20

521 79 13
                                    

Kediaman Elena kembali lenggang saat Jeka Wisanggeni pamit pulang sejak sepuluh menit lalu. Wanita paruh baya itu duduk di sofa panjang yang menghadap ke TV datar yang menyala menampilkan film Harry Potter tanpa benar-benar menyimaknya.

Elena hanya iseng menemani Archilla yang baru saja selesai mandi kemudian menonton ulang series film sihir itu tanpa bosan. Kue bolu yang semula disajikan untuk Jeka, tetapi tidak habis itu kini disajikan kembali.

Suara dari dialog para tokoh di film memenuhi tiap sudut ruang tamu, dan itu tak lama setelah Elena memutuskan untuk membuka obrolan dengan putrinya.

"Dipta tuh orangnya yang mana sih kak?"

Pergerakan mulut Archilla yang mengunyah terhenti sebab terkejut, "Mamah tau Dipta darimana?" lalu pikirannya dengan cepat mencari jawaban secara mandiri, "Jeka cerita apa aja ke Mamah?"

Elena tersenyum, "Kalau bukan tau dari Jeka, kamu gak akan cerita kan ke Mamah?"

Komunikasi keduanya bisa dibilang buruk. Elena terlalu sibuk dengan profesinya sebagai dokter, sementara mereka tak memiliki figur kepala keluarga sejak Elena memutuskan untuk berpisah dengan suaminya. Archilla anak tunggal, dan Elena akan berada di rumah ketika gadisnya sudah tertidur.

Ia memang selalu mengawasi Archilla dari orang lain, tapi luput mencari tahu dari diri Archilla sendiri.

Lutut Archilla semakin rapat tertekuk menyentuh tubuhnya, "Mamah yang gak pernah tanya ke aku."

Hela napas pelan disuarakan sang Ibu atas perasaan bersalah, Elena menggeser duduknya untuk lebih dekat dengan Archilla. "Mamah minta maaf. Apa Archilla masih mau cerita ke Mamah?"

Kedua pasang netra yang sama persis itu saling menatap, Archilla mengangguk dan turut mengambil posisi lebih dekat.

"Dipta itu temen Jeka dari SMA, Mah. Aku lihat dia pertama kali tuh pas Jeka jemput aku di sekolah, tapi kayanya Dipta lupa, cuma sekali doang soalnya. Aku kepo, tapi gak berani tanya ke Jeka, dia kan jahil. Terus aku cari-cari sendiri lewat akun Instagram, sering banget ngecek dari jaman dahulu sampai sekarang! Dan hopla! Semesta bekerja, ketemu lagi karena ternyata satu kampus. Tapi, dia sempet punya pacar. Dipta putus sama pacarnya baru-baru aja, karena ada masalah."

Membetulkan tegak duduknya, Archilla kali ini lebih fokus menatap Elena, "Mah, aku deketin Dipta dari dia masih punya pacar. Dia berulang kali nolak aku, enggak, dia selalu nolak aku. Tapi hubungan kita baik sekarang, dia bilang dia bakal bikin aku yakin. Menurut Mamah, apa aku bakal dapat karma nanti? Aku mau nunggu Dipta Mah, tapi apa aku salah dari awal Mah?"

"Kamu penyebab mereka putus?"

Archilla menunduk, bola matanya bergerak-gerak, mencari jawaban. "Mungkin? Tapi sebelumnya ku pikir mereka punya masalah sendiri. Dipta pernah satu kali dateng ke aku, karena dia tau kalau aku nawarin tempat yang lebih baik. Aku gak pernah pengen mereka putus, Mah."

Elena meraih jemari kanan Archilla yang sebelumnya bertaut gelisah. "Karma berlaku untuk seseorang yang enggak merasa bersalah. Kalau kamu merasa bersalah, kamu boleh minta maaf. Untuk hubungan Dipta dan pacarnya yang dulu, pasti ada alasan kenapa mereka harus putus. Dan kalau pun Dipta sekarang coba buat yakinin kamu, itu berarti dia berpikir kamu berharga buat dia."

"Gimana kalau suatu saat, Dipta juga pergi dari aku?"

"Seseorang yang tepat akan tinggal. If you're loved, kamu gak perlu bertanya apapun lagi."

Elena benar. Bila ayahnya masih mencintai Elena, pasti ayahnya akan tinggal. Bila Pradipta mencintainya, dia tak perlu bertanya apapun lagi.

Archilla merangsek maju dan memeluk Mamanya erat sekali.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 20 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I love your boyfriendWhere stories live. Discover now