modus

60 9 0
                                    

Kirana berulang kali mengusap wajahnya saat mengingat kejadian beberapa menit lalu sebelum Suga melesat meninggalkannya sendiri didapur. Alih-alih berpamitan untuk berangkat kerja pria itu kembali mencuri ciumannya tanpa ijin darinya dan sialnya Kirana seperti terhipnotis, mengikuti setiap jengkal permainan pria bertubuh putih bermata sipit dan berbadan tegap itu.
Sungguh pemandangan yang menakjubkan saat pagi hari, melihat suaminya hanya mengenakan handuk yang membelit bagian perutnya lalu melepasnya begitu saja tanpa rasa malu. Coba bayangkan! Wanita mana yang tidak tergoda dengan punggung lebarnya, otot kuatnya dan perut sixpacknya? Meski Kirana wanita muslimah yang masih belum sempurna dan akan mencoba tetap saja tergoda oleh keindahan ciptaan sang kuasa? Benar begitu bukan? Apalagi pria tampan itu sudah menjadi suami sahnya tentu saja lebel halal sudah tersematkan.
Ya memang benar mereka sudah melakukan banyak hal berdua namun untuk hal sensitif itu Kirana masih gamang. Dia masih belum bisa melakukan kegiatan erotis yang mengundang syahwat meski keduanya sudah resmi menikah sah. Kirana ingin Suga menyatakan perasaannya dan berjanji akan menjadi suami yang sesungguhnya baginya namun seperti-nya itu tidak mungkin.
Satu karena Suga bukan tipikal pria idamannya, dua dia hanya menikah berdasarkan tekanan tanpa perasaan dan tiga Suga terlalu sempurna untuk dia yang hanya sebongkah debu menganggu. Sadar diri itu penting! Sebelum kesadarannya menjeratnya dalam penderita yang bernama galau.
“Kiri.” Teriakan penumpang angkot membuat Kirana tersadar dari lamunannya. Beruntung saat dia tersadar, gedung tempatnya bekerja terpampang jelas didepan matanya jadi beruntunglah dia pagi ini karena tidak terbawa angkot sampai pemberhentian terahir.
“Saya juga turun sini pak.” Kirana beranjak dari kursi penumpang, keluar dari dalam angkot dan segera menyerahkan uang kertas yang sengaja dia siapkan dikantong tas kerjanya. “Terimakasih pak.” Ucapnya setelah memberikarapa lembar uang kepada sopir angkot.
Kirana memang masih terlihat biasa saja meski dia sudah tiga tahun menikah dengan anak bos besarnya, dia memang tidak ingin tampil terlalu mencolok mengingat pernikahannya dibuat hanya sebatas persetujuan mendesak. Sambil melangkahkan kakinya menyebrangi zebra cross tanpa sengaja Kirana melihat sosok pria yang sangat mirip dengan suaminya. Memakai pakaian serba hitam, topi hitam yang sangat dia kenal dan juga masker yang menutupi bibirnya hingga bawah matanya.
“Mas?” Gumam Kirana saat berhasil menginjakan kakinya ditrotoar sebrang jalan.
Kirana sengaja menghentikan langkahnya, melihat mobil hitam yang melesat dengan kencangnya diikuti mobil putih dibelakangnya. “Tapi itu bukan mobilnya?” Gumamnya lagi sambil membalikkan badannya lalu kembali melangkahkan kakinya kearah gedung stasiun tv tempat dirinya bekerja.
Tepat saat jejak kakinya melewati pintu kaca Gedung tempatnya bekerja, sosok Evan mengusik pikirannya. Sejak semalam dia susah memejamkan matanya dengan nyaman perihal ucapan Martinez yang memberitahunya tentang kecerobohanya. Sudah tahu dilarang mengangkat panggilan video call saat dirumah tetapi Kirana malah melanggarnya dan sekarang dia sendiri yang repot. Sebenarnya bukan Martinez membatasi geraknya hanya saja hal inilah yang paling dia takutkan. ‘tercium public sebelum mereka speak up tentang hubungan keduanya.’ Selain ketakutan Kirana kepada fans fanatik Martinez dia juga takut jika melanggar aturan yang dibuat oleh keluarga besar suaminya.
