Pindah Sekolah

43 12 1
                                    

Vote!

••••

"Langit! Lu jawab yang jujur! Selama ini Ferrow yang udah nge-bully elu?" tanya Septian dengan sedikit tekanan agar Langit menjawab dengan jujur.

Langit menunduk kemudian mengangguk pelan.

"Gila!" kesal septian.

"Udah ah gak usah dibahas. Langit gak kenapa-napa kok."

"Mulut lu bilang gak kenapa-kenapa. Noh dagu, tangan, dan kaki lu tu memar gara-gara dia."

"Kenapa diam aja Langit? Kenapa gak cerita ke Zyan dan Septian? Kita kasihan ke kamu, Langit. Tiap hari di-bully sampai kamu luka gini."

Langit diam dan tak menjawab perkataan kedua temannya.

••••

"Langit, sayang, bangun Nak! Sudah waktu subuh. Nanti kamu kesiangan shalat Subuh Nak." Sunny menyalakan saklar lampu kamar langit dan mulai menyiapkan pakaian sekolah untuk Langit.

"Langit?"

Sunny melepaskan selimut yang menyelimuti tubuh Langit.

"Bangun!"

"Udah bangun Langit! Mommy gak sabaran. Selagi langit masih gelap, waktu subuh masih ada."

Sunny menggelengkan kepalanya. Kemudian menyipratkan air ke wajah Langit.

"Iya, iya, Langit bangun." Langit beranjak dari tempat tidurnya pergi ke kamar mandi untuk mandi setelah itu menunaikan shalat Subuh.

Cahaya matahari telah menyinari bumi. Pukul 06.15 WIB setelah sarapan, Langit dan Angkasa bersiap untuk berangkat sekolah. Sunny dan Henry juga siap untuk pergi bekerja. Sebelum berangkat kerja, mereka mengantar kedua buah hati mereka bersekolah.

"Surat kelulusan kapan dibagikan, Kak?"

"Minggu depan Pi."

"Sun, nanti Angkasa mondok di Bogor sama Naresh. Minggu depan aku ke sana daftarin Kasa dan mengurusi hal lainnya."

"Mas, kalau dipikir-pikir, Kasa jangan mondok. SMP saja. Atau MTs. Gak tega aku lepas Kasa."

"Ah Mommy! Kasa mau masuk pondok juga." Kasa merengek mendengar ibunya tak menyetujui ia masuk pondok.

"Sudahlah Sun. Turuti saja kemauannya. Jarang-jarang ada anak yang mau masuk pondok. Lagi pula pondoknya modern."

•••

"Kasa!" Naresh mengejutkan Kasa dengan tiba-tiba naik ke punggung Kasa.

"Setelah lulus dari sini kita akan menjadi santri. Gak sabar pengen cepet-cepet masuk pondok terus berbicara Arab - Inggris sehari-hari."

"Kasa juga Resh. Tapi tadi pagi Mommy gak setuju." ucapnya lesu.

"Kenapa Sa? Bukannya sebelumnya setuju?"

Kasa menarik nafasnya dan membuangnya dengan kasar. "Alasannya karena Mommy gak tega."

"Dasar anak Mommy!" ejeknya.

"Dari situ bisa dilihat 'kan? Mommy Kasa juga menyanyangi Kasa. Hmmm ... gimana ya bahasanya? Ah intinya gitu."

Angkasa mengangguk dan paham maksud dari Naresh.

Langit dan HarapannyaWhere stories live. Discover now