#Four# Always like that

159 18 2
                                    

Sorry for typo

***

Hingar bingar kota Seoul masih cukup ramai di malam itu. Hampir mendekati Christmas orang-orang mulai terlihat menghias pohon natal di rumah mereka dengan lampu kerlap-kerlip dan pernak pernik khas natal. Jinyoung bersama Sangmin yang satu jam lalu datang dengan barang-barang berbau natal yang diminta oleh temannya itu.

Berada di dalam kamar Jinyoung keduanya saling mengobrol dengan canda tawa. Tangannya tiada henti bergerak untuk menghias pohon natal yang ukurannya tak seberapa besar yang diletakkan di samping balkon kamar itu.

"Bagaimana heatmu?" Tanya Sangmin tiba-tiba.

"Entahlah siklus heatku tidak menentu. Timbul tenggelam tanpa tahu waktu, kadang di malam hari, siang hari bahkan dipagi hari. Aku bahkan sampai meminta cuti dua hari yang lalu karena hal itu."

Sangmin tersenyum iba ketika melihat Jinyoung yang tampak muram. Tanpa sadar tangan Sangmin dengan lembut mengusap punggung pria mungil di sampingnya yang kadang terlihat kuat meski sebenarnya rapuh.

Terkadang Sangmin menyayangkan kondisi keluarga temannya itu. Jinyoung Sebenarnya membutuhkan dukungan dan pelipur lara. Tempat untuk bersandar dan berbagi suka dan duka. Jinyoung butuh sang kakak yang entah sampai kapan terus-terusan membencinya.

Ya, Sangmin tahu semuanya, Sangmin tahu kondisi Park bersaudara yang berada dalam lingkaran perang dingin sejak kematian kedua orang tua mereka. Akan tetapi, Sangmin tidak tahu alasan yang membuat Jaebeom begitu membenci Jinyoung hingga pria mungil itu berakhir sendirian (meski nyatanya masih memiliki Jaebeom), ia bingung.

"Jie,"

"Hm?"

"Bolehkah aku menjagamu hingga kau menemukan matemu?"

Jinyoung menoleh ke arah Sangmin yang kini menatapnya, hatinya mencelos saat seseorang berbicara seolah mengasihaninya.

"Sangmin-ah,"

Sangmin menggeleng kemudian menggenggam kedua tangan Jinyoung yang terasa hangat, "Bukan karena mengasihanimu, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku benar-benar ingin menjagamu, menjadi sandaranmu. Bukan hanya sekeder teman biasa. Aku ingin menjadi teman yang berguna untukmu, Jie."

Mendengar ucap Sangmin, Jinyoung merasakan gemuruh didadanya. Rasa hangat segera merambah ke dadanya. Bibir plum Jinyoung akhirnya mengulas sebuah senyuman meneduhkan lalu menarik tubuh Sangmin dan memeluknya begitu erat.

"Gomawo Sangmin-ah, kau adalah teman terbaikku." Ucap Jinyoung yang membuat Sangmin tersenyum dan ikut mengeratkan pelukannya.

***

"Yeay! Sudah selesai!" Seru Jinyoung sambil bertepuk tangan menyoraki kerja kerasnya bersama Sangmin untuk menghias pohon natal itu.

"Yeay! Sudah selesai!" Seru Jinyoung sambil bertepuk tangan menyoraki kerja kerasnya bersama Sangmin untuk menghias pohon natal itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sangmin tersenyum begitu lebar ketika melihat Jinyoung begitu bahagia hanya dengan hal-hal kecil seperti ini. Ia senang berbagi kebahagiaan kecil bersama Jinyoung. Apalagi melihat temannya dapat tersenyum seperti saat ini sudah cukup baginya untuk merasa lega.

Bad Fate (ABO)Where stories live. Discover now