68).

2.9K 267 20
                                    


Haechan sedang berada di Jepang bersama dengan keluarga nya, ayahnya mengikuti putra sulung nya itu memasuki sebuah toko pernak-pernik dan sang ibu ikut dengan adik perempuan nya kedalam toko buku yang berada tepat di sebelah nya, "ayah, apa ini menarik??" Tuan Lee tersenyum tipis, anak nya begitu dewasa sekarang, dia tidak menyadari bahwa Haechan akan cepat bertumbuh apalagi setelah berjauhan dengan nya dan juga ibu serta saudara nya yang lain, "bagus, mau beli" Haechan menimang nya sejenak, "lihat yang lain dulu deh" Haechan kembali berjalan pelan, sang ayah setia mengekor.

"Kita akan berapa lama di sini" tanya Haechan sembari membolak-balik kan asesoris yang ia pegang, "tidak sampai seminggu, lagipula ayah juga sudah minta ijin cutimu kan"
"Hyeok, hanya takut itu merepotkan pekerjaan ayah" sang ayah mengelus kepala anaknya dengan sayang, "kalau ayah yang mengajak, itu berarti ayah tidak akan merasa terganggu, lagipun. Ayah merasa sudah sangat lama ayah tidak mengajak mu jalan-jalan kan" Haechan mengangguk, "yang ini saja" sang ayah mengangguk dan mengambil alih beberapa gelang yang terbuat dari perak dan memasukkan nya ke dalam keranjang, "mau di tambah nama" Haechan mengangguk "kalau sempat sama waktu nya, aku tidak mau dua ratu itu menggerutu nanti" ayahnya terkekeh "paling satu jam an kalau nunggu" mereka ke arah kasir yang di jaga seorang perempuan.

Mengatakan pesanan nya dan meminta untuk mengukur setiap nama pada gelang yang tadi ia ambil, beberapa juga ada yang berbentuk cincin dan kalung. "Semua nya kau belikan" "eumm, meskipun tidak mahal, setidaknya aku bawa oleh-oleh untuk mereka" tuan Lee mengeluarkan cart  nya lalu sang Kasri segera menerima dan melakukan transaksi pembayaran sembari menunggu semua pesanan Haechan selesai.

"Lama banget sih" Haechan merotasi matanya ketika sang adik dan ibu nya menyusul memasuki toko yang Haechan dan ayahnya datangi, "masih nunggu" adiknya mencebik lalu mengambil duduk di sebelah ibunya, "beli apa saja memang nya" tanya ibunya "hanya beberapa aksesoris" ibunya mengangguk, membelai surai anak gadis nya yang di gelung seadanya "heh! Kalau mau tidur jangan nyender ibu, nanti lelah" adiknya mendengus "capek tau nunggu oppa"

"Sudah, kalian ini, kalau ngk ada biasa nyariin, tapi kalau sudah bareng gini malah ribut terus"
"Dia yang mulai" saut Haechan lalu abai, memilih untuk mengelilingi toko lagi, ayahnya hanya bisa menggeleng melihat kelakuan dua anaknya sedangkan si bungsu hanya diam malah kini mengikuti kakak sulung nya yang memilih sebuah kalung, dengan senyum manis pemuda itu, dia mencoba kalung tanpa bandul dan berkaca di bagian samping rak, tersenyum puas kala melihat leher nya yang terisi kalung itu.

"Hyung, tambah ini!! Kayak nya bakal makin tampan" Haechan terkekeh, dia mengambil bandul kecil yang di sodorkan adiknya lalu kembali melangkah ke kasir, "yang ini aku bayar sendiri yah" saat melihat ayahnya akan mengeluarkan credit cart nya lagi, "oke,,,"

Setelah selesai dengan urusan oleh-oleh, satu keluarga itu memilih makan sebelum kembali ke hotel dan istirahat, mereka akan berada di sini sekitar empat atau lima hari kedepan "kenapa senyum-senyum begitu" cibir adik perempuan nya, Haechan mendongak menatap adiknya "lagi balas chat" adiknya tau kok, tapi pesan dari siapa sampai membuat oppa nya menjadi gila karena senyum-senyum sendiri, "pacar nya ya" Haechan langsung tersedak saat sang ibu menanyakan itu "bukan" balas nya sembari menggeleng heboh.

