chapter 36

15.5K 498 2
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.


Ruangan berbau obat-obatan ini telah diisi oleh sesosok gadis cantik putri tunggal dari pria bermarga Alber. pria ini tak henti-hentinya menatap wajah pucat putrinya menanti kesadaran yang sedari awal ia tunggu-tunggu. sudah beberapa jam lamanya Xavia tak sadarkan diri. bahkan Anthony setia tak menutup matanya, padahal jika dilihat-lihat seharusnya jam ini digunakan untuk beristirahat.

Lihat saja, jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. tapi pria ini tetap kekeh untuk menunggu putrinya. memang tidak ada hal serius. dokter mengatakan bahwa Xavia mengalami maag. bahkan gadis itu tiba-tiba mengalami demam. mungkin dipicu dari beberapa hal disaat yang lalu.

Saat ini kedua mata Anthony terasa begitu berat. hingga tak lama pria itu memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak karena ia begitu lelah hari ini. sama seperti Xavia, perut pria itu hanya terisi terakhir saat sarapan. setelah itu ia melewatkan jam makan nya. ia tidak bisa berleha-leha begitu saja dan makan dengan tenang disaat putrinya tidak baik-baik saja.

Walaupun Anthony bukan ayah biologis Xavia, tapi ikatan diantara keduanya tidak bisa diremehkan begitu saja.

Detik demi detik tak terasa telah berlalu. suara adzan subuh terdengar hingga membangunkan salah satu insan yang ada di ruangan itu.

Kedua mata indahnya perlahan terbuka untuk menyesuaikan cahaya yang menusuk sepasang mata miliknya. hingga ia merasakan adanya sosok lelaki yang sedang menidurkan dirinya dengan bersandar di brankar rumah sakit yang ditempati oleh dirinya.

" Daddy, " lirih Xavia pelan.

Karena pada dasarnya Anthony adalah orang yang sensitif. ia langsung terbangun setelah mendengar suara lirih yang memanggil namanya. ia menatap kearah putrinya dan menyadari apa yang ada didepannya.

" Sayang, kamu sudah sadar? " Ucap Anthony spontan karena begitu terkejut.

" Aku masih tidur dad, " jawab Xavia bercanda.

" Alhamdulillah Ya Rabb "

" I wanna hug you daddy, " ujar Xavia manja dan merentangkan tangan nya kearah sang ayah untuk meminta sebuah pelukan hangat.

Dengan senang hati Anthony merespon putrinya. bahkan ia tak segan-segan memberikan kecupan lembut di dahi putrinya.

" Are you okay sweety? is there something sick? " tanya Anthony khawatir dengan keadaan Xavia saat ini.

" I'm okay, don't worry! "

" Dad, tolong bantu aku untuk ke kamar mandi. sudah waktunya sholat subuh, " pinta Xavia kepada sang ayah.

" Sayang, kamu sedang sakit. bagaimana jika kamu melakukan tayamum saja? " tutur Anthony.

" Tidak mau. aku ingin berwudhu dengan air saja. lagipula Xavia tidak terluka daddy, " tolak Xavia dengan lembut.

" Bagaimana dengan infus kamu sayang? daddy takut kamu terluka nanti, " balas Anthony dengan menampilkan guratan kekhawatiran di wajahnya.

" Daddy tolong panggil suster saja agar infus nya dilepas. aku merasa risih, " pinta gadis itu dengan binar matanya yang begitu lucu.

" Tapi kamu masih demam "

" Daddy, aku sungguh baik-baik saja. aku tidak butuh infus, " balas Xavia berusaha meyakinkan sang ayah.

" Ayolah daddy, " sambung Xavia mulai merengek.

Anthony tidak bisa menolak putrinya, walau rasa khawatir masih ada didalam dirinya. tapi ia bisa apa. Xavia adalah gadis yang sedikit keras kepala. daripada terus meladeninya, lebih baik ia menuruti ucapannya selagi tak memberikan efek buruk bagi putrinya tersebut.

Guliran Tasbih Aldevaro [Segera Terbit]Where stories live. Discover now