Berbaikan

65 10 2
                                    

Sunny menghapus air matanya kemudian pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah mencuci muka, ia kemudian menghampiri Langit.

"Langit su …" Sunny menghentikan ucapannya ketika melihat tubuh Langit menggigil kedinginan.

"Ya Allah! Langit!"

"Suhu tubuhnya panas sekali."

Sunny pergi ke tempat perawatan dan meminta tolong untuk menangani Langit.

Dengan nada panik ia meminta bantuan pada perawat yang ada di sana.

Sunny menangis di luar kamar rawat dan duduk bersandar pada dinding kamar.

Dua perawat perempuan keluar dari kamar rawat Langit. Sunny menghapus air matanya kemudian menghampiri perawat tersebut.

"Anak saya bagaimana kondisinya sekarang? Apa dia baik-baik aja?"

"Anak Ibu demamnya alhamdulillah sudah turun. Sekarang sedang terlelap karena pengaruh obat. Kami permisi Bu." Sunny membalas dengan anggukan kepala.

"Kalau tak drop, kamu besok diijinkan pulang Nak."

●●●

Henry berdiri di balkon lantai dua rumahnya. Kemudian menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Kemudian ia kembali duduk dan menyeruput secangkir kopi susu.

"Bagaimana keadaan Langit? Apa sudah diizinkan pulang?"

"Henry?" Agnesia menghampiri Henry, anak tunggalnya yang tengah duduk sendirian.

"Ibu. Ada apa Bu?"

"Nak, pulanglah. Sudah hampir seminggu kamu di sini. Kamu tak merindukan Sunny dan anak-anakmu, Nak?"

Henry menunduk dan diam sejenak. Ia tak langsung menjawab pertanyaan ibunya.

"Ibu tahu maksud Henry. Nak, untuk masalah seperti ini, bukan itu jalan keluarnya. Kamu cuman perlu memperbaiki diri. Termasuk juga Sunny."

"Sekarang Ibu mau bertanya. Sudah berapa lama kamu dan Sunny menikah? Atas dasar apa kamu mau menikah dengan Sunny?"

"Sunny dan Henry sudah menikah hampir 32 tahun. Sudah dikaruniai tiga orang anak. Henry, meminang Sunny karena Henry sangat mencintai Sunny. Sunny sangat keibuan dan lembut. Bukan karena itu saja. Banyak hal-hal yang ada di dalam diri Sunny membuat Henry jatuh cinta padanya, Bu."

"Sekarang kamu renungkan sifat Sunny yang terbaik bagimu. Sampai hatimu memilih Sunny untuk menjadi teman seumur hidupmu."

"32 tahun bukan waktu yang sebentar. Bahkan kamu sudah melalui usia pernikahan perak. Yang dimana artinya, kamu sudah membina rumah tangga bersama Sunny sudah lebih dari 25 tahun."

Agnesia berdiri dan berjalan membelakangi anaknya, "Kamu anak ibu satu-satunya. Ibu tak mau rumah tanggamu berakhir Nak. Masalah ini masih bisa diperbaiki." Agnesia menunduk dan meneteskan air matanya. Menangis tanpa suara.

"Ibu tak mau kamu bercerai!"

Henry memeluk ibunya dari belakang dan menangis di pundak ibunya.

"Henry kemarin takut khilaf Bu. Takut berbuat kasar ke Sunny. Kemarin juga Henry sedang buntu Bu. Maafkan Henry. Insyallah, esok Henry akan menjemput Sunny dan kami akan bersama Bu. Doakan agar pernikahan Henry langgeng."

"Pasti. Pasti Ibu akan mendoakan yang terbaik untuk pernikahan kalian."

●●●

"Sunny," panggil Henry ketika melihat Sunny keluar dari kamar rawat Langit.

"Mas?"

Henry menghampiri Sunny dan memeluknya dengan erat, "Maafkan aku, Sunny."

Langit dan HarapannyaWhere stories live. Discover now