Hembusan nafas pasrah mengawali langkahnya untuk kembali menjejakkan kakinya kearah evelator mengabaikan Evan yang tengah berbincang serius dengan teman kerjanya. Sepertinya pria itu sadar jika Kitana tengah menghindarinya dengan cara mengabaikannya begitu saja. Tidak seperti biasanya sikap Kirana, jika dia memang tidak membuat kesalahan wanita itu akan berlari kearahnya lalu memukul tengkuknya sambil terbahak seperti apa yang dilakukan Bastian kepadanya. Bukankah itu malah membuat jiwa kepo Evan semakin bergejolak? Dengan cepat Evan berlari mengejar Kirana mengabaikan Stevan yang masih berbicara kepadanya.
“tunggu!” Evan menahan pintu evelator yang akan terutup, wajah panik Kirana semakin terlihat jelas saat melihat smirk yang terukir diwajah tampan Evan.
Dengan cepat wanita itu memalingkan wajahnya dan sialnya didalam evelator hanya berisi mereka berdua.
“Sekarang jujurlah adek.” Ucapnya lirih tanpa menoleh kearah yang empunya masalah.
Kirana menghela nafas panjang, dengan wajah pasrah dia menunjuk cctv yang berada tepat dipojok ruangan berdominan kaca itu disetiap dindingnya.
Sekarang Evan sadar jika Kirana menikah dengan orang yang tidak biasa dan benarkah yang semalam dia lihat adalah Suga martiez karena dia sempat mendengar ucapan ‘dasar istri ceroboh’ benarkah pria itu yang menjadi suami sah Kirana? Jika benar betapa beruntungnya wanita itu tetapi dilain pihak Evan ragu—diliriknya sekilas wajah Kirana. ‘apakah benar dia menikah tanpa restu? Ataukah hanya pernikahan kontrak yang seperti ada dinovel-bovel romantis? Jika benar wah parah sekali wanita yang sangat dia kagumi ini.’ Otaknya semakin kuat untuk menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi.
Astaga! Jika seperti ini adanya, Evan bisa gila. Bodo ah! Gerutunya sambil menggeleng pelan tanpa Kirana sadari.
“Baiklah aku akan menunggunya dengan sabar dek. Ingat, lorong lantai tidak tepat didepan tangga darurat.” Saat pintu evelator terbuka Evan melangkah terlebih dahulu meninggalkan wanita yang berhasil menyita perhatiannya selama ini. Lima tahun bukan waktu yang mudah untuk memendam perasaan suka, mengalihkan rasa cinta-nya menjadi rasa sayang seorang sahabat.
Kirana tidak menjawab sama sekali bahkan dia hanya menatap punggung Evan menjauh dari pintu evelator yang mulai tertutup perlahan.
“Oke mungkin udah waktunya.” Gumam Kirana sambil mengangguk-angguk tidak jelas sampai pintu evelator kembali tertutup rapat. “Hanya Evan dan Bastian. Tidak ada yang lain lagi sebelum aku benar-benar bisa membangun rumah yang layak untuk nenek dari hasil Jiri payahku sendiri.” Kirana terus bergumam dalam hati hingga deting pintu evelator kembali terdengar.
Kirana melangkahkan kakinya melewati pintu evelator yang terbuka. Lantai tujuh belas, lantai yang membuatnya selalu ingat akan perjanjian laknat itu. Lantai yang menyeretnya dalam lubang penyesalan karena harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak memperdulikan keberadaannya.
Satu atap tetapi tidak pernah bicara dari hati kehati, satu ruangan namun hanya asik dengan kehidupannya sendiri. Sekamar tetapi tidak pernah bertukar cerita. Kehidupan rumah tangga macam apa ini?
Langkahnya terhenti saat mendengar siaran televisi yang tertempel didinding lorong. “Diduga Suga Martinez tengah kepergok menggandeng model papan atas saat keluar dari bandara internasional.”
Kiran mencibik dan kembali melanjutkan langkahnya. “Bagus deh dengan begitu aku bisa lepas dari dia.”
tepat saat didepan pintu kaca yang bertuliskan 'Ruang editing' Kirana menekan interkom yang tertempel tepat didinding sebelah pintu kaca. "Kirana bagian--"
tanpa meneruskan ucapannya wanita itu sudah menerima pesan balasan.
"Masuk." Suara tegas Broto membuat Kirana kembali menghela nafas.





Scandal Tuan MudaWhere stories live. Discover now