Alga menarik nafas sesaat sebelum menjauhkan tangan nakal itu dari tubuhnya. Ia menunduk, mencondongkan wajahnya pada Asya dan bersuara rendah. "Gue cuma suruh lo dengerin detak jantung gue. Kenapa sentuh-sentuh, hm?"

Asya mencebikan bibir. "Dikit doang gak boleh. Pelit."

"Bukan pelit," jawab Alga. Ia kembali berdiri tegak. Sebelum melangkah lebih dulu, Alga berbicara. "Sentuhan lo bikin gue gila. Gue bisa jamin bakal balas lebih kalau lo lakuin lagi."

Asya segera mengikuti Alga dan berjalan selangkah di belakangnya. Oke, catat. Jangan sentuh-sentuh!

"Jadi aku jatuh cinta kalau jantung aku berdebar keras kaya Kak Alga?" Asya menyimpulkan. "Ah, elah! Itu mah gampang. Sebenarnya aku setiap hari deg-degan. Apalagi kalau Kak Alga lagi marah. Jangan ditanya lagi. Bisa copot jantung aku karena berdebar terlalu keras."

Gadis itu pun berbicara lirih. "Nyaksiin gorila marah, mana mungkin gak jantungan."

Dug!

Asya meringis ketika keningnya menabrak sesuatu yang keras. Alga tiba-tiba berhenti, membuat Asya menabrak punggungnya.

"Bilang dong kalau mau berhenti!" protes Asya.

Alga mengulurkan tangannya secara tiba-tiba. "Mau gandengan tangan?" tawar Alga manis. "Di dalam ramai. Nanti lo kepisah dari gue."

Asya segera menggandeng lengan Alga dengan senyuman. Mereka berjalan dengan serasi. Aula hotel yang baru saja mereka memasuki ini sangat besar. Pandangan Asya mengedar, menatap berbagai sosok yang mengenakan pakaian megah dan mahal. Tamu undangan di sini jelas bukan dari kalangan biasa.

"Algara," seorang pria dewasa dengan jas rapih menyambut mereka. Ia tersenyum hangat. "Saya fikir kamu tidak akan datang. Anak saya menunggu sejak tadi."

Alga hanya menanggapi seadanya. Mereka mengobrol layaknya kolega bisnis pada umumnya.

"Saya kagum dengan pemuda seperti kamu. Padahal membina sebuah perusahaan di umurmu yang sekarang tidak mudah. Tapi kamu bisa bertahan sejauh ini," ucapnya tulus. "Saya dengar, perusahaan keluarga kamu sudah kembali jaya seperti sebelumnya meski sempat mengalami penurunan."

Alga tersenyum sopan. "Semua karena bimbingan anda. Terima kasih banyak."

Tatapan pria itu beralih pada seorang gadis yang bergandengan dengan Alga. "Ah, lihat. Siapa gadis manis yang kamu bawa hari ini?"

Asya tersenyum cantik dan memperkenalkan diri. "Hallo, Om. Aku Asyakilla Vegas. Adik tirinya Kak Alga."

Ucapannya membuat Alga melirik gadis itu tidak suka. Selama ini Alga paling benci saat kata 'adik' berada di sekitar mereka. Alga bahkan tidak pernah menganggapnya seperti itu. Ekspresi Alga mulai dingin sejak itu.

Acara di mulai. Pria yang tadi berbincang dengan mereka kini berada di depan sebagai pemilik hotel yang akan dibuka hari ini. Tepuk tangan membahana mengisi seluruh ruangan. Suasananya menyenangkan.

"Kak, Al," panggil Asya menarik-narik ujung jas Alga. Laki-laki itu menunduk tanpa mengatakan apapun. "Kak Alga deket banget ya sama om tadi?"

Alga mengangguk. "Dia banyak bantu gue selama ini."

Keduanya yang sedang bertatapan sama-sama menjauhkan diri saat mendengar panggilan di depan sana yang menyebut nama Alga. Pria pemilik hotel ini menatapnya dengan senyuman.

ALGASYA ; STEP BROTHER Where stories live. Discover now