Tantrum

59 13 10
                                    

Pukul dua dini hari Daniel baru saja tiba di rumahnya. Ia duduk sebentar di kursi teras untuk menghilangkan sedikit rasa penatnya.

"Hari ini lumayan banyak kedatangan pasien." kemudian ia sedikit meregangkan otot tangannya dan kemudian masuk ke dalam rumahnya.

"Abang, baru sampai?" tanya Sunny ketika melihat putra sulungnya menutup pintu rumah.

"Iya Mommy. Mommy belum tidur?"

"Mommy tadi kebangun. Sekalian Tahajud. Mandi sana pakai air hangat. Biar badan Abang segeran dikit."

"Iya Mom."

Setelah selesai mandi Daniel rebahan dan kemudian melihat fotonya bersama dua adiknya yang saat itu masih kecil.

"Adik-adik Abang sekarang sudah besar. Seandainya, Abang punya adik jaraknya gak jauh seperti ini, mungkin kita bersama-sama mengejar pendidikan di luar sana."

"Tahun depan udah mulai kuliah mengambil spesialis di Bandung nanti. Mau gak mau, Langit sendiri. Angkasa udah di pondok pesantren, dan tahun depan Daniel ke Bandung buat melanjutkan pendidikan spesialis kedokteran."

●●●

Seperti biasa sebelum berangkat bekerja dan sekolah, Langit dan keluarganya sarapan bersama. Menu sarapan pagi ini zuppa soup dan ada juga nasi goreng ayam suwir.

"Mommy, Jum'at nanti kita jenguk Kak Kasa. Kangen banget Langit sama Kak Kasa." pinta Langit.

"Minggu aja. Jum'at kamu ijin dong gak masuk sekolah?"

"Ah! Mommy nyebelin banget sih! Di pondok liburnya cuman hari Jum'at. Langit mau puasin diri Langit ketemu Kak Kasa!"

"Ya udah Sun. Apa boleh buat. Sebulan sekali Langit ijin gak masuk buat jenguk Kasa." Henry menyetujui permintaan Langit.

"Mas, Langit baru masuk di sekolah baru. Gak enak kalau ijin mulu nantinya." Sunny masih tak menyetujui.

"Kalau Minggu, Kak Kasa sekolah! Gak puas Langit ketemu Kak Kasa. Lagi pula sebulan sekali bukan seminggu sekali, Mom." Langit mulai meneteskan air mata.

"Mom? Apa susahnya acc permintaan Langit. Langit juga jarang main semenjak pindah sekolah dan Kasa mondok." Daniel mulai bersuara.

"Iya, iya. Mommy setuju."

●●●

Jam istirahat telah tiba. Langit membuka kotak bekalnya dan mulai memakan bekal yang ia bawa. Tiba-tiba saja setetes air mata menetes dari maniknya. Langit menghentikan kegiatannya.

"Langit kangen Zyandra dan Septian. Udah lama gak ketemu mereka. Mau ijin main keluar juga Mommy gak ngijinin."

"Kapan Langit kayak Kak Kasa? Langit pengen bebas hiks ..."

"Langit, kenapa nangis? Sakit?" tanya Aksa.

"Langit kangen teman Langit di sekolah lama. Kangen Zyandra dan Septian."

"Memangnya, gak boleh main lagi kalau udah pindah sekolah?"

"Mommy gak ngijinin Langit main jauh. Septian, Langit, sama Zyandra beda komplek perumahan. Agak jauh dari komplek perumahan Langit."

Langit dan HarapannyaWhere stories live. Discover now