"Kalau mau pacaran juga ngk apa-apa lagi, kan anak ibu sudah dewasa" Haechan kembali menggeleng, "no, kata hyungdeul ngk boleh karena Haechan masih kecil" ayahnya tertawa kecil, "kau selalu di manja ya disana" Haechan mengangguk dengan polos, ada sedikit rasa bersalah dalam hatinya yang merasa tercubit karena bukan dirinya yang memanjakan sang anak, "pantas saja Hyung betah" seru adik lelaki nya, "kalau aku tidak betah, sudah sejak dulu aku kembali ke Jeju dan tinggal bersama kalian" jawab nya santai, tidak tau kalau ibu nya tersenyum sendu menatap putra sulung nya, yang ia lihat terlihat tegar dan dewasa dalam jangkauan jauh nya, tanpa tau pasti anaknya merasa seperti apa di sana.

"Sayang, ibu mau peluk boleh" Haechan menatap aneh pada ibunya, tapi tetap menerima tawaran itu dan memeluk wanita yang paling ia cintai di bumi ini selama dia menjadi putra nya, "ibu, Hyeok sayang ibu, Hyeok cinta ibu" bisik pemuda itu, adik perempuan nya ikut memeluk nya juga, jadilah mereka berpelukan bertiga, ayahnya hanya melihat dengan senyum tipis pria dewasa itu, "anak ayah" gumam nya, mengingat masa dimana Haechan harus berpisah dengan sang ibunda ketika anak itu masih kecil, mengikhlaskan waktu bermain nya agar tidak membuat orang tuanya khawatir ketika berjauhan dengan nya, ayah Haechan menatap putra pertama nya dengan mata bangga.

"Ayah berjanji, akan menebus waktu yang telah hilang dulu Hyeok, ayah akan berusaha" batin pria yang masih menatap ketiga keluarga nya yang lain, sedangkan adik lelaki bocah itu hanya menatap sekilas sebelum melanjutkan makan nya "sekarang ayo makan, Hyeok mau cepat istirahat" bisik pemuda itu lagi, ibunya menyeka air matanya sebelum melepaskan pelukan dari anak yang dulu ia tinggal demi mencari nafkah, menjemput ketika dia sudah yakin bisa menghidupi anak yang ia tunggu selama itu, "ibu menyayangi Hyeok" usapnya sayang, Haechan tersenyum manis.

"Oke, sekarang stop dulu nangis-nangis nya, kita harus menikmati momen liburan keluarga ini" pekik gadis cantik yang duduk di sebelah sang ibu, Haechan tertawa lalu mengangguk "ngk boleh nangis lagi, jadi ayooo,  buat momen indah bersama" ungkap nya antusias.

Dengan canda tawa mengiringi acara makan mereka sebelum kembali ke tempat peristirahatan selama berada di Jepang, destinasi mereka bukan hanya satu kota, mereka masih punya daftar untuk mengunjungi kota lain. "Aku bahagia Tuhan, jangan hentikan bahagia ku sampai nanti, anggap aku serakah karena meminta kau mengabulkan semua keinginan ku, tapi aku memang membutuhkan semua nya untuk menutup luka yang pernah ada" batin Haechan seraya memperhatikan satu persatu anggota keluarga nya, dia tersenyum kala ayah dan ibunya bergantian menyuapi dirinya, "aku tidak ingin ini cepat berlalu, aku berharap semoga keluarga ku selalu bahagia dalam lindungan mu Tuhan" dengan doa yang Haechan sematkan di balik senyum tulus pemuda itu, ada tatapan penuh penyesalan dari sang ayah dan Haechan tidak menyadari nya karena anak itu asik dengan pikiran nya sendiri.

















Sumpah gemes banget, pengen gue kasih end. ??

Ayi (Baby) Haechan Maknae 👶✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang