drama baru sang bintang

40 7 0
                                    

Hari yang menyebalkan dimana Kirana kembali terjebak dalam hubungan gelap antara direktur utama dan wanita yang notabennya kekasih anaknya, ya siapa lagi kalau bukan Martin dan juga Zera sang model ternama yang tengah membintangi film layar lebar karya novelis ternama special horror. Awalnya Kirana enggan mengikuti sekenario ayah mertuanya namun dia tidak bisa berkutik saat sang mertua mengancamnya dengan ancaman yang membuat Kirana meradang.
Lelah, sangat lelah mengikuti sekenario tidak berujung itu. Ingin rasanya Kirana mengahiri semua keterlibatannya dengan keluarga Martin. Tidak ada kebahagiaan yang dia temukan disini apalagi saat dirinya kehilangan sang jabang bayi. Hancur! Kirana hancur sehancur hancurnya saat mengingat betapa kejamnya mereka kepada calon bayi yang belum menginjak sebulan itu. Rasa bersalah menyelimuti hati Kirana, dia sadar jika perbuatannya juga tidak dibenarkan karena tidak bisa menjaga dirinya sendiri dalam behubungan dengan pria yang memang tidak mempuyai perasaan kepadanya.
“Ada apa denganmu Kiran?”
Kirana mendongak mengalihkan pandangannya dari Zera yang tengah melakukan pemotretan distudio kerjanya. “tidak ada bang, hanay lagi memikirkan hidup yang enggak tentu arah.”
Evan mengangguk, dia tidak ingin ikut campur dengan urusan rumah tangga orang lain, meski orang itu adalah wanita yang mampu membuatnya menangis semalaman. “Aku hanya bisa bilang sabar, dan tetap—” Evan kembali menatap sendu Kirana yang tengah focus pada pemotretan Zera.
“Tetap apa bang?”
Evan menghela nafas panjang lalu kembali berucap “tetap aku akan menunggumu sampai kapanpun dan bersedia menggunakan bahuku untuk memberimu sandaran jikalau kau lelah.”
Kirana terkekeh geli. “Ah bang Evan bisa saja menggombalnya.”
Kirana kembali memfokuskan pandangannya kearah Zera, wanita itu memang nampak cantik tetapi caranya merebut suami orang lain tidaklah benar. Namun terlepas dari itu Kirana memilih masa bodoh dengan hidup orang lain, melihat Zera yang nampak mencari perhatian kepada Martin, perut Kirana tiba-tiba mual dia ingin segera pergi dari sini.
“Bang, Kiran mau beli kopi dulu.” Kirana melangkah meninggalkan Evan sendiri tanpa dirinya.
“Ikut!” Evan segera berdiri sambil menghampiri Kirana, mensejajarkan langkahnya.
Kirana hanya mampu mengangguk tanpa ingin lagi bersuara, jujur setelah kepergian calon bayinya Kirana lebih memilih diam tanpa banyak bicara. Rasa sakit itu masih terasa rasa pedih itu masih mendera akan tetapi gosip seputar suaminya semakin terus bergulir, heran tetapi inilah dunia entertainment.
Kirana mencoba berkomunikasi dengan ayah mertuanya tetapi dia menjawab dengan entengnya dengan berkata ‘itu sudah biasa untuk mendompleng nama besar Suga agar tetap eksis didunia entertainment’ sebal sih tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain berkata pada dirinya sendiri ‘oke, kamu kuat Kirana. Tanpa dia kau masih bisa mencari makan, sekarang kamu fokus pada kehidupanmu sendiri dan abaikan saja apa yang membuatmu sakit hati.’
Sesampainya dicafe yang berada tepat didepan gedung, Kirana menjejakkan kakinya kearah kursi yang berada tepat dipojok ruangan. Spot yang tepat untuk dirinya menikmati kopi dan juga pandangan kendaraan yang hilir mudik.
“Kau banyak diam dek. Ada masalah?” Evan mulai memecahkan keheningan.
Kirana menggeleng sambil mengulas senyum getirnya. “Tidak bang, Kiran hanya lagi mikirin hidup Kiran.”
“memangnya ada yang salah?”
Kirana kembali menggeleng. “Enggak sih bang! Hanya saja Kiran merasa hampa saja sama pernikahan Kiran.”
Evan menerima dua cangkir kopi dari waiters lalu meletakkannya tepat didepan dirinya dan Kirana. “Lepaskan jika itu menjadi beban.”
Kirana tersenyum sambil terus memainkan sendok gula yang berada didepannya. “Tidak semudah itu bang.”
Evan hanya bisa mengangguk mencoba memahami apa yang Kirana katakan, dia hanya bisa menjadi pendengar namun tidak bisa menjadi sosok yang bisa merasakan penderitaan Kirana.
“Kau tau mana yang baik dan enggaknya jadi Abang Cuma bisa bilang! Selalu sabar dalam menjalaninya meski Abang sendiri sebenarnya juga tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.”
Kirana tersenyum kembali kearah Evan sambil berkata. “Terimakasih.” Sudah mampu menjadi pendengar tanpa menggurui.
