rumah saja." Bujuk Aiden

"Kan cuma tangan." Keluh Alea

"Jangan beralasan." Sahut Aiden dengan meraih tangan kiri Alea untuk digandengnya.
.
.

"Sepertinya aku tidak akan bisa memasak untuk beberapa hari." Ucap Alea dengan mengekor Aiden masuk ke rumah

"Tidak apa, kita bisa makan di luar, atau kau mau kumasakkan?" Jawab Aiden

Aiden & AleaKde žijí příběhy. Začni objevovat