skandal awal

67 8 1
                                    

“Bu—bukannya kamu bilang lapar mas tet—tetapi kenapa malah—”
Suga Martinez terus melangkahkan kakinya mendekati Kirana yang terus berjalan mundur, mimic wajah wanita itu seolah menunjukkan muka kawatir sekaligus takut secara bersamaan. Pada ahirnya Kirana sadar jika Suga tengah mengerjainya saat melihat smirk yang terukir diwajah tampannya. Sambil mendengus kesal, Kirana mendorong tubuh Suga hingga begeser dari hadapannya.
“Aku capek mau mau mandi.” Ujar Kirana sambil berlalu begitu saja dari hadapan Suga.
Pria itu masih tertengun menatap kepergian istrinya, otaknya kembali berfikir keras. Bagaimana bisa dia begitu cemburu saat melihat Kirana bersama pria yang dia ketahui bernama Evan itu? Meski sang ayah sudah menjelaskan hubungan keduanya tetapi tetap saja Suga merasa tidak suka melihat kedekatan mereka.
“Aish!” Suga melayangkan tinjunya keudara namun setelah itu kesalnya meluap saat wanita yang dianggapnya special menghubunginya. Raut wajah Suga berubah seketika, diangkatnya panggilan ponselnya lalu melangkah kearah balkon apartemennya. “Hai.” Sapanya saat panggilan telfonnya terhubung.
Wanita yang sangat special dihati Suga Martinez masih ingat dengannya, tentu saja kebahagiaan tersendiri bagi Suga, selama ini dia hanya bisa menunggu, bermain wanita, masuk keklap-klap malam ingin mencari pelampiasan rasa rindunya.
“Hei babe, apa kabar kamu?” Suara merdu wanita itu masih berhasil membuat hati terdalam Suga bergetar hebat.
“Baik. Kapan kamu kembali?” rengekan suga berhasil mengusik indra pendengaran Kirana.
“Cih.” Decihnya geli.
Kirana segera meraih gelas didalam kabinet lalu menuangkan air dingin kedalam gelas kosongnya, tanpa Kirana sadari Suga memperhatikan dirinya dari kejauhan. Cara kirana menegak minuman, air yang mengalir didalam kerongkongan lehernya bahkan air yang menetes dari sudut bibirnya membuat Suga berdecih kesal tanpa sadar hingga membuat Zera terheran.
“Halo, Tinez apa kamu masih berdiri disana?”
“Ya?” sadar akan kebodohannya Suga segera mengalihkan pandangannya kearah lain mengabaikan Kirana yang sedikit terlihat menggoda malam ini.
Setelah hampir satu jam lamanmya Suga berbincang dengan Zera ahirnya dia mengahiri panggilan telfonnya karena memang sudah terlalu larut untuk melanjutkan perbincangannya. Saat pria itu berbalik tanpa sengaja dia melihat sosok istrinya tengah tertidur dimeja kerjanya dengan keadaan kompuer yang masih menyala dan panggilan video call yang masih aktif tanpa suga sadari.
“Dasar ceroboh.” Gumamnya sambil mematikan layar computer Kirana dan setelah itu suga memopong tubuh istrinya yang tengah tertidur dalam posisi menelungkup wajahnya diantara lipatan tangannya.
Sesampainya didalam kamar, dia merebahkan tubuh Kirana lalu menutupi tubuh wanita itu dengan selimut tebal sebelum meninggalkannya.
Diluar Suga nampak gelisah, dia kembali dilema dengan kehadiran Zera, wanita itu sudah berhasil dia lupakan namun saat mendengar suaranya rasa itu kembali tumbuh dan bisa Suga pastikan jika sang ayah akan kembali menolak keras hubungannya. Beberapa hari lagi wanita itu akan segera sampai ketanah air, ada banyak hal yang dia ingin dia sampaikan kepadanya tetapi entah kenapa Suga merasa ada yang tidak beres. Suga tetap berusaha tenang meski sebenarnya ucapan wanita itu berhasil mengusik kebahagiaanya.
Astaga! Apa yang aku lakukan? Kesal Suga sambil mengusap wajahnya kasar dan berusaha memejamkan matanya. Namun saat pandangan matanya tertuju pada ponsel yang menyala seketika itu pula Suga terperanjat dari atas sofa dengan cepat Suga melangkah mendekati ponsel Kirana dan memastikan kembali panggilan video call sudah padam.
“Su—Suga?” Terdengar suara gugup dari ponsel yang masih menyala.
