40. I Wish You Were Here!

10.6K 835 2.3K
                                    

Right now i wish you were here with me
Cause right now everything is new to me
You know I can't fight the feeling
and every night I feel it
Right now i wish you were here with me

—Right Now, One Direction


***

Dalam heningnya malam, ia masih terjaga. Pikirannya tak bisa tenang kala nama gadis itu terus berputar dalam benak kepala. Ia tak bisa menyangkal perasaannya lebih lama lagi, ia tak bisa membohongi dirinya lagi tentang apa yang ia rasakan saat ini.

Ia merasa kehilangan.

Ia kehilangan senyum gadis itu.

Tak ada lanjutan surat yang ia tunggu.

Surat yang dulunya alay dan rasanya enggan untuk ia baca, sekarang menjadi teman di kala hari-harinya terasa hampa tanpa adanya cengiran dan suara cempreng gadis nan super ceria itu saat mengganggu dan menggodanya setiap waktu.

Sekali lagi, Langit menegaskan ia rindu.

Rindu pada Akila, Bayi Narsis!

Jam dinding menunjukkan pukul 00.00 malam. Langit menimbang-nimbang keinginannya. Keinginan untuk mendengar suara gadis itu dari seberang sana.

"Palingan dia udah tidur!" Langit bergumam.

Malam ini langit malam tak ditemani bulan dan bintang. Sama seperti dirinya yang kesepian. Entah kenapa, rasanya sangat menyiksa. Terbesit di kepala hari-hari yang sempat dilewati bersama kala itu. Tak bisa dipungkiri, ia ingin mengulanginya, lagi.

Sekotak buah strawberry!

Kunang-kunang dalam botol kaca!

Taman yang menjadi favoritnya!

"You lied to me!" Langit tertawa hambar.

Langit menyingkirkan buku tebal yang ada di depannya lalu berdiri. Gorden yang masih terbuka segera ia tutup kemudian beranjak. Langkah kakinya menuntun dirinya menuju taman di samping rumah. Ia duduk di sana.

Ponsel masih berada dalam genggaman.

Langit tak bisa menahan diri lagi. Meski ragu, tetap ia hubungi gadis itu. Saat terdengar nada sambung, ia pun mendekatkan ponsel ke telinga.

"Halo, selamat malam. Dengan siapa?"

Langit merapatkan bibir lalu menunduk. Dadanya terasa mencelus. Ia yakin Akila telah menghapus kontaknya dari ponsel gadis itu sendiri. Sejauh inikah perubahan Akila terhadapnya?

"Hai, apakah dengan Bayi Narsis?" tanya Langit dengan kepala masih menunduk.

Hening. Tak ada suara.

"Kak Langit?"

"Gue kira udah lupa!" sarkas Langit.

Lagi-lagi hening menghampiri keduanya.

"Lo sama dia sama! Sama-sama pembohong!" suara Langit mengecil.

Terdengar helaan napas dari seberang.

"Kenapa Kak Langit belum tidur? Pasti di sana udah jam dua belas malam bukan?"

"Lo sendiri kenapa belum tidur?"

I'm Not A Narsis Baby (ON GOING) Where stories live. Discover now