**
Tepat jam Eman sore Kirana baru sampai diapartemennya. Seperti biasa saat dirinya sampai dia akan lebih dulu merenggangkan tubuhnya diatas singel sofa miliknya lalu sejenak memejamkan matanya sebelum meraih handuk dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Akan tetapi entah kenapa saat ini dia merasakan lelah yang amat sangat, mata yang mula hanya terpejam sejenak kini mulai tertutup rapat dan dengkuran halus mulai mengiringi jam istirahatnya sore ini, mengabaikan perut yang terus meraung meminta untuk diisi.
Satu jam lamanya Kirana memejamkan matanya hingga tanpa dia sadari sosok yang menjadi beban pikirannya hadir tepat didepannya sambil memandangnya dengan pandangan menelaah.
“Sampai kapan kamu akan marah heh?” Dengus Suga sambil membungkuk meraih tubuh kecil istrinya dan memopongnya kearah kamarnya. “Tidak laleh ya mengabaikan ku?” Ocehnya lagi meski Kirana benar-benar tidak mendengarnya.
Perlahan Suga menurunkan tubuh istrinya diatas ranjang dan melepas sepatu Kirana dengan sangat hati-hati takutnya sang pemilik tubuh terbagun karena dirinya. Setelah selesai melepas sepatu Kirana, Suga melangkah kearah dapur namun saat dirinya akan menghidupkan kompor suara bel apartemen nya berbunyi membuatnya mengurungkan niat untuk memasak telur sore ini.
“Ya sebentar.” Suga melangkah kearah pintu sambil bergumam kesal karena dia, orang yang berada dibalik pintu terus menekan bel apartemennya. Sungguh menyebalkan bukan?
“Hai!”
Suga mengeryitkan keningnya saat melihat Zera dengan senyum manisnya berdiri tepat didepan pintu. “Kau—” Suga segera menarik tangan Zera agar cepat segera masuk, dia tidak ingin kembali membuat beritanya semakin mencuat karena sekandalnya dengan Zera.
“Bukankah aku sudah bilang jangan datang keapartemen ini.” Kesal Suga saat Zera sudah berada didalam apartemennya.
“Aku rindu sama kamu Suga.” Kesal Zera sambil mengerucutkan bibirnya dan menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya.
“aku tau tapi tidak seperti ini. Projecku tengah berjalan dan aku tidak ingin kau merusaknya Zera.”
Cup!
Satu kecupan mendarat tepat dibibir Suga, membuat pria itu terdiam tanpa suara. Jujur Suga juga sangat merindukan kecupan hangat kekasihnya namun kesibukannya membuat Suga tidak bisa berkutik apalagi sang ibu sudah mengulitimatum untuk tidak lagi bertem lu dengan Zera.
“Kenapa kau diam Suga? Kau tidak merindukanku?”
Suga melepas pelukan Zera dari tubuhya. “Bukan seperti itu aku hanya—”
Suga mulai mendorong pelan tubuh Zera hingga terhimpit diantara dinding dan dirinya. “Aku Hanya tidak tahan berpisah denganmu dalam waktu lama lagi.” Ucapnya dengan suara berat menahan gejolak dalam dirinya.
“Aku juga sama.” Zera mengusap pipi Suga dengan lembut. “aku ingin kita seperti dulu Suga.”
Suga mengangguk. “Bukankah kau yang memilih untuk mengejar masa depanmu?”
Zera mengangguk, kening keduanya saling beradu dan Zera dengan suara beratnya kembali berkata. “Aku lelah dengan kemiskinan dan cemoohan.”
“Ada aku yang bisa menghidupi mu.” Suga mulai meraba bibir ranum Zera dengan lembut.
Dengan suara yang tergetar dan air mata yang berderai Zera menggeleng. “Aku tidak ingin membebanimu Sayang. Aku ingin mereka tau jika aku bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.”
Tanpa mereka sadari Zera sudah berdiri dibalik pintu kamarnya sambil berdecih. “Munafik.”
“Jangan perdulikan orang lain, ayo menikah denganku dan kita mulai semua dari awal dinegara lain.” Bujuk Suga.
“Jangan memulai pertengkaran Suga.” Zera mendorong tubuh pria itu hingga tergeser dari hadapannya. “Aku Hanya ingin melihat wajahmu sebelum aku kembali ke LA.”
“Berapa lama? Berapa lama lagi kau akan meninggalkanku kali ini?” Suga menarik tangan Zera lalu memeluknya erat.
“Entah.” Zera mengeratkan pelukannya.
“Hentikan! Hentikan semuanya Zera. Ayo kita mulai semua dari awal.”
“Ada Kirana diantara kita Sayang. Dia istrimu jangan egois.” Zera kembali menangis.
Sungguh memuakkan! Kirana sudah tidak tahan lagi dengan drama melow yang terlalu banyak setingan ini. Dengan cepat dia membuka pintu kamarnya lalu dengan cueknya dia melangkah kearah sofa dan meraih tas kecilnya sebelum kembali kearah kamarnya dia melirik sekilas kearah Zera yang bisa melihatnya secara langsung. Smirk kecil menyelimuti bibirnya saat memandang Zera.
Smirk yang seolah mengejek Zera dengan tatapan ‘Berhenti berbohong Zera’
Genderang peperangan sudah dimulai dan kini Kirana ingin memainkan perannya sebagai pemeran antagonis dalam versi rumah tangganya.
“Welcom Kiran!”

Scandal Tuan MudaWhere stories live. Discover now