“Sial!” Dengan cepat Suga mematikan ponsel Kirana. “Kenapa dia bisa seceroboh ini?” Gerutunya sambil melirik ponsel yang sudah terpadam. Ternyata dari tadi panggilan video call Kirana masih menyala dan dia tidak sadar akan hal itu. “Gawat!” ocehnya sambil melangkah kearah pintu kamar Kirana. Menggoyang tubuh wanita itu agar segera tersadar dari tidurnya.
“Ahh! Apaan sih?” Bukannya terbangun, Kirana malah menggeser tubuhnya dan menepis tangan Suga yang berusaha membangunkannya.
“Oh jadi mau menguji kesabaran ku heh?” Gumamnya sambil mendekatkan wajahnya tepat didepan wajah Kirana. “Bagun atau aku cium!”
Seketika itu pula mata terpejam Kirana terbuka lebar. “Jangan harap!” Jawabnya sambil mendudukkan dirinya tanpa menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. “Ada apa sih?” Kesalnya.
Suga menyodorkan ponsel Kirana. “Aku sudah pernah bilang, jika dirumah jangan sembarangan mengangkat Video call dari siapapun!”
Dengan kasar Kirana menarik ponselnya dari tangan Suga. “Memangnya kenapa? Aku lagi bahas kerjaan tau.”
“Oh berarti kamu ingin hubungan kita ke up publik?” Sinis Suga.
“Eh?” Kirana sedikit bingung.
Suga dengan cepat menarik paksa selimut yang menutupi tubuh Kirana menggesernya hingga menutupi sebagian tubuhnya lalu membalikkan badannya memunggungi Kirana yang masih terheran dan masih berusaha mencerna ucapan Suga.
“Besok Evan akan bertanya! Kenapa Suga bisa ada diapartemenmu.” Gumam Suga sambil memejamkan matanya tanpa beranjak dari atas ranjang yang sama dengan Kirana.
“Heh! Berarti Evan tau kamu—”
“Udah tidur. Besok pikirkan sendiri jawabannya.” Jawab Suga sambil menjentikkan jemarinya untuk mematikan penerang didalam kamarnya. “Nite.”
Karena kantuknya masih sangat menyerang hebat, Kirana tidak memperdulikan ponsel-nya dilemparnya begitu saja tepat diatas meja ranjang lalu segera memejamkan matanya begitu saja.
Urusan besok dia akan pikirkan besok saja yang terpenting sekarang dia bisa mengitirahatkan otak dan juga pikirannya.
**
Tepat jam lima subuh alarm ponselnya mulai berbunyi tidurnya mulai terganggu dan tangannya mulai meraba ponselnya mencari keberadaan benda pipih itu tanpa membuka matanya lebar-lebar. Saat tangannya berhasil menemukan ponselnya perlahan Kirana memuka matanya. “Udah jam lima saja padahal kayaknya tadi baru saja tertidur.” Gumamnya sambil beranjak dari tidurnya.
Seperti biasa dia akan bangun terlebih dahulu, mandi lalu sholat subuh seperti biasanya dan setelah itu dia akan menyiapkan sarapan untuk suaminya meski terkadang Suga hanya melihatnya tanpa menyentuh yang terpenting bagi Kirana dia sudah memenuhi kewajibannya sebagai istri walau sering tidak dianggap.
Kirana sudah menyelesaikan tugasnya sebagai muslim, setelah melihat kembali mukenanya dan menaruhnya tepat ditempat yang sudah disediakan. Kirana melangkah kearah dapur namun sebelum itu dia membangunkan Suga terlebih dahulu entah dia bangun atau tidak yang terpenting Kirana sudah memabngunkannya dan mengingatkannya tentang jadwal penerbangan-nya kepulau Bali pagi ini.
Diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tuju pagi Kirana segera meletakkan kopi panas dalam cangkir lalu menyiapkan sarapan berupa omlete dan juga salad sayuran.
“Harusnya dia sudah bangun.” Gumamnya sambil berlalu dari meja makan menuju kamarnya.
“Astaga!” kesalnya saat melihat Suga belum juga terbangun. “Oh ayolah mas. Bukannya kamu bilang ada jadwal penerbangan kepulau Bali pagi ini?”
Seketika mata terpejam Suga terbelalak. “Astaga! Jam berapa ini?”
“Tujuh pagi.”
Dengan cepat Suga menyambar handuknya namun sebelum dia menutup pintu kamar mandinya Suga terlebih dahulu menarik tangan Kirana lalu mencumbunya beberapa menit membuat wanita yang baru saja dia cumbu tertengun sejenak sebelum berteriak. “Suga Martinez kau keterlaluan.”
Membuat sang empunya nama hanya tersenyum kegirangan didalam kamar mandi sambil bersenandung.
“Morning kiss babe!” Gumamnya tanpa sadar.



Scandal Tuan MudaМесто, где живут истории. Откройте их для себя