Prologue

4.5K 316 23
                                    

"Liat sini, Dek."

Sibuk mengarahkan handycam-nya untuk merekam Libby, Jo berupaya menghentikan adu mulut antara gadis kesayangannya itu dengan sahabat baiknya. Libby beralih menatap handycam Jo dengan wajah kesal yang memberengut. "Libby lagi enggak mau direkam, Kak Jo."

Baiklah. Kurang dari sedetik, Jo langsung mengarahkan kameranya dari wajah cemberut Libby yang sedang menyesap red velvet frappuccino-yang sebelumnya ia belikan untuk perempun itu dari salah satu kedai yang mereka lewati ketika berjalan-menuju hamparan rumput hijau yang ramai oleh berbagai wisatawan. Sebagian besar pengunjung tengah asik berpiknik sembari menunggu sunset, sedangkan sisanya hanya berjalan santai menikmati semilir angin sore.

Padahal, Marina Barrage sore ini terlihat begitu sejuk untuk menenangkan pikiran. Namun, Jo malah dibuat sakit kepala akibat harus mendengar adu mulut yang sedari tadi tak menemukan garis penghujung. Lelaki dengan tattoo yang menghiasi sekujur dada dan lengannya itu memilih untuk kembali menyibukkan diri dengan handycam-nya, mendokumentasikan kegiatan berjalan santai mereka di picnic ground yang menjadi salah satu tujuan utama wisatawan mancanegara ketika tengah berkunjung ke Singapura.

"Abang pas seusia kamu ini bahkan udah mau persiapan untuk lulus, kamu bisa tanya Jo." Sial, Dewa menyeret namanya ke dalam pembahasan yang Jo sendiri tidak tahu sedang mengarah ke mana.

"Tapi, Abang, Libby kan sudah bilang kenapa Libby bisa terlambat kuliah setahun! It has never been my intention! Abang bisa tanya Kak Jo." Double shits.

Tak ada suara yang Jo keluarkan untuk membantu memberikan pembelaan baik untuk gadis kesayangannya itu maupun teman baiknya. Meskipun tak terlalu mengikuti pembahasan keduanya, Jo yakin perdebatan mereka dipicu oleh keinginan Libby untuk keluar dari rumah. Sejak beberapa tahun lalu, perempuan itu memang mulai menyuarakan perasaan tak nyamannya untuk terus tinggal satu atap dengan sang orang tua.

Begitu banyak upaya yang dilancarkan Libby demi melepaskan diri dari sangkar yang digunakan orang tua gadis itu untuk mengurungnya, mulai dari upaya yang realistis hingga tak masuk akal.

"Kak Jo masih sayang Libby?" Mulai. Ini dia salah satu upaya irasional yang gencar sekali dilaksanakan Libby. Ia tahu betul apa yang akan gadis itu katakan.

"Denger, Dek." Jo balas menatap gadis di sampingnya tak kalah serius. "Mulai sekarang, jangan pernah coba ajak gue nikah lagi. I do love you, but that's not it." Pandangannya beralih pada Dewa, keseriusan lelaki itu kemudian luntur digantikan sorot geli. "Lagian, nanti gue dihajar calon suami lo."

Mengerutkan kening tak mengerti, Libby bergantian menatap Jo dan Dewa yang sepertinya sedang saling berbicara lewat tatapan. Meskipun nampaknya ada sesuatu yang disembunyikan oleh dua lelaki dewasa itu, Libby memilih untuk tak ambil pusing. Gadis itu kini memusatkan sepenuh perhatiannya pada Jo.

"Minum ini sebagai tanda kalau Kak Jo setuju nikah dengan Libby." Cup berisi cairan berwarna merah muda yang sedari tadi berada di genggaman Libby, disodorkan gadis itu ke hadapan Jo.

Memilih untuk tak menghiraukan, Jo kembali mengarahkan kameranya untuk menyorot dua insan yang kini menatapnya dengan raut berbeda; yang satu dengan penuh harap, sedangkan satu lagi berhias dengusan malas.

"You've already proposed to me-3 years ago, but I haven't had my answer yet." Dewa mengucapkannya dengan perlahan, namun sarat akan ketegasan. "I won't repeat what I'm about to say, so listen carefully. My answer is a yes; I want, I will, and I'm going to marry you. Jadi, Abang harap kamu bisa mulai stop bertingkah."

Tanpa menunggu reaksi Libby, tangan Dewa terulur mengambil cup minuman dengan rasa red velvet frappuccino milik gadis itu, sebelum kemudian menyesapnya.

As a sign that he agreed to marry her.

Notes,

Introducing His and Hers,
Sadewa Pradipta Giguère (27)
Catali Byanca Rafauri (22)

Introducing His and Hers,Sadewa Pradipta Giguère (27)Catali Byanca Rafauri (22)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Sip of Her Pink DrinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang